JAKARTA (Pos Sore) —Nyeri wajah sebelah atau trigeminal neuralgia adalah kondisi rasa nyeri di sebelah wajah. Nyeri ini dirasakan terkadang hingga berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun tanpa harus disebabkan oleh cedera atau infeksi.
Rasa nyerinya beda. Bukan sekadar rasa nyut-nyutan seperti sakit gigi atau sakit kepala. Rasa nyeri wajah sebelah ini sangat mengganggu dan tidak kunjung hilang dalam waktu singkat.
Spesialis bedah syaraf Klinik Utama dr. Indrajana, dr. Mustaqim Prasetya, SpBS, FINPS, mengatakan, rasa nyerinya itu sulit digambarkan. Kalau berdasarkan keluhan pasien-pasien yang disampaikan kepadanya ada yang merasa seperti tertusuk jarum, panas terbakar, kesetrum, tersayat-sayat, dan berbagai rasa nyeri menyiksa lainnya.
Ada juga yang terkena rambut saja terasa begitu sakit. Saking tidak kuatnya menahan sakit, ia sampai berguling-guling, berteriak, bahkan sampai tidak kuasa melakukan apa-apa.
Rasa nyeri ini tidak akan hilang meski sudah mengonsumsi obat antinyeri. Berbeda dengan rasa nyeri yang biasa, lalu minum obat pereda nyeri, tidak lama rasa nyeri itu akan hilang.
“Pokoknya rasa sakit yang diderita sulit untuk digambarkan,” kata dr. Mustaqim saat bincang-bincang mengenai “Nyeri Wajah Sebelah Trigeminal Neuralgia”, Rabu (13/10/2021).
Kegiatan ini diadakan dalam rangka memperingati ‘International Trigeminal Neuralgia Awareness Day’ yang jatuh setiap 7 Oktober setiap tahunnya.
Karena itu, jika terjadi gangguan rasa nyeri pada beberapa area wajah, sebaiknya jangan dibiarkan. Karena bisa jadi itu trigeminal neuralgia.
Rasa nyeri kronis ini akibat gangguan pada saraf trigeminal atau saraf kelima dari 12 pasang saraf yang berasal dari otak. Saraf ini terletak pada setiap sisi wajah dan memungkinkan seseorang dapat merasakan berbagai sensasi pada wajah.
Gangguan nyeri ini dapat muncul secara teratur selama beberapa hari hingga beberapa bulan. Namun, pada kasus yang cukup serius, rasa nyeri dapat muncul ratusan kali dalam satu hari.
Banyak julukan
Nyeri wajah sebelah trigeminal neuralgia ini memiliki banyak julukan. Salah satunya, suicide disease, karena tak jarang akan memunculkan rasa ingin bunuh diri akibat nyeri yang tak tertahankan.
Seperti yang dialami Suchaeti, perempuan asal Jakarta yang kini berusia 71 tahun. Ia yang terkena nyeri wajah sebelah trigeminal neuralgia selama tiga tahun mengaku sempat ingin bunuh diri karena tidak kuat menahan rasa nyeri.
“Pokoknya tersiksa banget. Untuk memakai kerudung saja, sakitnya sungguh luar biasa. Berwudhu, makan, minum pun demikian. Saya mencoba menghilangkan rasa nyeri dengan obat tapi obatnya tidak mempan,” ceritanya.
Akibat dari nyeri wajah ini, ia tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Tidak dapat menikmati kegiatan yang biasanya ia nikmati, tidak dapat tidur dengan tenang, merasa tertekan, sulit terlibat dalam kegiatan sosial, serta merasa sangat cemas dan gelisah akan nyeri yang dirasakan.
Selain mendapatkan julukan suicide disease, nyeri wajah sebelah juga dijuluki invisible disease. Munculnya julukan ini karena banyak penderitanya terlihat seperti orang normal saat tidak dalam serangan.
Nyeri wajah sebelah juga kerap dijuluki lightning bolt of pain, karena saat serangan ada yang melaporkan seperti tersengat petir di wajah.
Dokter Mustaqim menjelaskan, nyeri wajah sebelah yang tak tertahankan ini, bisa muncul saat penderitanya melakukan aktivitas harian yang seharusnya tak sebabkan nyeri.
