JAKARTA (Pos Sore) — Krisis selalu memperburuk ketimpangan gender. Begitu pernyataan Penasihat Risiko Bidang Kemanusiaan dan Bencana UN Women Asia dan Pasifik, Maria Holtsberg. Karenanya, diperlukan langkah-langkah khusus dan konkret untuk menjaga perempuan dalam perang melawan pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia saat ini.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, menyampaikan hal itu dalam acara webinar bertajuk ‘Peran, Kesiapan, dan Ketahanan Perempuan dalam Perang Melawan COVID-19’, di Jakarta. Webinar ini diadakan oleh Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPP-RI), Maju Perempuan Indonesia (MPI) dan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI).
Ia bilang berdasarkan data BPS pada 2019, sebanyak 131 juta jiwa atau hampir setengah dari populasi penduduk Indonesia adalah perempuan. Data ini menggambarkan perempuan merupakan penyumbang setengah dari kekuatan sumber daya manusia bangsa ini. Bintang pun meningatkan kepada seluruh perempuan Indonesia, kita memiliki kekuatan untuk memerangi COVID-19.
“Sebagai perempuan, kita pasti memiliki pengalaman personal terkait pandemi ini. Kita yang paling mengerti kesulitan-kesulitan yang dialami. Kita pula yang paling mengerti kekuatan diri. Untuk itu, setiap perempuan adalah advokat bagi dirinya sendiri dan bagi hak-hak perempuan secara umum,” lanjut Menteri Bintang.
Saat ini, katanya, Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam menangani pandemi COVID-19, baik di segi kesehatan, sosial maupun ekonomi perempuan. Pada segi ekonomi, banyak pekerja perempuan yang harus mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan. Hingga 16 April 2020, ada sekitar 2.385 orang pekerja yang diPHK dan dirumahkan akibat pandemi global tersebut, sekitar 762 orang atau 31%-nya adalah pekerja perempuan.
Tantangan lain yang dihadapi, yaitu semakin sulitnya kondisi perempuan kepala keluarga dan perempuan pra-sejahtera karena usaha yang terancam akibat kehilangan distributor ataupun pasar. Bahkan, jumlah nasabah program Mekaar PT. PNM (Persero) per 4 April 2020, mengalami penurunan dari 6,4 juta menjadi 4,4 juta nasabah.
Di samping itu, pendampingan dan pengasuhan bagi anak selama Belajar di Rumah (BdR) juga menimbulkan beban ganda, khususnya bagi perempuan sebagai ibu yang juga bekerja. Tingginya tingkat stres akibat kesulitan saat pandemi COVID-19, juga berpotensi melahirkan kekerasan berbasis gender (KBG) terhadap perempuan, anak dan kelompok rentan lainnya.
Sejak digaungkan kegiatan BdR di banyak daerah, dilaporkan sejak 14 Maret – 22 April 2020 terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan, dari angka ini terdapat 106 korban yang 67 diantaranya mengalami KDRT (Data SIMFONI PPA, 2020).
“Saya meminta dukungan dan kerjasama semua pihak, untuk membantu Kemen PPPA dalam memberdayakan perempuan dan memenuhi hak-hak anak menghadapi pandemi ini. Mari kita tunjukkan rasa kemanusiaan dan semangat gotong royong yang tidak akan terkalahkan oleh apapun. Tetap berpikir positif dan semangat, semoga wabah COVID-19 segera berlalu,” pungkas Menteri Bintang.
Sementara itu, Ketua DPR RI, Puan Maharani menekankan pentingnya peran perempuan dalam perang melawan covid-19. “Sebagai perempuan, kita menyadari dan merasakan bahwa persoalan Covid-19 sudah menyentuh berbagai aspek kehidupan. Secara global, 70% dari jumlah tenaga perawat terdiri dari perempuan, mereka adalah ujung tombak penyelamat nyawa manusia,” ungkap Puan Maharani saat membuka acara.
Puan menambahkan, di Indonesia, pemerintah sudah menyebutkan 60% Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memproduksi hand sanitizer dan masker dimiliki dan dikelola kaum perempuan. Data tersebut menunjukan perempuan bukan hanya kelompok terdampak besar wabah ini, tapi juga memiliki peran besar dalam melawan Covid-19.
“Perempuan dapat dan harus berperan aktif untuk meningkatkan keberhasilan dalam menghadapi pandemi ini karena sangat bergantung pada ketahanan kesehatan keluarga dan pemenuhan gizi seimbang yang dapat dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu rumah. Pandemi ini adalah tantangan besar yang harus kita atasi dan lawan dengan usaha besar yaitu semangat kebangsaan gotong royong sesuai jati diri asli bangsa ini,” tegas Puan.
Kepala BNPB, Doni Monardo, juga menuturkan peran perempuan dalam penanganan Covid-19 begitu luar biasa. Berdasarkan data jumlah perawat kesehatan di Indonesia, 71% di antaranya merupakan perempuan. Mereka adalah pahlawan kemanusiaan, prajurit tempur yang sangat strategis melawan Covid-19.
“Namun jika membandingkan jumlah tenaga medis Indonesia dengan negara lain, perbandingannya sangat kecil yaitu 1:1000 tenaga medis. Begitu juga jumlah rumah sakit dan anggaran yang tersedia. Kami sangat berharap, walaupun secara medis dokter dan perawat adalah ujung tombak, tapi semua pihak harus berpikir bahwa mereka adalah benteng terakhir dalam penanganan Covid-19,” tandasnya.
“Ada potensi lain yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya, yaitu melalui aspek psikologis. Di sinilah peran perempuan diperlukan, bagaimana menangkap pesan ini dan menyampaikan dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami ke keluarga dan masyarakat. Demi memastikan mereka terlindungi dan imunitas bisa terjaga dengan baik agar terhindar dari virus ini. Jika satu keluarga terlindungi, akan banyak keluarga terselamatkan,” tutup Doni. (tety)