JAKARTA (Possore.id) — Apa itu skoliosis? Skoliosis adalah kelainan pada tulang belakang. Tubuh terlihat tidak simetris. Bisa dilihat dari tulang belakang melengkung atau miring/condong ke satu sisi.
Kondisi itu menyebabkan bentuk tulang punggung melengkung menyerupai huruf C atau S. Selain itu, bahu dan panggul tampak tinggi sebelah.
Tulang belikat juga tampak lebih menonjol pada salah satu sisi dan jarak pinggang ke lengan tidak sama pada sisi kanan dan kiri.
“Skoliosis biasanya menimbulkan keluhan ringan, namun dapat berkembang menjadi lebih parah seiring pertambahan usia,” kata dr. Omar Luthfi, SpOT(K) Spine, tim medis Spine Center RS Premier Bintaro, Kamis 6 April 2023.
Dikatakan, jika tidak ditangani, lengkungan skoliosis yang sangat parah dapat menimbulkan kerusakan sendi dan nyeri berkepanjangan.
Sekitar 90 persen kasus skoliosis tipe adolescence ditemukan pada remaja dengan rentang usia 11-18 tahun. Skoliosis sering kali mulai tampak paling progresif pada puncak masa pertumbuhan remaja.
Untuk kondisi lainnya seperti infantile (1 persen) terjadi pada bayi usia 0-3 tahun. Ada juga jenis juvenile (3 persen) terjadi pada anak-anak usia 4-10 tahun. Sementara itu, kasus yang terjadi di usia dewasa “hanya” sekitar 6 persen.
Namun, risiko terkena skoliosis jauh lebih besar pada remaja putri dan wanita dibanding pada remaja putra. Rasionya 10 berbanding satu.
Terutama, remaja putri setelah mendapatkan menstruasi pertama. Biasanya, jelang menstruasi pertumbuhan tulang anak di usia remaja cukup cepat dan berpengaruh pada kondisi tulang belakang.
Menurutnya, belum diketahui secara pasti apa penyebab skoliosis ini. Kalau faktor genetik diduga “hanya” menyumbang 20-30 persen kasus skoliosis.
Selebihnya yang 70-80 persen belum diketahui pasti atau idiopatik. Namun, ada juga penderita yang alami skoliosis sejak lahir, proses penuaan, hingga gangguan sistem saraf dan otot.
World Health Organization (WHO) mencatat setidaknya 3% warga di dunia rentan terkena penyakit skoliosis. Di Indonesia sendiri prevalensi skoliosis sekitar 3%-5%.
Pada skoliasi yang bersifat ringan, umumnya tidak menampakkan gejala. Perubahan bentuknya pun tidak nampak jelas.
Berbeda pada kelainan skoliosis yang berat, perubahannya bersifat progresif, tampak perubahan bentuk, rasa pegal atau nyeri pada punggung, dan gangguan pernafasan.
Lengkungan yang parah dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada punggung. Tulang belakang juga bisa berputar sehingga lengkungan bertambah parah.
Tidak hanya itu. Salah satu tulang rusuk atau otot di satu sisi tubuh tampak menonjol daripada sisi lainnya.
“Skoliosis ini tidak boleh diabaikan. Karena selain sering menimbulkan rasa nyeri atau pegal serta gangguan pernafasan, skoliosis juga mengganggu penampilan,” ujarnya.
Menangani skoliosis
Untuk menangani gangguan skoliosis, seseorang dapat memeriksakan diri ke dokter. Disarankan untuk melakukan screening skoliosis sejak anak-anak. Tindakan ini dapat membantu penanganan skoliosis lebih cepat atau sejak dini.
Dokter akan memastikan gangguan ini dengan melakukan pemeriksaan rontgen dan CT csan. Dari hasil pemeriksaan ini, dokter akan melakukan penanganan berdasarkan hasil pengukuran skoliosis pada rontgen.
“Target dari penanganan skoliosis itu sendiri adalah menghentikan progresi skoliosis, mencapai tulang belakang yang seimbang, memperbaiki kesulitan bernafas dan memperbaiki penampilan,” terang dr. Omar.
Terapi penggunaan brace adalah salah satu perawatan yang efektif bagi remaja yang mengalami skoliosis. Umumnya jika tulang anak masih tumbuh dan kurva lengkungan 25 – 50 persen. Brace ini didesain khusus sesuai dengan bentuk lengkungan.
Penggunaan brace sebenarnya tidak akan menyembuhkan skoliosis atau membalikkan kelengkungan, tetapi ini biasanya efektif untuk mencegah perkembangan kelengkungan lebih lanjut.
Namun, untuk kasus yang parah, operasi menjadi pilihan yang lebih efektif. Pada tingkat keparahan tertentu, gangguan skoliosis ini harus diatasi dengan tindakan operatif.
Tindakan pembedahan minimal invasif merupakan metode terkini yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada gangguan skoliosis.
Spine Center RS Premier Bintaro saat ini telah memiliki teknologi robotic spine surgery. Penanganan skoliosis dengan teknologi ini memiliki banyak keunggulan. Di antaranya presisi dan akurasi pemasangan implant mencapai 99 persen bahkan untuk kasus yang sangat sulit.
Robotic Spine Surgery juga sangat minimal risiko maupun komplikasi. Resiko-resiko infeksi atau perdarahan yang muncul pasca operasi juga lebih kecil. Berbeda dengan operasi konvensional yang menggunakan tehnik bedah terbuka.
Cedera saraf pun dapat lebih diminimalkan karena menggunakan kamera, jadi bisa secara langsung melihat syaraf melalui lensa yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh.
“Selain risiko lebih rendah, pemulihan pasien dapat sesegera mungkin, sehingga pasien tidak perlu berlama-lama di rumah sakit,” tandas dr Omar.