Oleh Dr. Mulyono D. Prawiro
PROGRAM pemberdayaan masyarakat sudah lama dilakukan oleh pemerintah, namun masih banyak kalangan yang mempertanyakan dan sampai sejauh mana proses pemberdayaan itu dikembangkan serta seperti apa hasil yang telah dicapai.
Banyak orang bicara tentang pemberdayaan, bahkan pemerintah sendiri berusaha membangun sumber daya manusia melalui proses pemberdayaan. Berbagai kementerian dan lembaga pemerintah dengan gencar menyuarakan pemberdayaan masyarakat dengan gegap gempita dan dengan dukungan dana yang melimpah dipergunakankan untuk program pemberdayaan ini.
Pasti akan mengalami kesulitan apabila pemerintah berjalan sendiri untuk mengatur dan mengurus pemberdayaan masyarakat Indonesia yang saat ini jumlah penduduknya saja telah melebihi angka 250 juta jiwa. Untuk itu perlu adanya persiapan untuk mengembangkan masyarakat sebagai sasaran dari proses pemberdayaan itu sendiri.
Masyarakat harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum menerima masukan dan proses pemberdayaan yang akan dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun oleh lembaga-lembaga lainnya. Yang perlu dipersiapkan adalah membentuk dan mengembangkan pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang ada di desa-desa, yang saat ini telah mulai bermunculan.
Dengan telah terbentuknya Pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), maka diperlukan adanya pengembangan partisipasi masyarakat yang lebih luas dan dikembangkan secara positif. Untuk mengembangkan partisipasi tersebut diperlukan adanya infrastruktur dan dukungan dari berbagai lembaga yang ada, khususnya lembaga di tingkat akar rumput.
Perguruan tinggi juga memegang peranan yang sangat penting untuk ikut ambil bagian dalam proses pemberdayaan yang memprioritaskan pada KKN mahasiswa yang terjun ke desa-desa dengan membantu dalam proses secara langsung di lapangan agar terjadi sesuatu yang berkelanjutan. Mahasiswa ini adalah merupakan jembatan atau garda terdepan dalam proses pemberdayaan yang ada di pedesaan. Proses pemberdayaan yang sangat ampuh dan menyentuh masyarakat bisa diperankan oleh para mahasiswa melalui KKN, karena mereka berhubungan langsung pada sasaran yang tepat.
Sasaran atau target utama pengentasan kemiskinan sebagian besar adalah mereka yang tinggal di desa-desa dan agak sulit dijangkau oleh program pemerintah secara parsial, hal itu dapat dijangkau oleh mahasiswa yang diterjunkan ke desa-desa melalui KKN dan mereka ini mampu menggerakkan masyarakat desa dan keluarga miskin untuk bangkit menjadi bangsa yang semakin berkembang dan mandiri.
Masyarakat miskin perlu didekati dan didorong untuk bangkit dengan cara pemberdayaan, bukan dengan memberikan sesuatu dengan cara charity, tetapi dengan sentuhan yang manusiawi dan dorongan semangat serta sentuhan pelatihan agar mampu bekerja dan menciptakan sesuatu yang lebih bermanfaat dan mampu mandiri.Diperlukan adanya kesabaran dan ketulusan hati dalam melakukan proses pelatihan dan pendampingan yang terus-menerus tanpa henti, sehingga pada akhirnya mereka bisa mampu mandiri dan berkelanjutan.
Perhatian yang sungguh-sungguh tanpa ada maksud tersembunyi merupakan kunci keberhasilan dari suatu proses pemberdayaan dan mengajak semua keluarga, khususnya keluarga miskin untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Mahasiswa KKN merupakan bentuk kepedulian yang tinggi terhadap proses pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan, terutama keluarga miskin di desa.
Mahasiswa mampu merangsang keluarga di desa untuk bangkit, menghidupkan kembali budaya gotong-royong dan mendorong agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya pembangunan sosial kemasyarakatan.Disini masyakarat harus pula diperankan, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga diperankan sebagai subyek pembangunan yang handal.
Membuat masyarakat lebih berdaya tidaklah semudah membalik telapak tangan, tetapi diperlukan adanya kesabaran, pengertian, ketulusan hati dan yang paling penting membuat mereka bisa memiliki ketrampilan, usaha dan akhirnya bisa tersenyum serta keluarganya lebih bahagia dan sejahtera. Untuk itu mereka harus dituntun, diarahkan agar mereka makin hari makin cerdas dan bisa menyelesaikan kemiskinan untuk diri sendiri dan keluarganya, sehingga pada akhirnya akan ikut serta menyelesaikan target-target MDGs secara lebih berhasil.
Bila sampai saat ini Posdaya telah mampu merangsang berbagai lembaga untuk ikut serta berperan menyelesaikan target-target MDGs, hal ini sudah mulai terlihat keterpaduan antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga keuangan dan lembaga-lembaga lainnya untuk lebih memfokuskan program pengentasan kemiskinan melalui Posdaya.
Posdaya sudah menjadi idola para pengambil keputusan, untuk menjadikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan, khusus pembangunan sumber daya manusia di daerah-daerah. Komitmen para pimpinan daerah dan pimpinan perguruan tinggi serta pimpinan lembaga keuangan sudah mulai tercurah pada pengembangan dan pengisian Posdaya. Karena mereka yakin, Posdaya mampu membawa rakyat di desa bisa maju dan mandiri.
Meskipun pada awalnya Posdaya oleh sebagian kalangan dianggap sesuatu yang melawan arus, menghalangi atau bahkan menjadi saingan pos-pos yang telah ada, tetapi dengan berbagai upaya yang tak kenal lelah, menyakinkan semua pihak, terutama para pimpinan daerah dan pimpinan perguruan tinggi, pada akhirnya Posdaya diterima sebagai konsep jitu dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan yang melibatkan partisipasi banyak kalangan.
Posdaya-posdaya yang berhasil dengan baik diberitakan melalui berbagai media massa nasional dan lokal, sehingga menarik perhatian publik, bahwa Posdaya adalah sesuatu yang perlu mendapat perhatian dan penting. Pemberitaan melalui media massa dilakukan dengan gencar terutama posdaya-posdaya yang berhasil, sehingga memicu posdaya lain untuk ikut mencontoh dan melakukan kegiatan serupa di daerahnya. Dengan munculnya Posdaya-posdaya tersebut, maka anggapan yang miring tentang Posdaya semakin lama semakin menipis.
Menurut pencetus program Posdaya, Prof. Dr. Haryono Suyono, saat ini sudah mulai terlihat titik temu yang mengerucut menjadi titik tumpu, ini merupakan munculnya gerakan sosial yang menjadi pedoman dan akan terus digali dan diperluas secara simultan dan berjenjang. Hal ini diperlukan adanya penguatan yang berlipat ganda, biarpun terjadi kontradiksi-kontradiksi, tetapi harus terus dikembangkan dan dihadapi dengan sikap terbuka, positif dan konsisten. Dengan munculnya gerakan sosial ini, semua lapisan masyarakat akan terkena dampaknya dan memicu untuk ikut di dalamnya dan akan terus menjadi gerakan sosial yang berkelanjutan serta menjadi gerakan pemberdayaan di Indonesia yang terus maju dan berkembang. (Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta)