Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono
SATU minggu lagi bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2014. Hari Pendidikan Nasional tahun ini sangat penting karena tahun ini merupakan tahun pergantian Kabinet dari kepemimpinan Presiden SBY kepada calon Presiden baru yang segera kita pilih dari calon-calon yang menjanjikan perhatian yang tinggi kepada pendidikan. Calon-calon itu mempunyai kewajiban yang sangat strategis karena pendidikan anak bangsa mengantar calon-calon pemimpin yang akan mengelola Negara dan bangsa ini dalam ulang tahun kemerdekaan yang ker 100 pada tahun 2045 mendatang.
Pada saat Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan pada tahun 2045, Negara dan bangsa sedunia sudah sangat maju. Perbatasan antar bangsa menjadi sangat tipis karena perhubungan dan kerjasama antar bangsa-bangsa sudah sangat maju. Batas antar bangsa masih ada, tetapi persaudaraan antar anak bangsanya makin tebal. Perkawinan antar anak bangsa sudah demikian tinggi sehingga pada setiap bangsa, satu suku bangsa dengan suku bangsa lain pasti ada yang menyatu dalam ikatan kekeluargaan. Pertukaran pendidikan, tenaga kerja dan budaya makin tinggi mempererat perpaduan antar suku bangsa.
Apabila pendidikan untuk anak bangsa tidak dilakukan dengan cakupan yang tinggi, hampir pasti dalam percaturan antar anak bangsa, anak-anak muda Indonesia berada pada posisi lemah. Mereka terpaksa menjadi pekerja kasar dari bangsa lainnya. Oleh karena itu pertama-tama, dalam lima sepuluh tahun yang mendatang, cakupan pendidikan untuk anak Indonesia harus sangat maksimal sampai ke tingkat pendidikan sangat tinggi. Cakupan pendidikan itu secara bertahap segera diikuti peningkatan mutu secara merata tanpa terbuai adanya kejuaraan matematika, tehnologi atau lainnya di luar negeri yang sesungguhnya cakupannya rendah.
Oleh karena itu perhatian terhadap pendidikan usia dini perlu lebih ditingkatkan agar semua orang tua, utamanya keluarga miskin, diingatkan agar semua anaknya disekolahkan tanpa penundaan. Anak-anak secara dini dikembangkan menjadi anak suka sekolah dan menjadikan sekolah tempat tumbuh kembang yang menarik. Sejak usia dini jatuh cinta kepada sekolahnya. Anak-anak nyaman berkembang menjadi anak-anak sayang kepada teman sesama bangsanya. Anak-anak, yang setiap keluarga jumlahnya sekitar dua orang, mengembangkan kekerabatan bersama anak dari keluarga lainnya. Anak-anak menjadi keluarga besar bangsa Indonesia, yang biarpun berteman dengan anak keluarga lain, merasa seakan seperti keluarga yang mempunyai ayah dan ibu yang sama. Perasaan dalam kesatuan kebangsaan itu akan menjadi perekat yang kuat untuk membangun Negara kesatuan RI yang kokoh dan lestari.
Di samping penyempurnaan mutu pendidikan tinggi, tugas yang tidak boleh ditinggalkan adalah menolong jutaan anak remaja yang karena kemiskinan dan alasan lain, di masa lalu tidak sempat menyelesaikan pendidikan dengan sempurna. Program kursus dan pendidikan kesetaraan perlu digalakkan agar anak-anak yang sekarang masih remaja bisa memperoleh kesempatan kerja yang memadai. Dengan ketrampilan yang sempurna, anak-anak itu, menjelang ulang tahun kemerdekaan yang ke 100 akan menjadi orang tua yang harus mendidik anak mereka dengan lebih tinggi dan terampil untuk tetap eksis bersama anak bangsa lainnya.
Apabila anak-anak yang putus sekolah, dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah, hampir pasti hanya bisa menjadi orang tua miskin atau hanya mempunyai pekerjaan sederhana sehingga tidak mampu membantu anak-anaknya memperoleh pendidikan yang baik guna membangun kerjasama sesama anak bangsa lainnya. Persiapan menyongsong Indonesia 100 tahun bukan dilakukan besok, tetapi sekarang juga. Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional 2014. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri,www.haryono.com).