“Saya mengajak seluruh peserta Mukernas untuk bersama-sama mendukung langkah-langkah strategis yang akan diambil, demi kemajuan dunia penerbitan perguruan tinggi di Indonesia,” kata Zalzulifa yang juga Ketua Pengembang Buku Elektronik Indonesia (FPBEI) ini.
Dalam laporannya, ia menyampaikan sejauh ini organisasi berjalan dengan semakin membaik. Namun, sering terjadi perubahan pengelola Penerbit Perguruan Tinggi yang tiba-tiba. Sementara itu, penggantinya tidak mendapatkan informasi yang memadai.
“Namun, dengan kekompakan pengurus APPTI di Koorwil segala kendala senantiasa dapat diselesaikan bersama,” lapornya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Banten (APTISI) Dr. PO Abas Sunarya, dalam kesempatan itu menekankan salah satu tantangan utama dalam pengembangan penerbit perguruan tinggi.
“Yaitu kurangnya sumber daya manusia yang memahami seluk-beluk penerbitan buku berkualitas, terutama di perguruan tinggi swasta,” ungkapnya.
Beberapa kendala lainnya minimnya informasi di pihak penerbit universitas, rendahnya antusiasme pengelola penerbitan kampus, dan kurangnya interaksi antara pengurus pusat dan wilayah menjadi tantangan yang harus dihadapi para pengurus.
APPTI sebagai lembaga nirlaba juga kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian penerbit kampus besar, yang menjadi tantangan tersendiri dalam menjalankan program-programnya.