JAKARTA (Pos Sore) – Siapa bakal calon pendamping Joko Widodo alias Jokowi memang masih sulit menebaknya dan terlalu dini untuk membahasnya sekarang, walau diakui bahwa salah dalam menentukan Cawapres, keunggulan mantan Walikota Solo itu bisa saja tergerus.
Dono Prasetyo, Sekjen Sekertariat Nasional Jokowi (Seknas Jokowi) yang dihubungi Pos Sore di Jakarta, pekan ini, mengemukakan pada dasarnya mereka melihat semua nama-nama yang muncul di media belakangan ini, nama-nama yang digadang-gadang untuk dipasangkan dengan Jokowi dalam pertarungan memperebutkan kursi RI-Satu pada Juli mendatang, semua berkompeten.
Kendati demikian, Dono mengatakan Seknas Jokowi belum pernah membahas secara khusus siapa nama yang cocok untuk dipasangkan dengan Jokowi. Seknas Jokowi masih tetap fokus kepada upaya menggoalkan Jokowi sebagai calon presiden sampai di Komisi Pemilihan Umum. ‘’Bung sendiri tahu, pak Jokowi sekarang belum bisa dibilang capres, tapi bakal. Jadi goal dulu, baru kita bicarakan siapa bakal cawapres,’’ kilahnya ketika disodorkan sejumlah nama-nama yang kemungkinan bisa menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi.
Secara pribadi dia hanya memberi kriteria. Paling tidak, kata Dono, menurut pandangan pribadinya, ada tiga kriteria yang harus diperhatikan. Pertama, berusia muda. Kedua, memiliki wawasan internasional. Ketiga, mengerti ketahanan negara alias menjiwai makna NKRI.Ketika disebut sejumlah nama, apakah masuk ke dalam kriteria usia muda seperti yang dia sebutkan, Dono menghindar. ‘’Anda sendirilah yang menyebutkan nama, kita tidak bisa,’’ katanya sambil tertawa.
Nama-nama yang sering disebut cocok atau pas untuk digandengkan dengan Jokowi, antara lain Jusuf Kalla (mantan Wakil Presiden, politisi Golkar), Akbar Tandjung (politisi Golkar), Hatta Rajasa (Ketum PAN), para peserta konvensi Capres Partai Demokrat, bahkan Prananda Prabowo, putra Ketua Umum PDIP Megawati sendiri. Selain itu, juga sederet nama yang sekarang disebut-sebut bakal capres dari partai lain seperti Mahfud MD, Yusril Ihza Mahendra dan Wiranto.
Akan halnya Prananda, terbuka peluangnya maju sebagai bakal cawapres Jokowi, apabila PDIP bisa meraih minimal 20 persen suara. Dono sendiri yakin pemilu tahun ini PDIP bisa meraih suara di atas 20 persen. Namun dia tak memberi tanda-tanda apakah masyarakat bisa menerima atau menolak jika Prananda yang dicalonkan Megawati untuk mendampingi Jokowi.
Harapan kita kepada Bu Mega dan PDIP secara keseluruhan, kata Dono, bagaimana mengawal pemilu dan hasil-hasilnya. ‘’ Kalau pun PDIP menang, haruslah kemenangan yang bermutu. Bersih, jujur dan adil serta saling menghormati, dan kita harus tetap santun dan semangat sebagaimana diinginkan pak Jokowi,’’ kata mantan Komisioner Komisi Informasi Pusat ini.
Dia meyakinkan, soal konsep pembangunan yang akan dianut atau diemban Jokowi apabila terpilih jadi presiden, tak usah diragukan. Secara konsep semua sudah OK‘’Anda sendiri tahu, pak Jokowi itu seorang yang praktis. Semua kerja maunya terukur. Sebut ketahanan pangan, harus terukur, berapa area yang tersedia, berapa di Sumatera, berapa di pulau Jawa dan pulaiu lainnya. Kemudian berapa yang perlu segera ditanam.
’’Tebu, misalnya, hingga kini masih diimpor. Nah cari penyebabnya, berapa lahan tebu yang ada, berapa pabrik yang masih beroperasi, berapa yang rusak. ‘’Semua harus terukur, tak sekadar dipidatokan,’’ katanya, sambil menambahkan sebenarnya pemerintahan sekarang juga tahu itu. Persoalannya mereka tidak ada goodwill, karena di balik itu semua ada pihak-pihak yang bermain, ada cukong-cukong, ada perburuan rente. (lya)