JAKARTA (Pos Sore) — Kongres Wanita Indonesia menyelenggarakan Webinar bertajuk “dr. Rubini – Pejuang Kemanusiaan dan Kemerdekaan Indonesia Menuju Pahlawan Nasional”, Rabu 27 April 2022.
Webinar ini juga menggandeng Kementerian Sosial dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Seminar ini adalah kelanjutan dari proses pengusulan dr Rubini sebagai pahlawan nasional. Menghadirkan tokoh sejarawan baik tingkat daerah maupun nasional juga perwakilan kementerian sosial.
Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd, dalam pengantarnya menyampaikan, seminar nasional ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan administrasi pengusulan tokoh pahlawan.
Persyaratan ini sebagaimana diatur di dalam UU No. 20 Tahun 2009, tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
“Usulan dr Rubini menjadi pahlawan nasional bukan tanpa sebab,” kata Giwo Rubianto.
Dalam kiprah perjuangannya, sosok berdarah Sunda tersebut dikenal sangat peduli dengan para perempuan dan anak. Ia juga menentang kekerasan seksual yang banyak menimpa perempuan pada era penjajahan.
“Perjuangan dr. Rubini ini sejalan dengan visi dan misi Kowani. Yakni mengangkat harkat dan derajat kaum wanita. Maka sosok dr Rubini amat berjasa bagi kita sebagai kaum perempuan,” kata Giwo.
Selain itu, dr Rubini yang menetap di Jalbar sekitar 17 tahun, dikenal sebagai dokter yang rajin menyambangi pasien-pasiennya. Ketika ia menduduki jabatan sebagai kepala rumah sakit, kebiasaan ini terus dilanjutkan.
“Ia juga sosok pemimpin politik di masanya yang telah berjuang demi cita-cita kemerdekaan bangsanya,” kata Giwo.
Sebagai seorang dokter, dr Rubini amat dikenal banyak membantu pasien. Termasuk juga korban kekerasan mapun kejahatan seksual yang menimpa perempuan masa itu.
Kegigihannya melawan penjajahan telah membawa konsekuensi hilangnya nyawa bersama sang istri yang waktu itu sedang hamil.
“Atas perjuangannya itulah Kowani tergerak mengusung dan mengusulkan agar menjadi pahlawan nasional,” lanjut Giwo.
Tujuannya agar apa yang dilakukan dr Rubini melalui gerakan melawan kekerasan seksual menjadi inspirasi dan role model generasi sekarang.
Kowani sendiri sebelumnya telah berhasil mengantar Malahayati dan Rohana Kuddus menjadi pahlawan nasional.
Ketua Kowani Dra Heryana Hutabarat, menbahkan, menjelaskan awal ide itu muncul ketika Kowani menggelar aksi-aksi sosial gerakan masyarakat hidup sehat di Kalbar yang puncaknya dilakukan di Kabupaten Sintang.
“Muncul rencana ini mulai dari ahli waris yakni Ibu Giwo, kemudiana kami ziarah ke makam dr Rubini yang merupakan kakek Bu Giwo ke Mandor Juang,” tuturnya.
Pada kunjungan kedua bersamaan dengan vaksinasi massal, Kowani beranjangsana ke rumah sakit dr Rubini dan melintas Jalan Rubini.
Dari situlah kemudian diputuskan membentuk tim pengusul TP2GD. Gubernur lalu menerbitkan surat keputusan bernomor 217/Dinsos/2022 tenteng pembentukan tim peneliti pemberian gelar pahlawan kabupaten Mempawah.
Hadir Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Prov Kalbar Dra. Linda Purnama mewakili gubernur.
Ia mengatakan, syarat pengajuan dr Rubini sebagai pahlawan nasional telah dipenuhi bahkan gubernur juga telah menerbitkan rekomendasinya.
“Bagi kami, dr Rubini merupakan sosok pahlawan yang membanggakan. Kami mendukung dr Rubini ditetapkan sebagai pahlawan nasional,“ katanya.
Dukungan juga disampaikann Sejawaran Prof Asvi Warman Adam. Dalam penjelasannya, Prof Asvi mengatakan dr Rubini patut diangkat menjadi pahlawan nasional.
“Saya telah membaca dan mempelajari naskah akademik terkait alasan pengusulan dr Rubini sebagai pahlawan nasional,” katanya.
Dalam naskah akademik sebanyak 40 halaman, ia menangkap aspek dr Rubini sebagai pejuang kemanusiaan dan pejuang kemerdekaan sangat ditonjolkan. Menurutnya, itu sangat tepat.
