ANDA pecinta karya seni Puisi. Kumpulan puisi ‘Perempuan Langit’ layak Anda baca. Buku antologi ini berisi 19 penyair perempuan. Karya yang bermula dari pengamatan, penghayatan, dan pengendapan dari kondisi riil masing-masing penulisnya.
“Puisi memang dibutuhkan saat ini. Di tengah zama yang hingar bingar lantaran kepentingan-kepentingan subyektif yang kerap menafikkan hati nurani,” kata penyair Anisa Afzal, sekaligus pemrakarsa buku dan penanggung jawab acara, di Perpustakaan Nasional, akhir pekan lalu.
Puisi-puisi dalam buku ini mengajak pembaca untuk merenung sejenak atas kondisi tatanilai, tatakehidupan, serta tatazaman yang riuh. Dengan menyimak puisi-puisi, mampu memberi ruang hari untuk kembali pada fitrah sebagai manusia biasa yang semestinya terus menjunjung dan memperjuangkan kemanuasiaan.
19 penyair yang tergabung dalam antalogi puisi ini, memiliki latar belakang dan daerah yang berbeda. “Kami memang pernah bertemu dalam acara-acar sastra. Namun, komunikasi dan keakraban terjalin lewat media FB,” kata Anisa. Hal ini mempertegas sikap bahwa sastra maya tetaplah musti diwujudkan konkret membumi.
Judul ‘Perempuan Langit’ ini metafora tentang impian, sekaligus upaya perempuan yang kerap melambung terbang ke langit. Tentu, dengan tetap bertumbu pada kaki yang menjejak bumi. (tety)