BANDUNG, PosSore — Pengabdian Masyarakat Kolaborasi (PMK) hari ketiga yang diselenggarakan oleh Universitas Persada Indonesia Y.A.I bersama 47 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia di Desa Lebak Muncang, Ciwidey, Bandung Barat, menghadirkan sebuah petualangan seru: tracking menuju Bukit Tugu. Perjalanan ini bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga ajang mendekatkan diri dengan alam dan menjaga kelestariannya.
Tracking, yang berarti mengikuti jejak atau pemantauan, dalam konteks ini adalah menyusuri jalan setapak menanjak sejauh 1,8 kilometer dari Balai Pertemuan Desa Wisata menuju puncak Bukit Tugu. Kegiatan ini dibagi dalam dua trip, dengan peserta yang mayoritas adalah dosen berusia di atas 40 tahun. Meskipun tidak diwajibkan untuk mencapai puncak, tujuan utama dari tracking ini adalah melatih fisik, menikmati udara segar, dan memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Asep Sopyan, pemandu sekaligus penggerak tracking Bukit Tugu, menjelaskan bahwa kawasan ini merupakan tanah milik PT Perhutani. Masyarakat setempat diperbolehkan memanfaatkan dengan bercocok tanam, asalkan tidak merusak lingkungan. “Sebelum tracking dimulai, kami mengingatkan peserta untuk menjaga kelestarian alam di sepanjang perjalanan,” ujar Asep pada PosSore, Sabtu (7/9).
Hj. Hunaidah, Ketua Tim PMK dari Institut Attaqwa KH Noer Alie Bekasi, mengungkapkan betapa menyenangkannya kegiatan ini. “Kita diingatkan betapa pentingnya menjaga alam. Alam memberikan kita kehidupan, dan menjaga kelestariannya adalah tanggung jawab kita semua,” katanya. Hunaidah melaporkan pengalamannya dari trip pertama sebelum melanjutkan perjalanan ke trip berikutnya.
Sehari sebelumnya, kata Hujidah, tim PMK diterima oleh para pemangku Desa Lebak Muncang dan Tim Pokdarwis (Kelompok Kerja Sadar Wisata) yang dipimpin oleh Asep Sopyan. Tim PMK, yang terdiri dari 137 dosen dan 9 panitia dari 47 perguruan tinggi negeri dan swasta di wilayah LLDIKTI 3, 4, dan 10, dibagi menjadi 20 kelompok. Setiap kelompok ditempatkan di homestay yang telah ditentukan, dan mereka diberikan tema khusus untuk kegiatan pengabdian di lokasi masing-masing.
Hj. Hunaidah bersama timnya, yang terdiri dari Institut Attaqwa KH Noer Alie Bekasi, Universitas Parahyangan Bandung, Unisma Bekasi, Universitas Persada Indonesia Y.A.I, dan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, diberi tanggung jawab untuk memberikan materi tentang peningkatan wawasan guru SD dalam mencegah perilaku perundungan (bullying) berbasis karakter siswa.
Materi ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan para guru SD dalam memahami dan mencegah perilaku perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Perundungan merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi kesejahteraan siswa, baik secara fisik maupun emosional. Oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup untuk mengenali tanda-tanda perundungan dan cara mengatasinya.
Pendekatan yang digunakan dalam materi ini berbasis pada penguatan karakter siswa. Artinya, pencegahan perundungan dilakukan dengan membentuk karakter positif pada siswa, seperti empati, kepedulian, dan rasa hormat terhadap sesama. Guru diajak untuk memainkan peran penting dalam membimbing siswa untuk mengembangkan karakter-karakter ini melalui pendekatan pendidikan yang berkesinambungan.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang pencegahan perundungan berbasis karakter, diharapkan para guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan harmonis. Lingkungan seperti ini tidak hanya mengurangi potensi perundungan, tetapi juga membangun komunitas sekolah yang saling mendukung dan menghargai keberagaman.
Seperti diketahui, kegiatan PMK ini merupakan program rutin yang diadakan pada awal semester oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Persada Indonesia Y.A.I. Tahun ini, acara tersebut memasuki penyelenggaraan keempat dan diikuti oleh kampus-kampus dari berbagai daerah, termasuk Padang, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Bandung, Bekasi, dan Jakarta.
Perjalanan tracking di Bukit Tugu menjadi salah satu momen penting dalam kegiatan PMK kali ini, sebuah pengalaman yang mempertemukan para akademisi dengan alam, serta mempertegas tanggung jawab bersama untuk menjaga kelestariannya. (aryo)