Menurut Prof Asvi, dua hal yang perlu ditambahkan dalam naskah akademik tersebut adalah bahwa sosok dr Rubini adalah pejuang sepanjang hayat dan seorang dokter yang berkarya melebihi tugasnya.
Dua hal tersebut akan lebih menguatkan alasan mengapa dr Rubini pantas menyandang gelar pahlawan nasional.
Berkarya melebihi tugasnya ini lanjut Prof Asvi dapat dilihat dari sepak terjang dr Rubini dalam aktivitasnya sebagai dokter.
Ia memulai tugasnya di Kalbar sebagai dokter keliling. Ketika menjabat sebagai kepala rumah sakit daerah, ternyata dr Rubini juga tetap masih berkeliling untuk menyambangi pasien-pasiennya.
Tidak hanya itu, keputusan dr Rubini untuk menetap di Kalbar saat pendudukan tentara Jepang menjadi buktivdr Rubini telah berkarya melebihi tugasnya.
Sebab sebagai dokter, ia bisa saja bersedia dievakuasi ke Jakarta atau ke Bandung. Tetapi nyatanya, dr Rubini memilih tetap berada di tengah rakyat Kalbar.
Karena itu, Prof Asvi meminta agar tim penyusun naskah akademik segera melengkapi narasi tentang sosok dr Rubini agar aspek kemanusiaannya tergambar lebih jelas.
Terkait aspek sebagai pejuang, Prof Asvi meminta tim penyusun naskah akademik menceritakan beberapa tokoh yang seangkatan dengan dr Rubini saat menempuh pendidikan di STOVIA.
Karena ternyata dr Rubini juga teman seangkatan Sarwono dan Sardjito. Sarwono Prawirohardjo merupakan pengurus Jong Java dan anggota KNIP.
Sarwono yang kemudian menggagas berdirinya IDI dan LIPI. Dokter spesialis kandungan ini yang membantu lahirnya Megawati Soekarno Putri.
Sedang Sardjito kini namanya telah diabadikan sebagai pahlawan nasional pada 2019 dan menjadi nama rumah sakit di Bulaksumur Yogyakarta.
“Menceritakan teman seangkatan ini juga bisa menguatkan fakta bahwa dr Rubini sepemikiran dan seide dengan teman-teman angkatannya untuk berjuang bagi kemerdekaan bangsa Indonesia,” kata Prof Asvi.
Ketua Masyarakat Sejarawan Kalbar Basuki Wibowo dalam kesempatan yang sama menyampaikan apresiasinya atas inisiatif Kowani mengusulkan dr Rubini sebagai pahlawan nasional.
Menurutnya, rekam jejak dan perjuangan dr Rubini memang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai pahlawan nasional.
“Perjuangan dr Rubini dilakukan sejak beliau ditugaskan ke Kalbar, terutama Kabupaten Mempawah hingga akhirnya beliau gugur dalam peristiwa Mandor,” tukasnya.
Saat bergabung dengan Parindra yang didirikan sesama alumni Stovia, dr Rubini pada rapat publik 26 Maret 1940 menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah agar memperhatikan pelayanan kesehatan masyarakat.
Perjuangan dr Rubini berlanjut fase pendudukan Jepang. Saat itu, dr Rubini mengubah gerakan perjuangannya dengan bersikap koorperatif terhadap Jepang.
Tetapi pada awal Januari 1943, dr Rubini diam-diam menyiapkan gerakan bawah tanah untuk melawan Jepang.
Atas tindakannya tersebut dr Rubini bersama tokoh lainnya kemudian digiring dengan cara disungkup kepalanya dengan karung hitam dibawa ke kantor Keibeitai pada Januari 1944.
“Rubini gugur namun perjuangannya dilanjutkan oleh kader-kaderny dan gerakannya menjadi inspirasi daerah-darrah lain di Kalbar,” kata Basuki.
Ketua Alumni Lemhanas Agum Gumelar pun sepakat bahwa dr Rubini merupakan sosok pejuang kemanusiaan dan pejuang kemerdekaan yang patut menyandang gelar pahlawan nasional.
Kalau mempelajari syarat dan dasar hukum seseorang patut menyandang gelar pahlawan, ia sepakat bahwa dr Rubini memenuhi syarat.
“Patriotismenya, pantang menyerah, nasionalisme semua ada pada diri dr Rubini,” kata Agum Gumelar.