ISLAMABAD — Rabita Alam-e-Islami dari Arab Saudi telah memberikan penghargaan tertinggi kepada dewan lembaga madrasah terbesar di Pakistan, Wifaq-ul-Madaris Al-Arabia, Pakistan lantaran berhasil menghasilkan lebih dari 60.000 hafidz (penghafal Alquran) dalam setahun.
“Ini kehormatan besar buat Pakistan karena telah menghasilkan jumlah hafidz terbesar dalam setahun di seluruh dunia. Seluruh bangsa Pakistan pantas merasa bangga,” ujar Qari Hanif Jalinghari, sekretaris jendral Wifaq-ul-Madaris.
Wifaq-ul-Madaris Al Arabia adalah lembaga madrasah tertua dan terbesar di Pakistan. Mereka memiliki lebih dari 12.000 sekolah madrasah yang tersebar di berbagai daerah. Berbagai madrasah yang beroperasi di bawah dewan sekolah ini telah memproduksi 63.556 hafidz pada 2013 lalu dan juga meraih rekor tingkat nasional.
Penghargaan ini diterima Qari Hanif dalam seremoni yang digelar di Jedah akhir pekan lalu dari Gubernur Mekah Mashaal bin Abdullah dan putra Raja Saudi, Shah Abdullah bin Abdel Aziz.
“Rata-rata kami menghasilkan kurang dari 60.000 hafiz dalam setahun hingga 2012. Tapi pada 2013, kami melampaui jumlah itu karena semakin banyak orang tertarik dan partisipasi para siswa dalam kelas menghafal Alquran,” papar Qari Hanif.
Dari lebih 60.000 hafiz, 15.000 di antaranya adalah siswa perempuan. “Pakistan kini menjadi terkenal lantaran terorisme dan aktivitas lain yang bertujuan untuk mendorong orang menjauhi agama. Namun meningkatnya jumlah hafiz menggambarkan sisi lain kehidupan masyarakat Pakistan,” tambahnya.
Ia juga menegaskan penghargaan ini semakin meningkatkan dedikasi dan komitmen madrasah untuk menyebarkan ajaran sejati Alquran.
Menurutnya, pengajaran Alquran dan prinsip Islam menjadi tanggung jawab orangtua kepada anak sejak usia dini karena ini adalah tahap terbaik menanamkan etika Islam.
Menghafal Alquran adalah salah satu cara terpenting untuk melestarikan pesan Allah. Lainnya adalah menerbitkan dan membagikan Alquran atau menyebarkannya di internet dan menyitir ayat suci yang kita kuasai kepada orang lain.
Hingga satu dekade lalu, banyak siswa madrasah berasal dari kelompok miskin dan tinggal di daerah terpencil. Bahkan madrasah di kota besar kebanyakan memiliki siswa dari daerah pinggiran.
Namun belakangan ini semakin banyak kelompok orang kaya dan perkotaan yang makin menyadari pentingnya pendidikan agama. Mereka mengirim anaknya untukmengikuti sekolah agama.
Tren ini membuat pengelola madrasah meningkatkan bangunan sekolah, tapi juga menambah berbagai pelajaran ilmu modern seperti komputer, sains, matematik, geografi dan bahasa Inggris agar memikat siswa.
Keterlibatan kelompok orang kaya dan berpendidikan ke madrasah juga ikut meningkatkan gaji dan fasilitas bagi para guru madrasah. Di kota besar, pkepala sekolah yang disebut Mohtamim mendapat rumah dan fasilitas dasar lain. Sekolah juga memiliki dapur sendiri untuk kebutuhan makanan siswa dan guru.
Selain itu kursus bahasa Arab juga berkembang pesat di berbagai kota. Bahkan ada sekolah elit yang memasukkan bahasa Arab dalam kurikulum. Sebagian di antaranya menjadikan bahwa Arab sebagai pelajaran wajib.
Tercatat ada lebih dari 20.000 madrasah di Pakistan dengan sekitar 2,3 juta siswa. Hampir 12.000 di antaranya dikelola Wifaq-ul-Madaris Pakistan, yang mengikuti ajaran pemikiran Dubendi. Sekitar 10.000 madrasah sisanya dikelola Tanzeem-ul-Madaris Pakistan, Wifaq-ul-Madaris Al-Salafia dan Rabita-tul-Madaris Pakistan.(onislam/meidia)