SEMARANG (Pos Sore) — Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ingin menjadikan wilayah pesisir utara sebagai daerah garapan penguatan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Perguruan tinggi yang menjadi kordinator Jawa Tengah Satu membawahi 11 perguruan tinggi ini, berencana melakukan KKN Tematik Posdaya secara bersama-sama.
“Undip akan mengembangkan wilayah pesisir untuk melakukan penguatan Posdaya. Penguatan itu dilakukan setelah hasil penelitian ilmiah tentang pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh para dosen dan mahasiswa. Kita akan terapkan hasil penelitian dengan fakta-fakta di lapangan melalui konsep Posdaya,” terang Ketua LPPM Undip Prof Dr Ocky Karna Radjasa, MSc pada Workshop Pengembangan Kuliah Kerja Nyata bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyoni di kampus Undip, Semarang, kemarin.
Prof Ocky menambahkan, guna melengkapi rencana KKN tematik Posdaya, Undip bersama 11 perguruan tinggi lain menggelar rapat kordinasi bulanan. Tujuannya, untuk saling melengkapi kekuatan dan menutup kelemahan di antara masing-masing kampus. “Undip sendiri terdapat 45 bidang studi. KKN tematik Posdaya akan dibedah berdasarkan keuatan masing-masing bidang studi. Ini yang akan kami sinergikan dengan perguruan tinggi lain,” paparnya.
Prof Ocky mengaku, Undip termasuk terlambat menangkap gagasan KKN tematik Posdaya dibanding perguruan tinggi lain. Ia mengaku, baru ditunjuk bergabung per 6 Desember 2013. Karena itu, katanya, dirinya terus secara aktif menggali dan mempelajari konsep Posdaya yang sudah sukses di sejumlah daerah.“Kami ada program jambanisasi di setiap desa. Undip akan bangun 2 ribu jamban yang menjangkau 400 desa di pesisir Semarang melalui mahasiswa yang diterjunkan KKN tematik Posdaya sebagai pelengkap 8 target sasaran MDGs,” ungkapnya.
Dia menambahkan, UNDIP juga sedang bersiap menggelar seminar nasional bertema pemberdayaan keluarga, yang akan menggali hasil-hasil yang sudah dirintis oleh sejumlah peguruan tinggi dalam pemberdayaan keluarga melalui Posdaya. “Seminar akan mendengar kisah sukses dan kegagalan. Nanti akan digali kenapa Posdaya bisa sukses dan kenapa bisa gagal. Kami mencoba akan melengkapi Posdaya,” katanya.
Menurut Ocky, Undip sendiri tertarik dengan program Posdaya yang sudah berjalan baik. Namun, katanya, Posdaya masih punya keterbatasan antara lain pengetahuan dan sumberdaya manusia. Kampus akan melengkapi dengan sumberdaya manusia dan ilmu pengetahuan. “Dengan saling melengkapi, Posdaya akan semakin kuat sebagai program pengentasan kemiskinan utamanya di pedesaan,” tegasnya.
Tak Perlu Teori
Sementara itu, dalam kesempatan sama, Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, dukungan perguruan tinggi terhadap Posdaya tentus saja sumberdaya manusia dan ilmu pengetahuan atau keahlian. Namun, hendaknya keahlian para dosen dan mahasiswa yang mudah diterima masyarakat pedesaan. Tidak perlu dengan teori tinggi, yang penting masyarakat di desa mudah mengerjakannya.
“Misalnya mahasiswa pertanian UNDIP mengajarkan cara membuat tanah pertanian subur yang tidak perlu di tanah luas tapi cukup di polbek. Ilmu ini bukan diajarkan kepada petani yang menggarap di sawah, tapi istri-istri petani di rumah agar bisa menanam sayuran di polbek,” papar Haryono memberi contoh.
Prof Haryono mencontohkan, pola tersebut sudah terbukti berhasil di Cilacap, Jawa Tengah, Kabupaten Boalamo, Gorontalo dan daerah lain. Di Cilacap, tuturnya, mahasiswa memberi pelatihan kepada ibu rumah tangga, istri petani, bagaimana menanam bayam, kangkung dan terong melalui media polbek. “Hasilnya, di sebuah desa istri-istri bisa mendapat penghasilan dari sayuran yang mereka tanam di halaman rumah dengan menjual di pasar,” ungkapnya.
Prof Haryono juga mengingatkan, pola kehidupan keluarga pedesaan sudah mengalami perubahan. Masyarakat di pedesaan 50 persen sudah menjadi kaum urban, bukan lantaran rakyatnya yang urban, tapi desanya memang sudah menjadi wilayah urban. “Dulu kecamatan atau kelurahan masih desa, sekarang sudah banyak kecamatan dan kelurahan yang menjadi wilayah urban,” tambahnya. (junaedi)