Ini bukan di lahan persawahan, tapi di lahan Green House milik Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
Kawasan Nuklir di Pasar Jumat ini memang penelitiannya dikhususkan untuk bidang pertanian, pangan, peternakan, industri, dan lingkungan.
Sementara itu, Kawasan Nuklir Batan yang di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten, dikhususkan untuk bidang kesehatan, pertambangan, dan energi.
Dalam satu area lahan Green House ini ditanami beragam jenis padi. Tapi ini bukan sembarang padi, melainkan padi yang dihasilkan dari bibit yang sudah diberi sentuhan iptek nuklir.
Bibit padi yang sudah diberi sinar radiasi ini akan menghasilkan varietas bibit padi unggulan. Di lahan ini, nanti dipilih varietas padi yang terbaik. Artinya, dari satu lahan ini belum tentu semuanya menghasilkan yang terbaik.
Yang terbaik inilah nanti diujicobakan di lahan pertanian sesungguhnya. Batan akan bekerjasama dengan Kementerian Pertanian, Pemda, Kelompok Tani di suatu wilayah, dan pihak swasta.
Terkadang juga pemerintah dan pemda yang menjemput bola meminta Batan untuk menghasilkan varietas padi yang sesuai dengan lahan setempat.
Sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) 2020-2024, fokus kegiatan PAIR di bidang pertanian adalah menghasilkan varietas baru dengan produktivitas yang tinggi.
Kamis (22/10/2020) kemarin beberapa media berkesempatan mengunjungi fasilitas yang dimiliki PAIR Batan tersebut, atas undangan Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek).
Kunjungan ini dalam rangka mengenal lebih dekat iptek-iptek nuklir yang dihasilkan Batan, lembaga yang lahir pada 5 Desember 1958. Yang berarti lembaga ini berusia 62 tahun pada Desember mendatang.
Apakah tidak takut terkena bahaya radiasi? Mendengar kata nuklir, mungkin sebagian besar masyarakat sudah terlanjur takut, membayangkan akan bahaya radiasinya. Namun, ternyata nuklir tak selalu dimanfaatkan untuk tujuan tidak damai semisal perang dan senjata pemusnah massal.
Sebetulnya banyak hasil penelitian Batan yang sudah disosialisasikan, bukan hanya di bidang pertanian, tetapi juga di bidang kesehatan, lingkungan, industri, dan energi. Semuanya, hasil litbang iptek nuklir Batan, lembaga yang kini dikepalai Prof. Anhar Riza Antariksawan.
Kepala PAIR Drs. Totti Tjiptosumirat, M.Rur.Sci, menjelaskan, dalam Renstra PAIR, target pemuliaan tanaman dibagi menjadi dua, yaitu pemuliaan tanaman nasional dan lokal daerah.
“Pemuliaan tanaman ini bertujuan meningkatkan produksi tanaman padi, tahan hama, dan tidak mudah rebah. Dengan kata lain, menghasilkan varietas padi yang lebih unggul dibanding padi yang tidak mendapatkan sentuhan iptek nuklir,” katanya.
Untuk pemuliaan varietas tanaman padi nasional, ditekankan pada kualitas hasil. Sementara itu, untuk padi lokal lebih ditekankan pada rasa yang tetap disukai oleh masyarakat setempat.
Pengembangan varietas padi lokal telah dilakukan PAIR melalui kerja sama dengan berbagai pemerintah daerah seperti Kabupaten Kerinci, Musi Rawas, Klaten, Sijunjung, Solok, Tabanan, Buleleng, Landak, dan banyak lagi.
Hingga saat ini telah didapat berbagai galur mutan harapan yang sesuai dengan masing-masing daerah. Ada juga varietas yang sudah dilepas yakni varietas Rojolele SriNuk dan Rojolele SriNar dari Klaten, varietas Lampai Sirandah dari Sijunjung.
“Padi Rojolele Srinuk, hasil pengembangan BATAN dari padi lokal Rojolele asal Klaten, memiliki keunggulan masa tanam yang lebih pendek dari indukannya,” ungkapnya.
Ada juga yang masih dalam proses evaluasi akhir galur mutan harapan dari kabupaten Musi Rawas dan Tabanan.
Selain itu, ada juga yang sudah panen benih seperti varietas padi Mustaban di Desa Sidasari, Kec. Sampang, Kabupaten Cilacap, pada 22 Juli 2020. Varietas padi Mustaban ini juga hasil pemuliaan tanaman dengan memanfaatkan teknologi nuklir yang dilakukan oleh Batan.