Misalnya, makan, minum, berbicara, tertawa, tersenyum, menggosok gigi, membasuh atau menyentuh wajah, memakai make up, menyisir rambut, mencukur, terkena angin sepoi-sepoi, atau terkena hawa dingin atau AC.
Apa itu neuralgia? Apa juga trigeminal?
Neuralgia adalah gangguan rasa sakit yang muncul akibat adanya masalah atau kerusakan sinyal saraf di sistem persarafan. Kondisi ini bisa terjadi di semua bagian tubuh.
Rasa nyeri akibat gangguan ini, mulai ringan hingga berat sehingga dapat berdampak terhadap kualitas hidup penderitanya. Seperti yang dirasakan Suchaeti.
Sedangkan trigeminal adalah saraf kranial kelima. Sebagaimana namanya, saraf ini memiliki 3 cabang. Nah, pertama, ada yang mempersarafi area mata sekitarnya. Cabang ini bernama oftalmikus.
Cabang yang kedua, yaitu cabang maksilaris, yaitu yang mempersarafi pipi, bibir atas, hidung, rongga mulut merupakan cabang. Cabang yang ketiga yakni mandibularis yang mempersarafi otot pengunyah.
Jadi terbayang kan jika trigeminal ini mengalami masalah atau gangguan. Karakter nyeri trigeminal neuralgia ini biasanya hanya terjadi pada satu sisi wajah saja. Itu sebabnya, dikenal dengan istilah nyeri wajah sebelah.
“Jika trigeminal ini mengalami masalah, rasa nyerinya bisa merambat ke mana-mana. Nyeri terjadi pada area yang dipersarafi oleh cabang saraf ini, bisa terasa pada satu cabang daerah persarafan atau lebih,” tutur dr. Mustaqim.
Dikatakan, nyeri wajah sebelah yang satu ini biasanya tidak merespons atau tidak mempan dengan pemberian antinyeri biasa. Antiepilepsi biasanya seringkali diresepkan dokter sebagai langkah awal untuk membantu mengatasi nyeri tak tertahankan ini. Tapi tidak akan berlangsung lama.
Neuralgia trigeminal ini adalah keluhan yang paling sering terjadi. Kalau berdasarkan statistik lebih banyak dialami perempuan di atas usia 50 tahun. Tapi, pernah juga ditemukan kasus pasien berusia 20 tahun didiagnosis terkena nyeri wajah sebelah ini.
Meski lebih sering dialami kaum perempuan, bukan berarti pria tidak mengalami hal serupa.
Penyebab Nyeri Wajah Sebelah
Mengapa seseorang mengalami nyeri wajah sebelah? Timbul bila saraf trigeminus tertekan atau bergesekan dengan pembuluh darah yang ada di dekatnya. Setiap kali pembuluh darah berdenyut, saraf akan tertekan. Inilah pemicu nyeri yang paling hebat.
Gesekan atau tekanan terus menerus ini lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan lapisan myelin atau selaput luar saraf yang berfungsi sebagai ‘mantel’ pelindung saraf. Akibatnya, mengalami malfungsi dalam menyampaikan sinyal rasa sakit pada otak.
Kalau digambarkan, ya mirip dengan lapisan engsel, pelindung sendi lutut. Kalau lapisan pelindung ini menipis kan akan memunculkan rasa nyeri di sendi lutut.
Cuma bedanya dengan nyeri wajah sebelah, rasanya nyerinya melebihi rasa nyeri di sendi lutut. Kalau sakit gigi saja sudah terasa sakit banget, nah nyeri sebelah melebihi dari ini. Terbayang tidak?
“Bila lapisan pelindung ini rusak, maka cetusan arus listrik pun bisa muncul sehingga penderita akan merasakan nyeri yang tertusuk, kesetrum, terbakar, tersayat,” papar dr. Mustaqim.
Orang dengan masalah autoimun, tumor, kelainan pembuluh darah, dan perlengketan, bisa juga menyebabkan nyeri wajah sebelah.
Namun untuk memastikan nyeri wajah sebelah ini apakah benar karena ada gangguan di trigeminal, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang radiologi, yaitu MRI.
