14.1 C
New York
26/10/2024
Aktual Gaya Hidup

“On Literacy: Turning the Wheel of Wealth”: Tantangan Dunia Literasi di Mata Erick Thohir dan Rintik Sedu

JAKARTA (Pos Sore) — Sarinah Jakarta Content Week 2021 (Sarinah Jaktent), pada Rabu, 8 Desember 2021, menjadi beda. kehadiran Menteri BUMN Erick Thohir ke Sarinah membuat kegiatan semakin berwarna.

Bagaimana tidak, Menteri Erick bersanding dengan generasi muda digital native membahas isu literasi. Dua generasi berbeda dengan sudut pandang yang juga berbeda.

“On Literacy: Turning the Wheel of Wealth”, begitu tajuk diskusi yang dihadiri Menteri BUMN. Acara ini hasil kolaborasi dengan JCCN (Jakarta Creative City Forum) dan ICCN (Indonesia Creative City Network).

Dunia literasi selalu menarik untuk dikupas. Beragam isu yang menyertainya pun tak luput menjadi bahasan hangat di masyarakat. Bahkan, seringkali dijadikan tolak ukur perkembangan bangsa kita.

Perkembangan dunia literasi di tengah digitalisasi menjadi ranah yang menarik untuk dibahas.

Dalam sesi diskusi ini menghadirkan narasumber Rintik Sedu (Penulis/ Kreator Konten). Diskusi dimoderatori oleh Laura Prinsloo (Focal Point, Jakarta UNESCO City of Literature dan Ketua YTPI).

Diskusi ini membahas beragam tantangan dan kesempatan yang tersaji di dunia literasi kita. Mulai dari elemen produksi, medium, distribusi, sampai minat baca masyarakat.

Di saat yang bersamaan, Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia baru saja dinobatkan sebagai salah satu UNESCO City of Literature dan masuk ke dalam jaringan kota kreatif dunia.

Dalam diskusi ini, dibahas juga tentang banyaknya elemen yang membangun dunia literasi Indonesia. Beberapa elemen tersebut sampai saat ini masih belum bekerja secara maksimal.

Karena itu, dibutuhkan semacam role model atau prototype yang mampu menginspirasi, menggerakkan, atau bahkan mengorganisir para stakeholder literasi dan masyarakat luas.

Menteri BUMN yang membawahi 171 badan usaha negara, salah satu stakeholder yang punya daya besar untuk menggerakkan dunia literasi di Indonesia.

Salah satu contohnya, PT Pos. BUMN ini pernah mampu membuat program literasi yang masif dan berdampak luar biasa dalam membuka akses literasi bagi masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia.

“Penting untuk BUMN membuka dan mendekatkan diri pada masyarakat, melakukan hal-hal yang menyentuh langsung pada kehidupan masyarakat, yang bersifat masif serta berdampak luar biasa,” kata Erick Thohir.

Menurutnya, kegiatan literasi adalah dasar untuk mencetak masyarakat berkualitas yang dapat membangun bangsa. Literasi adalah energi pengikat dari seluruh aktivitas para pelaku kreatif lintas subsector.

“Sampai hari ini saya masih mengoleksi buku-buku tua, karena menurut saya itu adalah bagian dari kekuatan daripada manusia, bagaimana itu menjadi nilai yang sangat berharga,” ungkapnya.

Berdampingan dengan Erick Thohir, hadir Nadhifa Allya Tsana atau kerap kali dikenal dengan Rintik Sedu. Penulis muda inspiratif yang mampu mengajak masyarakat untuk mencintai buku dan pengetahuan.

Melalui berbagai platform digital yang diciptakan Rintik Sedu, mulai dari blog, Twitter, Wattpad, bahkan podcast, ia memberi pengaruh besar bagi generasi muda hari ini.

“Pemanfaatan platform digital dalam literasi bisa membawa orang ke manapun tanpa harus benar-benar menghadiri tempat tersebut,” tuturnya.

Literasi dan buku tidak harus selalu diajses secara fisik, bisa dengan media apa pun dan pendekatan apa pun. Selama itu dibicarakan, buku tidak pernah akan mati.

Hadir pula Laura Bangun Prinsloo, Ketua Harian Jakarta Kota Buku, sebuah komite yang dibentuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Menurutnya, kehadiran Erick Thohir dan Rintik Sedu di diskusi ini diharapkan bisa menjawab tantangan-tantangan dalam dunia literasi dan pemanfaatan yang tepat terhadap dunia digital.

Anak muda Indonesia harus benar-benar bangkit dan melakukan perubahan dengan aktivasi dunia digital yang mempermudah.

Dukungan dari stakeholder dan pemerintah pun harus diupayakan dengan semaksimal mungkin, untuk tercapainya pemerataan dan pemberdayaan literasi yang lebih luas lagi.

Jakarta Kota Buku sendiri selalu menjalankan program-program literasi. Keberhasilan dari adanya program tersebut salah satunya berhasil mengantarkan Indonesia meraih UNESCO City of Literature 2021.

Fetty Kwartati, CEO & Direktur Retail PT Sarinah (Persero), menyampaikan, diskusi ini menjadi bagian dari dukungan Sarinah sebagai community mall.

“Menjadi ruang kreasi, pertemuan, dan jejaring para insan kreatif, terutama di bidang literasi,” katanya.

Ia pun berharap, teman-teman di industri kreatif dan konten kreator seperti Rintik Sedu, bisa memanfaatkan Sarinah untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. Terutama dengan pemerintah, dalam hal ini BUMN.

Sarinah Jaktent sendiri diadakan secara luring di Gedung Sarinah pada 1-12 Desember 2021. Even ini diinisiasi oleh Yayasan 17000 Pulau Imaji (YTPI) dan Frankfurt Book Fair.

Acara ini mendapat dukungan dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT. Sarinah (Persero), Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, serta Gramedia Pustaka Utama.

Leave a Comment