Sejauh ini sudah lebih dari 22 varietas benih padi unggul, berdaya hasil tinggi, dan tahan terhadap hama penyakit, serta diyakini mampu meningkatkan produktivitas padi nasional.
Peningkatan produktivitas pertanian memang harus didukung dengan ketersediaan benih unggul bermutu. Sebagian besar benih-benih unggul nasional, disumbang dari hasil iptek nuklir Batan.
Benih unggul bermutu memiliki sifat-sifat berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit tanaman, umur tanamnya pendek, dan rasa nasinya enak.
Nasi yang masyarakat makan bisa jadi berasal dari padi hasil iptek nuklir Batan. Sebut saja beras Pandan Wangi atau beras Cianjur atau beras lainnya. Rasanya mungkin selintas sama, tapi tekstur berasnya berbeda dari bibit awalnya. Ya, “rasa” iptek nuklir tapi aman dikonsumsi.
Keunggulan varietas padi lebih karena masa panen yang lebih cepat dan tahan hama. Dan, ini sesuatu yang sangat diharapkan petani. Dengan sentuhan teknologi produktivitas tanaman padi akan menjadi lebih baik.
Berbeda dengan padi yang tanpa sentuhan iptek nuklir yang masa panennya dua bulan lebih lama dan tidak tahan hama.
“Penelitian dan pengembangan aplikasi teknologi isotop dan radiasi yang dilakukan Batan dicanangkan untuk berkontribusi terhadap pengkayaan jumlah varietas nasional Indonesia,” tambah Totti.
Totti menjelaskan, untuk mendapatkan varietas unggul baru, teknik yang digunakan adalah dengan pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi. Secara singkat prosesnya adalah benih induk disinari dengan radiasi gamma Cobalt-60 dengan dosis 0,20 kilogray (satuan radiasi yang aman untuk bahan makanan).
Radiasi mampu menembus biji tanaman sampai ke lapisan kromoson. Struktur kromosom pada biji tanaman dapat dipengaruhi dengan sinar radiasi ini. Perubahan struktur karena radiasi dapat berakibat pada perubahan sifat tanaman dan keturunannya.
Fenomena ini digunakan untuk memperbaiki sifat tanaman agar mendapatkan biji tanaman dengan keunggulan tertentu, misalnya tahan hama, tahan kekeringan, dan cepat panen.
“Padi yang diradiasi bersifat aman sepenuhnya, tidak ada unsur radioaktif yang tertinggal,” katanya.
Kepala BATAN, Prof Anhar Riza Antariksawan, menambahkan, ke depan lembaga yang dipimpinnya akan melakukan penelitian di bidang pertanian untuk menciptakan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap cuaca ekstrim.
Perubahan cuaca ekstrim yang dimaksud, ketika musim kemarau bisa terjadi kekeringan dalam waktu yang panjang, begitu juga saat musim penghujan, terjadi dalam jangka waktu yang lama dan jumlah air sangat banyak.
Kondisi ini sering dikeluhkan oleh para petani, mengingat belum banyak varietas yang tahan terhadap perubahan cuaca yang ekstrim. Karenanya, Batan akan melakukan penelitian yang mampu menghasilkan varietas padi unggul yang tahan terhadap perubahan cuaca yang ekstrim.
Penelitian yang dilakukan melalui penelitian yang terintegrasi, mulai dari penelitian benih, budi daya, penggunaan pupuk, perbaikan lahan sampai pada tata kelola pengairan yang baik.
Atas hasil-hasil iptek nuklir Batan ini, Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) menunjuk Batan sebagai collaborating center untuk wilayah Asia Pasifik di bidang pemuliaan tanaman dan uji tak merusak.
“Ini artinya Batan sudah diakui oleh internasional dalam penguasaan dan pemanfaatan iptek nuklir,” kata Anhar.
PAIR Batan juga didorong untuk mengembangkan penelitiannya di bidang pertanian pada tanaman kedelai yang berumur super genja, adaptif pada lahan marginal, dan kedelai hitam.
Tak hanya itu, PAIR juga mengembangkan varietas tanaman serealia yaitu sorgum sebagai pengganti pangan, pakan ternak, dan menghasilkan bioetanol, serta tanaman hias yaitu tanaman krisan yang adptif di dataran rendah dan tahan penyakit karat.
Itulah sedikit dari sekian banyak hasil iptek nuklir Batan di bidang pertanian. Jadi, sejatinya disadari atau tidal disadari, masyarakat kita sudah akrab dengan produk-produk pertanian yang mendapat sentuhan iptek nuklir. (Tety Polmasari)