POSSORE.ID, Tasikmalaya – Angin sejuk dari dataran Priangan seakan selalu membawa cerita tentang kearifan lokal. Di antara hamparan hijau pegunungan dan kehidupan masyarakat yang sederhana, tumbuhlah bambu—tanaman yang sejak lama menjadi sahabat setia warga. Kini, bambu itu bukan lagi sekadar penopang kehidupan sehari-hari, melainkan simbol kreativitas, keberlanjutan, bahkan peluang ekonomi.

Priangan bersiap merayakan kekayaan itu lewat Priangan Bamboofest 2025, sebuah festival kreatif yang akan digelar pada Desember mendatang. Ajang ini bukan hanya tentang hiburan semata, melainkan perayaan besar yang memadukan potensi ekonomi, seni, budaya, dan inovasi berbasis bambu.
Di balik perhelatan ini, ada semangat yang ingin ditularkan: menjadikan Priangan sebagai pusat kreativitas bambu yang berdaya saing tinggi. Festival ini disiapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Priangan, dengan harapan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat sekaligus memperkuat citra Priangan di tingkat nasional bahkan internasional.
“Bambu bukan hanya sekadar bahan tradisional, tetapi material masa depan yang ramah lingkungan, inovatif, dan bernilai ekonomi tinggi,” tutur Ketua DPD HIMKI Priangan, Maman Mustarom, penuh keyakinan. Menurutnya, bambu punya peran strategis bagi industri kreatif, mebel, maupun kerajinan yang kini semakin dilirik pasar global.
Festival ini dirancang sebagai ruang kolaborasi lintas sektor. Pelaku usaha, komunitas, seniman, akademisi, hingga pemerintah daerah akan turun tangan bersama. Bamboofest menjadi wadah yang inklusif—tempat semua ide, karya, dan energi bertemu, membentuk harmoni baru yang berpijak pada kearifan lokal.
Tak sekadar pameran produk mebel dan kerajinan, pengunjung akan diajak menikmati berbagai kegiatan menarik. Ada workshop untuk menambah keterampilan, talkshow inspiratif, pertunjukan seni yang memukau, hingga lomba desain kreatif yang merangsang lahirnya gagasan-gagasan segar. Setiap rangkaian disiapkan agar pengunjung tak hanya datang melihat, tetapi pulang membawa pengalaman dan pengetahuan baru.
Maman menyebut, Bamboofest 2025 juga ingin membuka panggung bagi generasi muda. “Kami ingin festival ini menjadi wadah anak muda untuk berinovasi, sekaligus ruang bagi pengrajin dan UMKM agar bisa naik kelas,” ungkapnya. Sebuah komitmen yang menunjukkan bahwa HIMKI Priangan serius menyiapkan masa depan industri bambu.
Kerja sama dengan pemerintah daerah dan lembaga pendidikan akan menjadi pilar penting. Kolaborasi ini diyakini mampu memperluas jejaring, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, dan mendorong inovasi desain produk berbasis bambu. Tujuannya jelas: produk bambu Priangan bisa tampil percaya diri di pasar global.
Lebih dari itu, festival ini diharapkan tumbuh menjadi gerakan bersama. Bamboofest bukan hanya acara sekali selesai, melainkan pemicu kesadaran akan pentingnya melestarikan bambu, menjaga ekologi, sekaligus mengembangkan potensi ekonominya. Dengan cara kreatif dan inklusif, festival ini ingin menumbuhkan ekosistem industri bambu yang berkelanjutan.
“Harapan kami, festival ini bisa menjadi agenda tahunan kebanggaan Priangan, yang menginspirasi daerah lain untuk melakukan hal serupa. Bambu adalah identitas kita, dan melalui Bamboofest, kita bisa menunjukkan pada dunia bahwa Priangan adalah pusat inovasi bambu,” ujar Maman ngan nada deserius.
Narasi ini semakin meneguhkan, bahwa Bamboofest bukan semata perayaan seni, melainkan langkah strategis menuju industri kreatif yang berdampak luas. Priangan dengan bambunya tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membuka jalan bagi masa depan yang berkelanjutan.
Dengan visi besar itu, Priangan Bamboofest 2025 hadir sebagai jembatan antara tradisi dan inovasi, antara kearifan lokal dan tantangan global. Sebuah pesta bambu yang bukan saja merayakan identitas, tetapi juga menghidupkan harapan bagi masyarakat Priangan dan sekitarnya. (aryodewo)