-1.1 C
New York
02/12/2024
Aktual

Meridhai Takdir Allah

Apa itu takdir Allah?

Begitu pertanyaan pembuka yang disampaikan ustadz DR. H. Agus Setiawan, Lc, MA dalam Kajian Muslimah Majelis Taklim Masjid Al-Ihsan Permata Depok, Jawa Barat, Sabtu (18/9/2021).

Ustadz menjelaskan, takdir itu secara bahasa artinya ukuran. Allah berfirman, segala sesuatu ada ukurannya. Dalam Alquran dikatakan, Kullu Syai’in Khalaqnahu bi-Qadar. (Sungguh Kami menciptakan segala sesuatu dengan ketentuan yang telah ditetapkan) (QS al-Qamar: 49).

Allah menurunkan hujan misalnya, sesuai takarannya. Kalau terlalu banyak tiap turun hujan, pasti akan terjadi banjir. Semua sudah ditentukan dan diukur. Atau burung bisa terbang dan manusia tidak. Itu berarti, segala yang terdapat dalam semesta ada ukurannya.

Contoh yang lain begini. Ketika kita naik mobil sport dan mobil biasa, kecepatannya jelas berbeda. Diciptakan sesuai dengan ukurannya. Kita tidak bisa ke luar dari ukuran yang sudah ditetapkan.

Mobil biasa tidak bisa melampaui batas kecepatannya apalagi menyamai kecepatan mobil sport. Mobil sport juga tidak bisa dibawa dengan kecepatan biasa karena tidak didesain seperti itu.

“Sesungguhnya, Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan takdir (yang telah Kami tetapkan kepadanya di Lauhil Mahfudz.” (QS al-Qamar: 49).

Takdir = Nasib?

Ukuran yang sudah ditetapkan Allah untuk hambaNya ini disebut takdir, sementara hasil yang diterima adalah nasib. Takdir pada dasarnya tidak diketahui, sementara nasib adalah hasil yang dapat dilihat dan dirasakan.

Sebagaimana kisah Sahabat Umar yang pernah akan berkunjung ke suatu tempat kemudian beliau mendengar bahwa tempat tersebut sedang ada wabah.

Umar lantas membatalkan perjalanannya. Lalu sahabat berkata, apakah engkau lari dari takdir Allah. Umar menjawab, “Iya, saya lari dari takdir Tuhan dan menuju takdir yang baru”.

Ustadz memberikan contoh yang lain dengan mengisahkan Ali yang bersandar di tembok, kemudian ada yang memberi tahu tembok itu akan jatuh. Ali lalu pindah agar ia tidak terkena tembok yang akan jatuh tersebut.

Orang tersebut kemudian berkata, “Engkau lari dari takdir Tuhan Ali?” Ali menjawab, “Iya, saya memilih takdir yang lain”.

“Dari cerita tersebut kita bisa memilih takdir, namun tidak akan pernah bisa keluar dari ukurannya. Nasib adalah sesuatu yang sesuai dengan pilihan bebas manusia,” jelas ustadz kelahiran Jakarta, 12 Agustus 1976 ini.

Karena tidak ada satupun manusia yang tahu akan nasibnya, maka Nabi SAW mewajibkan kita untuk selalu berusaha. Nabi sendiri tetap bekerja, berjuang, berkorban, dan berdoa.

Allah telah menetapkan takdir manusia, namun tidak ada paksaan dari Allah atas ketetapan tersebut. Karena manusia diberikan ruang untuk berusaha dan memilih takdir yang baik untuknya.

Mengenai takdir, di dalam Alquran berulangkali disebutkan. Misalnya, ‘bekerjalah nanti Allah akan menilai”. Allah sudah menetapkan “sistem”. Kita tidak bisa berharap rezeki jika kita hanya berdiam diri di rumah tanpa usaha.

“Karena sistemnya mengharuskan untuk bekerja atau berusaha terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan rezeki,” tutur Dewan Pengawas IZI (Inisiatif Zakat Indonesia) ini.

Orang yang memiliki keyakinan kepada takdir pasti akan berusaha semaksimal mungkin dan kemudian bertawakal pada Allah.

Covid-19 dan Takdir

Dalam kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, pemahaman kita terhadap takdir perlu untuk diperbaiki. Karena masih banyak orang yang menyakini bahwa takdir adalah ketetapan Allah sejak awal yang tidak akan berubah.

Mereka berpendapat jika ia tertular, atau menularkan kepada orang lain, bahkan meninggal karena virus Corona, itu karena takdir Allah. Itu sebabnya, mereka tidak mau menjalankan imbauan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Tidak mau memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan jika berada di luar rumah. Atau beraktifitas yang di luar persyaratan yang ditetapkan pemerintah dalam situasi seperti ini. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru.

“Manusia perlu berusaha semaksimal mungkin terlebih dahulu agar tidak tertular atau menularkan virus corona. Hal ini penting dan merupakan prinsip dalam Islam. Orang yang tidak menjalankan prinsip tersebut hakikatnya ia tidak menjalankan perintah Allah SWT,” tegasnya.

