26/04/2025
Opini

MEMPERKUAT PENGABDIAN TANPA AKHIR

Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono

DALAM rangka peringatan ulang tahun PWRI, ratusan penduduk lanjut usia, dari yang menyebut dirinya sebagai lansia muda, dibawah usia 70 tahun, lansia dewasa, antara usia 70-80 tahun, dan lansia paripurna yang berusia di atas 80 tahun, berkumpul di Jakarta. Mereka umumnya dianggap sebagai sesepuh bangsa, karena semuanya sudah berusia di atas 60 tahun dan telah mengabdi sebagai pegawai negeri atau pegawai BUMN selama tiga puluh atau tigapuluh lima tahun, bahkan lebih. Para sesepuh itu berkumpul merayakan hari ulang tahun organisasi pemersatunya yang bernama Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) yang ke 52 dengan menggelar pertemuan silaturahmi dan bertukar pengalamannya yang menarik ikut terjun ke desa selama dua tahun terakhir ini di banyak desa di Indonesia.

Dalam pertemuan silaturahmi itu para sesepuh mengenang pendirian organisasi lima puluh dua tahun lalu dan mengingat kembali pertemuannya dengan Wakil Presiden dan Ibu Negara, yang mengundang dengan penuh kepercayaan para sesepuh bangsa untuk tetap berbakti kepada nusa dan bangsanya melalui pendirian dan pengisian Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di pedesaan.

Ratusan anggota PWRI yang mewakili tidak kurang dari 2,5 juta anggota lainnya itu mengenang kiprah pengurus dan anggota PWRI di berbagai daerah yang berhasil menjadi panutan dari gerakan pemberdayaan keluarga melalui Posdaya dalam bidang pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan serta membandingkan pengalaman masing-masing yang menarik. Tekad pengurus PWRI tetap peduli dan menggalang pemberdayaan terhadap tiga generasi anak bangsa yang ada di sekitar tempat tinggalnya, ternyata membawa berkah di berbagai daerah. Salah satu yang menonjol di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung Barat, adalah tekad dan inisiasi PWRI menanam dan memberi pelajaran kepada keluarga pra sejahtera untuk menanam pisang Cavendish dan telah diikuti oleh rakyat banyak. Pengalaman itu dijadikan contoh dan diikuti oleh kelompok Posdaya di banyak kabupaten lainnya.

Di Jawa Tengah, PWRI mempelopori pendirian ratusan Posdaya di banyak desa dan kabupaten sehingga merangsang generasi yang lebih muda untuk ikut aktif mengikuti gerak dan inisiasinya. Para anggota PWRI menjadi panutan masyarakat luas ikut aktif mengambil prakarsa membentuk Posdaya di desanya. Para pensiunan yang tetap tegar dan gesit mengajak generasi yang lebih muda tampil ke depan mengambil tampuk kepemimpinan serta bekerja keras secara mandiri menggalang partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Di Banten, para anggota PWRI dengan berbekal pengalaman yang luas telah berhasil meyakinkan Pemda untuk terjun dan mengembangkan Posdaya dibanyak desa. Sayang karena ada kemelut politik usaha itu agak tersendat dan perlu penyegaran kembali. Di Lampung, tanpa menunggu dukungan dasar hukum yang makin sulit diatur, telah mendapatkan kepercayaan dari Gubernur dan Pemerintah Daerah sehingga memiliki kantor dan dana operasional yang memadai untuk terjun dalam kegiatan pemberdayaan pada tingkat kabupaten dan pedesaan.

Dengan cara santai para lansia yang tergabung dalam PWRI DKI Jakarta telah ikut memantabkan usaha memperkenalkan wisata pulau dan laut di Raja Ampat, yang konon sekarang sedang dipersiapkan menjadi titik sentral wisata pulau dan laut yang sangat indah. Dari beberapa kelumit kenyataan itu, diharapkan dalam pertemuan silaturahmi, yang sekaligus mengenang ulang tahun itu, tekad yang dicetuskan pada Musyawarah Nasional PWRI dua tahun lalu akan tetap mendapat dukungan yang luas dari berbagai kalangan, sehingga gegap gempitanya PWRI makin memberi semangat yang tinggi terhadap upaya pengentasan kemiskinan melalui upaya menempatkan penduduk lanjut usia bukan lagi sebagai beban pembangunan, tetapi justru sebagai aset yang peranannya sangat tinggi dalam memberikan dukungan moril, kebijakan, semangat dan contoh nyata dalam memilih sasaran dan penanganan yang tepat pada upaya pemberdayaan keluarga pra sejahtera.

Tujuan mulia mengangkat keluarga pra sejahtera, keluarga tertinggal, menjadi keluarga yang sejahtera secara mandiri sungguh merupakan amal ibadah yang menyejukkan. Selamat Ulang Tahun PWRI dan jayalah para pensiunan pegawai negeri dan pegawai BUMN serta para lansia yang tetap peduli terhadap masa depan bangsanya.

Mulai besok tidak kurang dari 12 rombongan lansia anggota Kerta Wredatama, bagian PWRI perempuan yang bergerak dalam bidang seni budaya, dan telah berhasil membentuk kelompok-kelompok paduan suara akan mengadu kepandiannya memperebutkan berbagai bentuk Piala yang disediakan. Tahun tahun lomba paduan suara itu menghasilkan jagoan-jagoan yang mutu kekompakan dan nilai seninya tidak kalah dengan paduan suara generasi muda. Mereka berhasil tampil dalam berbagai pertunjukan seni di daerahnya mengimbangi kelompok paduan suara generasi yang jauh lebih muda. Bakat-bakat tersembunyi, yang selama menjadi pegawai negeri atau pegawai BUMN terpaksa dipendam, ternyata setelah memasuki usia pensiun tidak kendur dan justru bisa diketengahkan kepada masyarakat luas.

Apabila tak ada aral melintang, para lansia anggota PWRI juga akan dihibur oleh saudara-saudara kita Insan Pasca Stroke, anggota Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) untuk mengingatkan bahwa penduduk lanjut usia yang biasanya menderita darah tinggi, diabetes atau yang mengarah kepada gangguan jantung bisa sewaktu-waktu apabila tidak memelihara dirinya dengan kontrol yang baik terkena stroke. Bahkan para Insan Pasca Stroke itu ingin juga mengingatkan bahwa apabila dilakukan kontrol yang baik dan disiplin yang luar biasa, penyakit stroke itu bisa dicegah. Lebih lanjut diingatkan bahwa apabila terpaksa terkena stroke, tidak berarti bahwa hidup itu sudah selesai. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk melanjutkan perjuangan mengingatkan penduduk yang sehat agar tetap sehat. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin/Ketua Umum PB PWRI , www.haryono.com).

 

Leave a Comment