SHENGFANG, PosSore — Dari sebuah kota industri yang ramai di Shengfang, Provinsi Hebei, Tiongkok, sebuah pertemuan penting berlangsung dalam nuansa akrab dan penuh harapan. Di sana, para tokoh penting dari industri furnitur Asia berkumpul, bukan sekadar bertukar salam dan kartu nama, tetapi menyatukan visi: membawa industri furnitur Asia ke level global yang lebih tinggi.
Konferensi Federasi Furnitur Asia tahun ini dihadiri oleh sederet tokoh penting dari berbagai negara: Xu Xiangnan, Presiden Konfederasi Furnitur Asia dan Ketua Asosiasi Furnitur Nasional Tiongkok; Tu Qi, Wakil Presiden dan Sekretaris Jenderal; hingga delegasi dari Thailand, Hong Kong, Myanmar, Pakistan, Vietnam, Korea, Singapura, hingga Indonesia—semua berkumpul demi satu semangat: memperkuat jejaring kerja sama dan mendorong transformasi industri furnitur di kawasan Asia.
Dalam sambutannya, Xu Xiangnan menyampaikan bahwa meskipun kondisi ekonomi global tengah menghadapi ketidakpastian, industri furnitur justru menunjukkan daya tahan yang luar biasa. Ekspor global tumbuh sebesar 2,09% secara tahunan, mencerminkan tingginya permintaan akan produk furnitur, terutama dari Asia. Xu menegaskan, kini saatnya industri furnitur Asia naik kelas, dari yang semula berbasis produksi massal ke arah yang lebih premium, ramah lingkungan, dan bernilai tinggi.
Xu juga memaparkan tiga langkah strategis yang tengah dikembangkan Federasi: pertama, memperluas integrasi antar asosiasi nasional untuk memperkuat pengaruh internasional; kedua, mendorong transformasi hijau melalui gerakan “bambu menggantikan plastik”; dan ketiga, meningkatkan kualitas merek furnitur Asia lewat penghargaan, lomba desain, dan kompetisi antar perajin. “Kami ingin membangun rumah yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga layak huni bagi generasi mendatang,” kata Xu Xiangnan pada konferensi yang diselenggarankan Senin (10/4) lalau.
Tu Qi, yang memimpin jalannya konferensi, turut menyampaikan laporan dari sekretariat dan menyambut bergabungnya Forum Furnitur Asia Jepang dan Federasi Asosiasi Furnitur Turki sebagai anggota baru. Hal ini dinilai sebagai langkah strategis dalam memperluas jejaring dan memperkaya kerja sama lintas kawasan.
Wang Hongle, Presiden Asosiasi Industri Furnitur Shengfang sekaligus Ketua Pusat Pameran Internasional Shengfang, menjadi tuan rumah yang hangat. Ia mengenalkan keunggulan kota Shengfang sebagai pusat industri furnitur yang inovatif dan terbuka untuk kerja sama internasional. “Kami berharap delegasi dari berbagai negara dapat menjalin hubungan dagang langsung dengan pelaku usaha lokal di Shengfang,” ujarnya.
Sementara itu, Jirawat Tangkijngamwong dari Thailand menyoroti pentingnya platform Federasi sebagai wadah kerja sama strategis dalam menghadapi pergeseran pola perdagangan global. Menurutnya, melalui pemanfaatan media digital, penghargaan, serta kegiatan kompetitif, kerja sama Asia dapat menciptakan peluang baru yang lebih luas.
Dalam konferensi yang dihadiri oleh puluhan perwakilan negara anggota Konfederasi Furnitur Asia (AAF), delegasi dari Indonesia turut memberikan kontribusi pemikiran strategis. Veronika Rebekka Anggraini, Wakil Ketua Umum Bidang Keuangan DPP Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) misalnya. menegaskan pentingnya kerja sama lintas negara di kawasan Asia untuk memperkuat posisi industri furnitur dalam rantai pasok global. Menurutnya, Indonesia melihat peluang besar untuk mengembangkan ekspor furnitur melalui kolaborasi di tingkat regional, terutama dalam aspek inovasi desain, adopsi teknologi ramah lingkungan, dan pelatihan tenaga kerja terampil.
Ia juga menyampaikan apresiasi atas semangat kolaboratif yang ditunjukkan oleh para delegasi dan menyatakan dukungannya terhadap inisiatif Federasi untuk memperluas keanggotaan, memperkuat pengaruh global, serta mendorong pertumbuhan berkelanjutan industri furnitur Asia. “Indonesia siap menjadi bagian dari perubahan positif ini, dengan mengedepankan produk furnitur yang tidak hanya estetis, tetapi juga berkelanjutan dan kompetitif di pasar dunia,” kata Veronoka.
Sementara Marthunus Fahrizal, Ketua Bidang Hubungan antar Lembaga Internasional HIMKI menekankan bahwa forum AAF menjadi momentum penting untuk memperkuat jejaring dan membangun pemahaman bersama antarnegara Asia dalam menghadapi tantangan industri furnitur global. Menurutnya, sinergi antar pelaku industri di kawasan ini akan membuka peluang lebih luas untuk membangun standar bersama, meningkatkan daya saing, dan mengakses pasar yang lebih luas secara kolektif.
Ia juga menyampaikan bahwa HIMKI mendorong terbentuknya platform kerja sama konkret antaranggota AAF, termasuk pertukaran data pasar, kolaborasi promosi dagang, serta penguatan ekosistem industri melalui inovasi dan keberlanjutan. “Kami percaya bahwa kekuatan Asia terletak pada kolaborasi, bukan kompetisi,” ujar Marthunus, sembari menyatakan kesiapan Indonesia untuk berperan aktif dalam mendorong arah strategis AAF ke depan.
Kontribusi lain datang dari Casey Loo, konsultan Federasi dan Ketua APS Media Group, yang memperkenalkan pengembangan situs web Federasi dan inisiasi penghargaan Asia Pasifik. Ia menegaskan pentingnya meningkatkan visibilitas dan reputasi industri furnitur Asia melalui strategi digital yang terukur dan inklusif.
Lebih dari sekadar forum diskusi, konferensi ini juga menjadi ajang saling belajar. Para delegasi mengunjungi pabrik-pabrik unggulan di Shengfang, seperti Biaoxiang Furniture dan Pengfan Furniture, dan mengamati langsung inovasi serta efisiensi produksi yang diterapkan. Tak hanya itu, pertemuan bisnis dan pameran lokal membuka peluang kolaborasi baru antara pelaku usaha dari berbagai negara. (aryodewo)