Menjaga diri dan keluarga adalah prinsip dalam Islam dan kita perlu untuk berusaha semaksimal mungkin menjalankan prinsip Islam tersebut yang kemudian diiringi dengan tawakal pada Allah SWT.

Faedah Beriman pada Takdir

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Quran (STIQ) Al-Mutazam, Kuningan, Jawa Barat, ini menyampaikan ada beberapa faedah beriman pada takdir:

  • Dengan beriman pada takdir, setiap orang akan mengembalikan segala urusan kepada Allah. Mengetahui dan menyakini segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Allah. Berharap kepada Allah agar ditetapkan takdir yang baik baginya.
  • Manusia tahu keterbatasan dirinya maka ia tidak sombong dan bangga ketika mengerjakan kebaikan. Bahwa di atas segala kehebatan manusia ada Yang Maha Menentukan. Manusia hanya bisa berusaha, tetapi usaha sehebat apa pun tidak bisa memberikan kepastian.
  • Segala yang terjadi pada kita, baik maupun buruk adalah ketetapan dari Allah sehingga sudah seharusnya kita tidak bersifat sombong.
  • Kita menghadapi musibah dengan mudah karena kita tahu itu adalah ujian dari Allah. “Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepadaNyalah kamu meminta pertolongan.” (An-Nahl 16:53)

Semakin kuat iman kita kepada takdir, kita akan makin bahagia. Sebaliknya orang yang tidak beriman kepada takdir, pada saat ditimpa musibah, ia akan mudah berputus asa.

Kunci Ridha pada Takdir

Ridha kepada Allah dan takdirNya termasuk ibadah paling utama dan kedudukan yang tertinggi di sisi Allah. Ridha kepada takdir adalah buah iman kepada Allah dan tawakkal kepada-Nya. Dengan ini maka Allah akan senantiasa membersamai dan menunjuki hamba-Nya.

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Taghabun: 11)

Ketua Yayasan Yatim Kursiya Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, menyebut ada 4 kunci ridha pada takdir Allah:

  1. Mempersiapkan kemungkinan terburuk
  2. Saat terjadi, istirja’ kepada Allah dengan mengucapkan innalilahi wa inna ilaihi roji’un
  3. Ridho pasrah atas keputusan Allah
  4. Mencari jalan sesuai tuntunan Allah dan RasulNya

Hikmah Takdir Baik atau Buruk

Takdir Allah itu ada yang baik ada yang buruk, bahkan ada yang buruk sekali. Mengapa ada yang takdirnya buruk padahal dia rajin ibadah, ada yang takdirnya baik padahal ibadahnya biasa-biasa saja. Apa hikmah yang bisa dipetik?

Terkadang kita sulit menerima takdir yang menimpa diri kita, apalagi jika takdir itu berupa kesulitan atau kegagalan. Terlebih jika kita merasa sudah rajin ibadah. Apakah itu berarti Allah tidak ridho pada kita?

Ada juga orang yang ibadahnya biasa-biasa saja tapi takdirnya selalu baik. Apakah itu berarti Allah meridhoinya? Ya tidak juga.

Ridho Allah pada hambaNya tidak dilihat dari takdirnya. Melainkan seberapa ikhlas hambaNya terhadap takdirnya.

Kita lupa, Allah SWT telah berjanji tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Laa yukalifullahu nafsan illa wus’aha. Allah tidak akan menguji sesorang di luar batas kesanggupannya.

Di sinilah, keimanan kita diuji. Seberapa ikhlas, seberapa sabar, apakah tetap istiqomah dengan ibadah yang dilakukannya selama ini?

Sesuatu yang menurut pemahaman kita tidak baik buat kita, padahal bisa jadi menurut Allah itulah yang terbaik. Pada saat itu, seringnya kita lupa Allah Sang Pencipta takdir pasti lebih tahu apa yang terbaik buat ciptaanNya.

Boleh jadi, takdir yang menimpa diri kita adalah tangga untuk mencapai derajat yang lebih tinggi di sisi Allah. Allah akan senantiasa menguji seorang hambaNya hingga terlihat siapa yang paling berhak mendapatkan tempat yang terbaik di sisiNya.

Seperti halnya ketika kita akan naik kelas atau naik tingkat, kita tentu harus mengikuti serangkaian tes atau ujian. Begitu juga dalam kehidupan.

Yakinlah setiap takdir Allah untuk kita selalu baik buat kita. Takdir yang baik, tentu baik untuk kita. Takdir yang nampak tidak menguntungkan buat kita, ternyata ada kebaikan Allah yang tanpa kita sadari saat itu. Yakinlah Allah mengetahui yang terbaik untuk kita.

Wallahu ‘alam bisshowab

https://www.kompasiana.com/nengsari/61494ff453f9cd0a72458e73/meridhai-takdir-allah

Leave a Comment