2.5 C
New York
27/03/2025
Aktual

Produk Mebel RI Mampu Tembus US$2 Miliar

JAKARTA (Pos Sore) — Mengantongi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang makin diapresiasi secara global, peluang ekspor mebel dan kerajinan bisa tembus 2 miliar dolar AS.

Diungkap Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, SVLK adalah fasilitas Kementerian Kehutanan untuk mendongkrak daya saing industri mebel dan kerajinan.

“Kini semua negara sudah mengakui produk kayu yang dihasilkan Indonesia diproduksi secara legal dan lestari dengan SVLK. Tidak perlu lagi sertifikasi dari pihak lain,” kata dia usai melakukan audiensi dengan pengurus Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo).

“Dengan kandungan lokal hampir 100%, industri mebel dan kerajinan juga menyerap tenaga kerja hampir 4 juta orang.”

Tercatat, devisa ekspor mebel tahun 2011-2013 berturut-turut sebesar 1,76 miliar dolar AS, 1,83 miliar dolar AS, dan 1,81 miliar dolar AS. Jumlah tersebut setengah dari total nilai ekspor produk kayu nasional di luar pulp dan kertas.

Dengan kandungan lokal hampir 100%, industri mebel dan kerajinan juga menyerap tenaga kerja hampir 4 juta orang.

Kemenhut memberi kemudahan bagi industri kehutanan skala rakyat untuk memenuhi SVLK diantaranya dengan sertifikasi berkelompok dan penggunaan dokumen kesesuaian legalitas yang bebas biaya.

“Saat ini sekitar 60% industri mebel telah mengantongi sertifikat SVLK,” jelas Ketua Umum Asmindo Taufik Gani.

“Kemenhut memberi kemudahan bagi industri kehutanan skala rakyat untuk memenuhi SVLK diantaranya dengan sertifikasi berkelompok.”

Kementerian Kehutanan mewajibkan seluruh ekspor produk mebel dan kerajinan telah dilengkapi dokumen SVLK mulai 1 Januari 2015.

SVLK Lebih Baik
Taufik Gani menyatakan, SVLK jelas lebih baik dibandingkan sertifikasi yang keluarkan pihak asing. “SVLK dikembangkan oleh bangsa sendiri, jadi tahu persis mana kayu yang legal, dan mana yang tidak,” katanya.

Dia menyatakan dengan SVLK penetrasi pasar diharapkan makin kuat. Didukung dengan pulihnya perekonomian Amerika Serikat dan ekspansi pasar di Rusia dan Eropa Timur, Taufik yakin nilai ekspor mebel dan kerajinan bisa terus meningkat. “Tahun ini kami yakin mencapai 2 miliar dolar,” katanya.

Pameran IFFINA
Sementara itu guna memperluas pasar, perajin mebel dan furnitur UKM akan menggelar pameran IFFINA (International Furniture and Craft Fair Indonesia), Maret 2015.

Melalui wadah Asmindo, pameran tahunan itu diharapkan akan dihadiri 4.500 buyer dari 100 negara. Pameran yang memasuki tahun kedelapan itu menargetkan transaksi 600 juta dolar AS.

“Saat ini pasar furnitur dan kerajinan global bernilai hingga 440 miliar dolar AS. Indonesia hanya mengambil pasar 1 persen saja. “

Taufik menegaskan dengan keunggulan bahan baku dan budaya yang dimiliki Indonesia, industri mebel seharusnya bisa memainkan peran lebih besar di pasar global.

Saat ini pasar furnitur dan kerajinan global bernilai hingga 440 miliar dolar AS. Indonesia hanya mengambil pasar 1 persen saja. Kedepan diharapkan kerajinan mebel dan furniture Indonesia bisa lebih melenggang di pasar internasional yang luas itu.

“Karenanya, kami akan memulai revitalisasi dan bergerak menjadi industri kreatif dengan mengandalkan desain-desain terbaru,” jelas Taufik.(fenty)

Leave a Comment