21/03/2025
Aktual

Polisi Israel Buka Gerbang Al-Aqsa untuk Non-Islam

YERUSALEM — Kepolisian Israel kemarin membuka salah satu pintu gerbang Masjid Al-Aqsa untuk pengunjung nonmuslim. Kebijakan ini memicu kemarahan orang-orang Palestina.  Ketika para jamaah Palestina melancarkan protes damai menentang masuknya ekstremis Yahudi ke Masjid Al-Aqsa di Al-Quds (Yerusalem yang diduduki), polisi malah menggunakan granat kejut dan menyerbu kompleks masjid. Mereka malah menangkap dan mencederai banyak jemaah masjid.

“Saya serukan negara (Arab dan Islam) serta berbagai organisasi untuk menentang Israel, yang kebijakannya tentang Masjid Al-Aqsa sudah keterlaluan,” seru pejabat Masjid Al-Aqsa, Sheikh NajihIbkeirat.

Arus masuk orang-orang Palestina ke tempat suci ketiga umat muslim kemarin ini menyusul seruan Mufti Al-Quds Sheikh Mohamed Hussein untuk warga Palestina agar berkemah di kompleks masjid sebagai protes menentang pelanggaran berbagai kelompok Yahudi.  Ibkeirat juga mendesak orang Palestina untuk memulai aksi duduk sepanjang April di kompleks masjid menjelang Hari Paskah Yahudi.

Berbagai kelompok ekstremis Yahudi sebelumnya sudah mengumumkan akan menyerbu kompleks masjid Al-Aqsa selama liburan Paskah pada Senin depan.  Saat menggelar aksi duduk di dalam masjid Al-Aqsa, para jemaah Palestina diserang polisi Israel. Polisi menembakkan gas airmata dan peluru karet dan melukai beberapa orang.  Sekurangnya dua wanita Palestina ditangkap dalam serangan itu.  Namun polisi menyanggah dan mengklaim para demonstran telah melempari batu dan bom molotov ke aparat.

Al-Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam dan tempat suci ketiga setelah Ka’bah di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.  Serangan kemarin ini terjadi menyusul serangan “price tag” sebelumnya yang dilancarkan para ekstremis Yahudi. Ini adalah taktik ekstremis dengan sasaran paling sering adalah orang-orang Palestina.

Berjuluk “price tag” atau doktrin “keprihatinan bersama”, para ekstremis Yahudi akan melancarkan respons kapan pun, dimana pun dan bagaimanapun” sesuai yang mereka inginkan bila pemerintah mencoba membongkar permukiman Yahudi ilegal.  Istilah ini kerap dipakai untuk menggambarkan tindakan vandalisme oleh radikal Israel sebagai “harga” melawan sasaran orang Palestina atau aparat keamanan Israel sebagai respons atas aksi pemerintah.(onislam/meidia)

 

Leave a Comment