17.5 C
New York
26/10/2024
Aktual Kesra Pendidikan

Menaker Harap IPPNU Genjot SDM di Era Digital Hadapi Tantangan Pasar Kerja

Tasyakuran Puncak Harlah IPPNU dan Kick Off Student Corner. (Foto : Ist)

JAKARTA (Pos Sore) — Kualitas sebagian besar pekerja Indonesia masih relatif rendah sehingga berdampak pada produktivitas dan daya saing angkatan kerja Indonesia. Hal itu tertopang dengan data BPS per Agustus 2021 yang menunjukkan bahwa sebanyak 55 persen dari penduduk yang bekerja berpendidikan SMP ke bawah (rendah).

Hal itu dikemukakan Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, di hadapan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) saat mengadiri Tasyakuran Puncak Harlah IPPNU dan Kick Off Student Corner,, Minggu (6/3).

“Saya harap IPPNU sebagai organisasi pelajar putri juga memiliki concern yang sama untuk terus memajukan kualitas SDM di era digital. Ini karena Indonesia masih memiliki tantangan besar di bidang kualitas SDM,” kata Menaker Ida.

Menaker Ida Fauziyah. (Foto : Dok. Humas Kemneker)

Lebih lanjut ia mengatakan, bagi kaum perempuan, tantangan terkait pendidikan dan kompetensi yang dihadapi juga lebih besar.

Data menunjukkan persentase angkatan kerja perempuan yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah) lebih besar ketimbang laki-laki, justru kebalikan terjadi pada angkatan kerja dengan tingkat pendidikan menengah (SMA dan SMK).

Dari total 55,5 juta angkatan kerja perempuan, tercatat 16,34 persen memiliki pendidikan tinggi. Sedangkan dari total 84,3 juta angkatan kerja laki-laki, hanya 10,81 persen yang memiliki pendidikan tinggi.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa bekal pendidikan tinggi mampu mendorong perempuan usia kerja untuk masuk ke pasar kerja.

“Artinya pendidikan berperan penting sebagai pembuka pintu perempuan untuk mampu berdaya dan berkarya terutama di era digital ini,” ucapnya.

Menteri ida juga menyatakan bahwa masyarakat Indonesia masih tertinggal dalam hal daya saing digital. “Ketertinggalan itu mulai dari masih terbatasnya masyarakat dengan skill digital yang mumpuni, hingga masih banyaknya pendidikan yang tidak relevan dengan perkembangan kebutuhan pasar kerja saat ini,” ujarnya. (hasyim)

Leave a Comment