Prof. Dr. Haryono Suyono
TANGGAL 29 Juni 2014, keluarga Indonesia merayakan Hari Keluarga Nasional tahun 2014. Peringatan nasional hari yang bersejarah itu dilaksanakan oleh seluruh jajaran penggerak pembangunan keluarga di Surabaya sejak tanggal 12 yang lalu.
Peringatan itu menandai peristiwa berkumpulnya kembali keluarga Indonesia yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949 tatkala Ibukota RI yang mengungsi di Yogyakarta dikembalikan secara resmi ke tangan RI setelah perjuangan yang tidak kenal lelah dari tentara nasional, pemuda dan relawan melalui perang gerilya yang penuh pengorbanan.
Anak-anak muda menunda sekolah, pernikahan atau tidak berupaya mencari kerja. Keluarga muda, termasuk yang baru menikah, meninggalkan isteri atau anak-anaknya ikut berjuang bersama tentara yang terbatas persenjataannya. Mereka mengorbankan segalanya untuk kejayaan tanah air dan bangsanya. Setelah Belanda menyerah, anak-anak muda dan pasangan muda berkumpul kembali dengan keluarganya. Itulah Hari Keluarga Nasional yang bersejarah dan penuh harapan untuk masa depan bangsanya.
Peristiwa itu memberi ilham kepada para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang sejak beberapa tahun lalu menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya untuk membentuk dan membina kekompakkan keluarga pejuang di desa. Posdaya yang dibentuk itu dibina bukan untuk kembali bergerilya, tetapi secara sadar bekerja cerdas mencari dan mendata keluarga kurang mampu di pedesaan. Pendataan dan pemetaan itu dijadikan bahan untuk diskusi keluarga sesama tetangganya. Mereka diajak menghidupkan kembali semangat dan budaya gotong royong agar kembali hidup gotong royong peduli sesama keluarga lingkungannya. Keluarga mampu didorong meluangkan waktu dan perhatian menolong keluarga kurang mampu. Keluarga kurang mampu dimotivasi bekerja cerdas dan keras agar secara bertahap menjadi keluarga yang sejahtera.
Di Malang Raya, bertempat di Universitas Merdeka Malang, yang secara kebetulan memperingati Dies Natalisnya ke 50, peristiwa kegiatan KKN tematik Posdaya dan kerjasama Pemerintah Kota/Kabupaten dan masyarakat itu diperingati dengan menghadirkan wakil-wakil dari 32 perguruan tinggi, pimpinan Posdaya dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Malang yang beberapa waktu lalu menyepakati kerjasama dengan Walikota Malang.
Gerakan Dosen Pembimbing dan Mahasiswa KKN berbaur dengan masyarakat membangun melalui Posdaya itu menggetarkan kalangan luas. Walikota Malang melakukan “gerakan blusukan” keliling kampung setiap minggu bertemu langsung dengan rakyat. Dosen Pembimbing dan Mahasiswa dari 32 perguruan tinggi secara bergilir mengikuti gerakan “saba kampung” (berkunjung ke kampung) itu memperhatikan kebutuhan masyarakat. Manakala kebutuhan itu dianggap merangsang kenaikan indikator pemberdayaan masyarakat yang vital, bersama Walikota kegiatan itu difasilitasi dan didukung kegiatan SKPD dan mahasiswa KKN sebagai pendorong kemajuan yang lebih mandiri.
Gerakan kebersamaan untuk, dan bersama rakyat, itu diapresiasi secara nasional dengan diberikannya Tanda Kehormatan Rekor Muri kepada ketiga pemrakarsa gerakan persatuan dan kesatuan itu, yaitu Universitas Merdeka Malang sebagai koordinator ke 32 perguruan tinggi dari seluruh kota Malang, Walikota Malang dan Yayasan Damandiri yang selalu mengulurkan tangannya untuk memfasilitasi dukungan kepada keluarga desa melalui Posdaya.
Melalui gerakan itu keluarga desa dan kelurahan yang ingin mengembangkan usaha ekonomi produktif diberikan pelatihan ketrampilan sehingga muncul inovasi baru yang dikelola oleh keluarga yang sebelumnya tidak mempunyai usaha. Modal yang tidak besar diberikan kredit melalui Skim Tabur Puja oleh Bank UMKM Jawa Timur, Bank BPD Jawa Timur dan Bank Bukopin yang mengharuskan setiap nasabah untuk menabung dan kalau bersedia bekerja sama dalam sistem tanggung renteng diberikan pinjaman tanpa agunan dengan jumlah awal maksimum Rp. 2 juta. Melalui pinjaman itu setiap keluarga bekerja sama membuka usaha mulai dari kecil sampai akhirnya menjadi pengusaha yang mandiri.
Keluarga Indonesia memperingati Hari Keluarga Nasional melalui persatuan dan kesatuan, mengentaskan kemiskinan dan membangun keluarga sejahtera. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Yayasan Damandiri, Personal Website of Prof. Dr. Haryono Suyono).