Tujuannya, guna memastikan diagnosis trigeminal neuralgia dan menyingkirkan penyakit lain yang juga menyebabkan nyeri pada wajah selain trigeminal neuralgia. Misalnya sinusitis, cluster headache, glaukoma, migrain dan lainnya.
Ditangani dengan PRFR
Ketika obat tidak membantu atau nyeri masih menetap, maka dokter akan menganjurkan langkah berikutnya untuk menyembuhkan nyeri akibat trigeminal neuralgia dengan metode PRFR atau Percutaneous Radio Frequency Rhizotomy.
PRFR atau juga bisa dipakai dengan istilah radiofrekuensi ablasi dapat menjadi salah satu solusi pada nyeri wajah sebelah trigeminal neuralgia.
Kata rhyzotomy sendiri, terdiri dari dua kata, ’rhyzo’ artinya akar dan ‘tomy’ artinya memutus/mematikan/merusak.
Jadi, ini adalah salah satu bentuk interventional pain management (IPM) yang dilakukan dengan mengalirkan gelombang panas radiofrekuensi ke cabang saraf trigeminal sesuai dengan daerah wajah yang mengalami nyeri.
Cara kerja radiofrekuensi ablasi ini, gelombang panas (thermal) yang dihasilkan arus listrik akan memblokir rasa nyeri agar tidak dialirkan melalui saraf ke otak sehingga penderitanya tidak lagi merasakan nyeri pada wajahnya.
Gelombang radiofrekuensi ini dihasilkan oleh alat khusus dan dihantarkan melalui jarum yang juga didesain secara khusus ke cabang saraf trigeminal yang berada pada dasar tengkorak dengan panduan alat fluoroskopi (X-Ray).
“Pada kasus trigeminal neuralgia ini, rhizotomy dilakukan pada cabang saraf trigeminal di dasar tulang tengkorak untuk mematikan sebagian kecil bagian saraf yang bertanggung jawab menghantarkan sensasi nyeri ke otak sehingga nyeri tak dirasakan lagi,” jelas dr. Mustaqim.
Teknologi ini memiliki tingkat keberhasilan yang cukup baik mengingat keunggulan PRFR ini bersifat selektif. Artinya, dokter dapat memilih cabang saraf trigeminal yang mana yang akan ‘dimatikan’ sehingga nyeri pun hilang.
Nyeri wajah sebelah trigeminal neuralgia bisa sembuh dengan PRFR. Teknologi ini dapat menjadi pilihan bagi penderita nyeri wajah sebelah yang enggan atau takut melakukan tindakan bedah setelah menimbang risiko operasi. Terlebih jika pasien pernah terapi bedah namun gagal sehingga memunculkan trauma.
“Dan pada kasus serangan nyeri akut yang hebat yang perlu penanganan segera maka tindakan PRFR ini bisa menjadi solusi,” paparnya.
Selain tanpa bedah, keuntungan dengan tindakan PRFR ini antara lain risiko relatif lebih rendah dibandingkan tindakan pembedahan, prosesnya cepat, tanpa rawat inap, hemat biaya atau biaya lebih terjangkau, dapat segera dilakukan, serta hanya memerlukan sarana yang lebih sederhana.
Setelah tindakan ini, pada kebanyakan kasus pascatindakan pasien tidak perlu minum obat penghilang nyeri saraf lagi. Seperti yang diakui Suchaeti. Setelah mencoba berobat ke mana-mana, namun tanpa hasil, akhirnya ia bisa bernapas lega.
“Alhamdulillah rasa nyeri menyiksa pada wajah sudah 3 tahun ini sudah hilang karena saya memilih untuk dilakukan PRFR atau radiofrekuensi ablasi oleh dr. Tyo. Sekarang saya sudah dapat melakukan aktivitas seperti semula,” tuturnya bahagia.
Apakah bisa kambuh?
Bisa saja ketika pasien mengalami stress, banyak pikiram atau rasa bahagia yang meletup-letup seperti uforia akan sesuatu. Kondisi-kondisi seperti ini akan membuat cabang tertekan oleh denyut pembuluh darah yang lebih cepat dari biasanya.
Selama bisa menerapkan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, tidak minum minuman berakohol, tidak begadang, tidak stress, tercukupi asupan nutrisinya, selama itu diharapkan tidak terjadi kekambuhan. (tety)