JAKARTA (Pos Sore) — Ketua Umum Pertama Partai Demokrat, Pfof. Subur Budi Santoso menyampaikan rasa prihatin yang mendalam atas kekisruhan yang terjadi dalam tubuh Partai Demokrat belakangan ini.
Kepada Possore.com, Sabtu (22/6), Prof Budi melontarkan hal itu sembari menambahkan bahwa hal itu terjadi akibat tidak adanya kebersamaan dalam menata organisasi. Ia menyebutkan kalangan DPP PD saat ini sangat alergi terhadap kritik dan saran.
“Mereka merasa apa yang sudah dikerjakan semuanya benar dan tidak patut untuk disalahkan. Padahal harus diakui oleh semua pihak bahwa PD saat ini sudah semakin terpuruk,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini Ketua Umum PD, SBY dikelilingi oleh orang-orang yang tidak menyadari bahwa partai berlambang Bintang Mercy itu sudah berada pada titik nadir kehancuran.
Mereka pun, kata Prof Subur, tidak memahami bahwa didirikannya Partai Demokrat pada awal tahun 2000 itu adalah sebagai partai bersama atau kolektif kolegial dan terbuka bagi bangsa Indonesia. Sekarang Partai Demokrat sudah dijadikan sebagai Partai Tokoh seakan-akan milik perorangan atau kelompok tertentu.
Kritik dan saran yang disampaikan oleh kelompok pendiri dan deklarator PD adalah wujud kecintaan kepada partai, oleh sebab itu jangan ada kelompok yang merasa tersinggung kemudian mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial, seolah-olah mereka yang mengkritisi dan menyampaikan saran itu sedang mencari panggung.
“Mereka yang mengkritisi itu adalah para demokrat sejati yang mencintai apa yang didirikannya. Dengan kata lain mereka itu pernah berdarah-darah, berkorban harta dan waktu untuk mendirikan partai demokrat kala itu,” tegasnya.
Setelah berdiri dan pernah mengantarkan SBY sebagai Presiden RI dua periode, kemudian ada kelompok yang mempertanyakan eksistensi mereka? ini sangat memprihatinkan.
Ditanya kelompok apa yang dimaksudkan, Prof Subur Budi Santoso, mengatakan masyarakat sudah tau dan tidak perlu disebutkan kelompok apa yang dimaksud.
Yang pasti, tegasnya, Partai Demokrat dirikan dan eksis di tengah mesyarakat Indonesia sebagai milik bangsa, bukan milik orang perorangan atau kelompok apalagi milik keluarga.
Sementara itu Deklarator Partai Demokrat, Ir. Sahat Saragih, MM, MT secara gamblang menyoroti kemerosotan perolehan suara Partai Demokrat dari Pemilu ke Pemilu.
Ia mengatakan para pendiri dan deklarator partai demokrat turun gunung dipicu oleh adalah kemerosotan perolehan suara di setiap pemilu..
Warisan Ketua Umum Kedua PD, Hadi Utomo, sebesar 20,40 persen perolehan suara pada Pemilu 2009 turun menjadi 10,19 pada Pemilu 2014 dan hancur Lebur pada Pemilu 2019 dengan perolehan suara 7,77 persen dan terpuruk pada urutan ke-7 sebagai satu partai besar yang pernah berhasil mengusung SBY sebagai Presiden RI sebanyak dua periode.
“Ironisnya, kemerosototan itu terjadi pada masa kepemimpinan SBY selama 10 tahun sebagai Ketua Umum PD. Apakah keterpurukan itu bisa disebut sebagai suatu keberhasilan?”
Pada masa kepemimpinan SBY pun, lanjut Sahat, slogan yang dilahirkan sendiri oleh SBY (Bersih, Cerdas dan santun – Red) dinjak-injak oleh beberapa pengurus DPP melalui statement-statement politik yang ngawur dan menyakitkan hati masyarakat.
“Sayangnya sikap dan tindakan itu sama sekali tidak digubris oleh SBY sebagai ketua umum. Pertanyaannya apa yang menyebabkan SBY ‘tidak berani’ menindak mereka?”
Ia mengatakan bukan hanya Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat yang menjadi geram melihat hal ini, kader dan pengurus partai lain pun akan tersenyum dan sepakat mengatakan SBY gagal.
Sebagai informasi, Partai Demokrat pertama kali mengikuti pemilihan umum pada tahun 2004 dan meraih suara sebanyak 7,45 persen (8.455.225) dari total suara dan mendapatkan 57 kursi di DPR dan menduduki peringkat ke-5 pada Pemilu Legislatif 2004.
Pada Pemilu 2009, Partai Demokrat menjadi Pemenang Pemilu Legislatif 2009. Partai Demokrat memperoleh 150 kursi (26,4 persen) di DPR RI, setelah mendapat 21.703.137 total suara (20,4 persen). Partai Demokrat meraih suara terbanyak di banyak provinsi, hal yang pada pemilu sebelumnya tidak terjadi, seperti di Aceh, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Namun, pada Pemilu 2014, jumlah perolehan suara dan perolehan kursi di DPR untuk Partai Demokrat merosot ke posisi ke-4 dari 10 partai di DPR, dengan perolehan suara sebanyak 10,19 persen dengan suara nasional (12.728.913).
Kehancuran pun menyusul pada Pemilu 2019, dengan perolehan suara hanya meraih 7,77 persen suara dan memperoleh 49 kursi di DPR.
Untuk itu, apabila SBY tidak juga menggubris usulan Pendiri dan Deklarator untuk mempercepat Kongres atau KLB maka Pendiri dan Deklarator akan mengundang DPD dan DPC seluruh Indonesia untuk bersama-sama memberhentikan SBY sebagai Ketua umum. (sim)