“Padahal jika dibiarkan, penyakit gusi tidak hanya akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut, namun bisa menjadi bahaya tersembunyi untuk kesehatan tubuh secara menyeluruh.”
Ketua AFDOKGI Prof. drg. Suryono, S.H., M.M., Ph.D menjelaskan penyakit gusi memiliki dua tahapan. Pertama, gingivitis yang ditandai dengan gejala gusi bengkak, merah, atau mudah berdarah.
“Pada tahap ini, masalah gusi masih dapat diatasi dan bahkan bisa menjadi kembali sehat dengan perawatan yang tepat,” terangnyam
Selanjutnya adalah periodontitis. Di tahap ini, kerusakan sudah sampai ke tulang dan jaringan pendukung gusi, seringkali bersifat irreversible. Gigi menjadi goyang dan akhirnya tanggal.
“Kita perlu waspadai bakteri dari gusi yang terinfeksi yang dapat masuk ke aliran darah dan meningkatkan risiko penyakit sistemik seperti jantung, stroke, diabetes, hingga infeksi pernafasan dan komplikasi kehamilan.”
Personal Care Community Lead Unilever Indonesia drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., menuturkan, untuk melindungi masyarakat dari berbagai bahaya di balik masalah gusi, BKGN 2025 mengangkat tema ‘Cek Gigi dan Gusi – Bebas Biaya, Bebas Cemas, Bebas Ribet’.
BKGN 2025 akan memberikan perawatan dan konsultasi gigi dan gusi gratis bagi 28.000 masyarakat, diselenggarakan di 30 Fakultas Kedokteran Gigi dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di seluruh Indonesia.
Layanan ini meliputi pembersihan karang gigi, penambalan gigi dan aplikasi fluoride atau fissure sealant, serta pencabutan gigi.