05/11/2025
AktualEkonomi

Mendesain Masa Depan: Jejak Adhi Nugraha dalam Merajut Tren Berkelanjutan dan Inovasi Limbah

JAKARTA, PosSore – – Di tangan Adhi Nugraha, kotoran sapi tak lagi sekadar limbah. Bahan yang sering dianggap tak berguna itu berubah menjadi lampu artistik, speaker estetis, hingga pot bunga bernilai seni tinggi—bahkan menghiasi koleksi permanen Museum of Modern Art (MoMA) di New York. “Ini tentang merespons zaman: materi ramah lingkungan dan dampak sosial harus menjadi ruh desain masa kini,” kata Dr Adhi Nugraha, MA membuka percakapan.

Sebagai Dewan Pakar Bidang Desain DPP Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) yang juga praktisi desain berpengalaman di Jerman hingga Indonesia, Adhi menyoroti tiga poros utama tren global saat ini yaitu: keinginan, dampak sosial, dan material inovasi.

Kotoran limbah sapi di tangan Adhi Nugraha berubah menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi

“Lihatlah pemenang Red Dot Award atau Ambiente. Mereka tidak hanya unggul secara estetika, tapi juga mengusung isu lingkungan, keterlibatan masyarakat, atau pemanfaatan limbah,” tutur Adhi Nugraha yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama PT. Navetta Solusi Kreatif.

Baginya, tren bukan sekadar warna atau tekstur yang dipaksakan industri. Tren sesungguhnya lahir dari respons terhadap kenyataan: krisis iklim, kelangkaan sumber daya alam, dan kebutuhan akan produk yang bermakna. “Kalau hanya ikut tren warna ‘hijau muda’ atau ‘perak’ yang digaungkan perusahaan cat, itu berputar. Produk jadi cepat usang, akhirnya jadi sampah. Miris, seperti fast fashion,” kritik Kepala Pusat Penelitian Produk Budaya dan Lingkungan ITB ini.

Adhi tentu tak hanya bicara teori. Sejak tahun 2022, ia mulai bereksperimen dengan limbah kotoran sapi, mengolahnya menjadi material yang kuat dan bertekstur unik. Hasilnya? Produk dekorasi rumah seperti lampu dan speaker yang dipamerkan di ajang IFEX 2025, bahkan dipajang di MoMA. “Ini konsep full cycle: bentuk dan material yang terinspirasi dari sapi, sekaligus menyelesaikan masalah limbah peternakan,” jelas pria yang juga dosen ITB ini.

Desainnya yang liar dan organik menjadi ciri khas. Pot bunga berkaki empat menyerupai sapi, speaker berbentuk badan hewan ternak itu, atau lampu anyam yang mengadaptasi teknik kerajinan tradisional—semuanya diramu dengan pendekatan pribadi. “Inspirasi bisa datang dari mana saja: tradisi, alam, bahkan masalah sosial. Yang penting, produk punya cerita dan solusi.”

Mimpi Menciptakan Tren Asia

Sebagai bagian dari HIMKI, Adhi mendorong organisasi ini tak hanya jadi penyelenggara pameran, tapi jadilah trendsetter. “IFEX harus punya tema tahunan yang visioner, seperti ‘Mixing Technology and Tradition’. Bayangkan: anyaman bambu dipadu stainless steel, atau teknik ukir kayu tradisional dengan cetakan 3D,” dia bersemangat.

Ia membayangkan IFEX menjadi ajang yang dinanti-nanti industri Asia, dengan tema yang mengikat karya peserta ke dalam narasi besar. “Kalau Jerman punya Ambiente, kenapa Indonesia tak bisa jadi kiblat desain berkelanjutan di Asia? Anggota HIMKI perlu berkolaborasi merancang tren sendiri, bukan sekedar ikut pasar.”

Bagi Adhi, esensi desain bukan mengikuti arus, tetapi menciptakan nilai abadi. Prinsipnya sederhana: “Buatlah produk berkualitas, fungsional, dan mempunyai dampak. Tren akan datang-pergi, tapi karya yang bermakna akan selalu dikenang.”

Di tengah hingar-bingar industri, langkah Adhi Nugraha mengubah limbah menjadi mahakarya adalah bukti: desain bukan hanya soal keindahan, tapi juga keberpihakan. “Hidup ini singkat,” katanya. “Nikmatilah dengan menciptakan sesuatu yang berdampak,” tutur Adhi mengutip filosofi hidup yang ia pegang teguh. (aryodewo)

Leave a Comment