JAKARTA (Pos Sore) — Perhatian pemerintah terhadap buku-buku sastra Indonesia dinilai dilirik ‘sebelah mata’. Salah satu indikatornya, jumlah buku sastra yang dicetak masih sedikit. Buku-buku sastra termasuk warisan luhur nurani bangsa Indonesia yang harus dipertahankan.
Masih kurangnya perhatian pemerintah ini, mendorong PT Dunia Pustaka Jaya menerbitkan kembali enam buku sastra karya NH Dini atau Nurhayati Sri Hardini — Pencakar Langit, Istri Konsul, Janda Muda, Dua Dunia, Monumen, dan Tanah Baru Tanah Air Kedua.
“Diterbitkan kembali buku-buku yang lawas atau klasik itu untuk menambah khazanah perbukuan di Indonesia. Meski buku lama, tapi masih banyak yang mencari dan membacanya,” kata Rachmat Taufik Hidayat, Direktur PT Dunia Pustaka Jaya, usai peluncuran buku itu di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, kemarin.
Menurutnya, perlu ada aksi dari berbagai pihak betapa pentingnya kekayaan nurani bangsa ini ke sekolah-sekolah. Program sastra yang pernah ada di sekolah perlu dirintis kembali agar generasi muda terus terangkat minatnya membaca buku-buku sastra.
Ke depan, pihaknya berharap, dana yang dialokasikan negara kepada Pusat Perbukuan juga dialirkan untuk mencetak buku-buku sastra. Terkadang, buku dari penerbit tidak masuk kriteria. Padahal, buku-buku yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan belum tentu penulisnya memiliki kompetensi dan keahlian di bidangnya.
Ia menyebut tak sedikit buku yang diterbitkan ditulis berdasarkan hasil plagiat yang diolah sedemikian rupa. Padahal yang bersangkutan tidak memiliki kompetensi dan keahlian. Misalnya, buku tentang menanam tomat, tetapi yang menulis tidak memiliki keahlian di bidang itu.
“Budaya seperti itu berbahaya. Selain membohongi publik, juga merusak citra dunia perbukuan, dan membuang-buang anggaran saja,” tandasnya. (tety)