17/11/2025
AktualKesraNasional

Perempuan Indonesia Berkiprah dalam Berbagai Bidang, Giwo Rubianto: Kowani dari Masa ke Masa

JAKARTA (Pos Sore) — Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd menjadi pembicara kunci pada FGD #3 Penelitian Sejarah bertema “Perempuan Indonesia Berkiprah di Berbagai Bidang dari Masa ke Masa”, Kamis (22/4/2021), yang diadakan Perpustakaan Nasional RI.

Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kartini, ini menghadirkan dua narasumber Pustakawan Perpurnas RI Miftakhus Salami dan Prof. Dr. Erwiza Erman, M.A, Profesor Riset LIPI yang juga sejarawan perempuan asal Sumatera Barat.

Giwo dalam keynote speechnya berjudul “Potensi Organisasi Perempuan dalam
Literasi & Edukasi Menghadapi Digitalisasi”, menyampaikan kiprah perempuan Indonesia sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan. Para perempuan yang tergabung dalam berbagai organisasi ini lantas menginisiasi Kongres Perempuan pertama di Jogjakarta pada 22 Desember 1928.

Kongres Perempuan pertama ini diilhami oleh gerakan Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 1928. Tujuannya untuk memperjuangkan perbaikan derajat kedudukan wanita serta memperjuangkan kemerdekaan, mempertahankan dan mengisinya dengan pembangunan.

Dari Kongres Perempuan inilah akhirnya menjadi cikal bakal Kongres Wanita Indonesia, yang dikenal dengan Kowani. Di Indonesia, peristiwa yang terjadi pada 22 Desember itu diperingati sebagai Hari Ibu. Tetapi sejatinya, 22 Desember adalah hari lahirnya Kowani sebagai pergerakan wanita Indonesia.

Kowani sendiri adalah federasi organisasi perempuan Indonesia yang tertua dan terbesar dengan 97 anggota organisasi di tingkat pusat dan lebih dari 87 juta anggota perempuan yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara.

Pada Kongres Perempoean Indonesia ke-II di Jakarta pada1935 Kowani menghasilkan keputusan penting. Bahwa kewajiban utama wanita Indonesia adalah menjadi ‘Ibu Bangsa’. Bermakna sebagai pendidik yang utama dan pertama dalam keluarga yang menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar dengan kebangsaannya.

“Kowani sebagai Ibu Bangsa menjadi garda terdepan untuk meningkatkan literasi kaum perempuan, dan ini terbukti hingga saat ini eksistensi dan keikutsertaan Kowani telah merambah di segala bidang pembangunan,” kata.

Di momen Bulan Kartini, Kowani mengikuti jejak salah satu pejuang/pahlawan nasional wanita Indonesia yang mencerdaskan perempuan dengan gerakan “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Kowani pun telah meluncurkan e-Library KOWANI bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI.

Menurutnya, konteks perayaan Hari Kartini, dengan sosok inspirator yang patut diteladani dan dijadikan role model oleh setiap perempuan Indonesia, selayaknya bukan hanya pada R.A Kartini, tetapi juga kepada seluruh jajaran pahlawan perempuan yang menjadi sosok pelopor kebangkitan perempuan di Indonesia.

Sebut saja Pahlawan Nasional Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Raden Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan, Nyi Ageng Serang, Hj. Rangkayo Rasuna Said, Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto, Hj. Fatmawati Soekarno, Opu Daeng Risaju.

“Dan ditambahi lagi, dua Pahlawan yakni Malahayati dan Rohana Kudus adalah hasil perjuangan keras Kowani sebagai inisiator sehingga akhirnya resmi diakui sebagai pahlawan Nasional perempuan. Jadi, sesungguhnya, kita bukan sekedar memperingati hari Kartini melainkan sekaligus menjadikannya sebagai momentum penting bagi perempuan,” katanya.

Giwo berharap, melalui FGD ini bisa terus membangkitkan semangat perbaikan dan pemajuan martabat perempuan. Selain itu, turut mempersiapkan perempuan dalam rangka menambah keberdayaan dan kekuatan perempuan dalam menghadapi era digital.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Koordinator Kelompok Koleksi Layanan Terbuka Perpusnas Luthfiati Makarim menyatakan dengan hadirnya Kowani dalam FGD ini dapat menjangkau lebih banyak perempuan Indonesia untuk bersama-sama secara aktif mencerdaskan perempuan Indonesia.

“Karena peran perempuan terutama ibu, menjadi tombak utama negara. Bersama seluruh unsur membangun bangsa diberbagai bidang,” ujarnya.

Dia menjelaskan, FGD ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat. Terlebih sejarah dan koleksi masa lalu dapat memberi manfaat, untuk menghadapi kemajuan tekhnologi serta beragam perubahan sosial di masa kini dan masa yang akan datang. (tety)

Leave a Comment