BANDUNG, PosSore — Suasana hangat dan penuh semangat kolaborasi menyambut Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Irene Umar, saat melangkah masuk ke Paviliun Kriya Nusantara di Bandung Sabtu (7/6) kemarin.
Lebih dari sekedar kunjungan kerja, pertemuan itu menjadi ajang silaturahmi dan diskusi produktif yang merangkul beragam pemangku kepentingan industri kreatif Jawa Barat, dalam balutan suasana santai namun sarat makna. Paviliun itu sendiri, dengan karya-karya kriya bernafaskan Nusantara, menjadi Saksi bisu sekaligus inspirasi bagi upaya bersama menyebarkan masa depan ekonomi kreatif yang lebih cemerlang.
Di ruang yang sarat dengan aroma kreativitas dan kearifan lokal itu, hadir perwakilan dari berbagai elemen penting ekosistem kreatif Jabar. Mulai dari Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Bandung Raya, Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII), pelaku usaha sektor fashion yang dinamis, Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK), hingga mitra internasional seperti PUM Belanda (Netherlands Senior Experts).

Tak ketinggalan, para ahli dan penggiat di bidang parfum dan aroma turut memberi warna dalam diskusi, menandakan potensi besar yang tengah digali dari subsektor ini. Diskusi pun mengalir lancar, fokus pada upaya mengakselerasi pengembangan industri kreatif Jabar.
Salah satu bintang yang bersinar terang dalam pembicaraan adalah potensi luar biasa subsektor industri parfum, minyak atsiri, dan aromaterapi. Peserta melihatnya bukan hanya sebagai komoditas lokal, melainkan sebagai produk bernilai tinggi yang siap bersaing di pasar nasional dan bahkan merambah internasional.
Berbagai pandangan, tantangan operasional di lapangan, serta peluang kolaborasi lintas sektor dan saling bertukar, membentuk mozaik pemikiran untuk mendorong inovasi, hilirisasi produk, dan peningkatan nilai tambah secara berkelanjutan.
Dalam paparannya, Wamenparekraf Irene Umar menekankan dengan tegas kunci utama kemajuan: ekosistem kolaboratif. “Sinergi yang erat dan saling mendukung antara pemerintah, pelaku usaha, asosiasi, dan komunitas kreatif bukanlah pilihan, melainkan suatu keharusan,” ujarnya. Hanya dengan fondasi kolaborasi yang kuat, menurut Ibu Menteri, solusi-solusi konkret dan berkelanjutan bagi tantangan industri dapat terwujud, membuka jalan bagi pertumbuhan yang inklusif.
Desain Strategi dan Pasar Global
Suara dari dunia furniture dan kerajinan juga mengemuka. Abdul Sobur, Ketua Umum HIMKI, menyampaikan poin strategi mengenai penguatan Indonesia Design Trend. “Ini perlu landasan bersama dalam menyusun strategi desain produk kreatif nasional kita,” jelas Sobur.
HIMKI menilai pameran besar seperti Indonesia International Furniture Expo (IFEX) merupakan platform ideal dan berdaya jangkau luas untuk mewujudkan agenda tersebut. Pemanfaatan IFEX secara optimal diharapkan dapat menjadi katalisator utama dalam memperkuat daya saing produk mebel dan kerajinan lokal Indonesia di kancah persaingan global.
Kunjungan dan diskusi di Paviliun Kriya Nusantara ini jelas menjadi momen penting dalam memperkuat jalinan sinergi antar pemangku kepentingan. Ia menjadi bukti komitmen bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya berbasis kreativitas, tetapi juga mengakar kuat pada kearifan lokal Jawa Barat.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan yang bermakna, rombongan Wakil Menteri Irene Umar melanjutkan kunjungan ke Jagat Aroma, acara terbesar di Jawa Barat yang memamerkan kekayaan dunia wewangian, minyak atsiri, dan aromaterapi. Kunjungan ini bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk apresiasi nyata pemerintah terhadap potensi masif yang dimiliki sektor aroma sebagai salah satu pilar baru yang menjanjikan dalam lanskap industri kreatif nasional.
Keberadaan Jagat Aroma di Graha Manggala Siliwangi, Bandung, semakin mengukuhkan posisi Jabar sebagai kawah kreativitas candradimuka, tempat dimana tradisi dan inovasi berpadu menghasilkan karya yang memikat dunia. (aryodewo)
