Soesilo Bambang Yudhoyono
SIAPA yang tidak kenal dengan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), sosok pemimpin nasional yang pernah sangat kharismatik sehingga mendapat kepercayaan rakyat untuk menjadi Presiden Republik Indonesia dalam dua periode berturut turut. Meskipun suksesnya itu tidak lepas dari kerja keras dan pengorbanan kader PD seluruh Indonesia.
Bagaimana SBY bisa sampai menduduki kursi Presiden RI ? Kendaraan apa yang menghantarkannya menduduki jabatan tertinggi di negara ini ? Mari sama-sama kita telisik untuk menjadi pengetahuan bersama.
SBY diusung oleh Partai Demokrat sebagai Calon Presiden yang baru terlahir pada 10 September 2001 dan
dideklarasikan pada 17 Oktober 2002. Dalam perjalanan persiapan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden semua elemen Partai Demokrat mulai tingkat pusat sampai daerah (29 DPD- Red) terus melakukan penggalangan di tengah masyakarat atas kelahiran partai.
Sehingga dalam kurun waktu itu pertanyaan dari daerah terus mengalir ke DPP, benarkah SBY yang bakal diusung menjadi Presiden dari PD ? Belum ada satupun pengurus DPP yang bisa menjawabnya karena SBY tidak pernah hadir dalam setiap pertemuan partai.
Sampai pada tanggal 6 April 2003, SBY hadir pada pertemuan di sebuah hotel dan menyampaikan pidatonya yang sangat berkesan dan menjadikan kepastian bahwa SBY meminta ikut menjadi anggota Partai berlambang Mercy tersebut.
Penggalan isi pidato SBY ketika itu adalah “bagaimana proses Partai Demokrat ini lahir, meskipun setelah berdiri secara formal saya tidak berada di dalamnya, tetapi sejarah mencatat, Allah SWT mencatat bahwa saya memang yang mendorong lahirnya partai demokrat yang kita cintai ini. Ijinkan saya sebagai salah satu anggota keluarga besar partai demokrat.”
Dari penggalan pidato itu, kita bisa menyimak bahwa SBY bukanlah pendiri partai demokrat apalagi memilikinya sehingga mau mendaftarkan PD sebagai milik pribadi, Untung saja permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh pemerintah.
Dalam perjalanan sebagai anggota partai demokrat, SBY bak diberikan karpet biru oleh para kader PD seluruh tanah air melalui perjuangan yang panjang, berdarah-darah dan berkeringat untuk mengusungnya menjadi Presiden RI bersaing dengan kandidat presiden lainnya yang merupakan tokoh-tokoh nasional yang sudah malang melintang di dunia politik, sedangkan SBY masih sangat baru dalam kancah politik nasional.
Tercatat nama-nama Capres dan Cawapres yang memiliki jam terbang tinggi. disitu ada nama Wiranto, berpasangan dengan H.Salahuddin Wahid . Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad Hasyim Muzadi.
Prof. Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo H serta H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar.
Pasangan SBY-Kalla seperti mendapat tempat tersendiri di hati rakyat karena perjuangan kader PD di seluruh Indoinesia yang tanpa ragu-ragu mengorbankan waktu dan harta untuk bisa meloloskan SBY- JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Pemilihan presiden dan wakil presiden untuk masa bakti 2004-2009 diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004 (putaran I) dan 20 September 2004 (putaran II). Disitulah SBY – JK terpilih untuk menjabat sebagai Presiden dan Wapres,
Partai Demokrat sendiri berhasil menduduki urutan ke-5 pada Pemilu Legisltaif 2004 dibawah perolehan kursi Goilkar, PDIP, PKB dan PPP dengan perolehan suara 8.455.225 atau 7,45 persen.
Janji SBY di KLB I Partai Denokrat

Yel-yel peserta Kongres Luar Biasa (KLB) I Partai Demokrat yang digelar 30 Maret 2013 di Nusa Dua Bali menyambut kesediaan SBY untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat mengganikan Anas Urbaningrum yang tersandung masalah hukum.
Bagaimana historynya ? Sebelum memasuki Sidang Pleno untuk menetapkan Ketua Umum, beberapa petinggi Partai Demokrat yang menggagas KLB mendatangi SBY dan meminta kesediaannya menjadi Ketua Umum, mereka di antaranya Max Sopacua (Ketua OC), EE Mangindaan (Ketua SC), Toto Riyanto (Derektur Eksekutif) dan beberapa petinggi lainnya.
Dalam pertemuan itu SBY memberikan persyaratan bahwa dia bersedia menjadi Ketua Umum asalkan terpilih secara aklamasi.
Maka skenario pemilihan aklamasi pun dijalankan oleh steering committe, Pimpinan Sidang KLB EE Mangindaan memberikan kesempatan kepada empat Ketua DPD untuk menyampaikan pandangan umum, masing-masing Ketua DPD Aceh, Warsidy Nurdin, Ketua DPD Papua, Lukas Enembe, Ketua DPD Kalimantan Timur Israan Noer dan Ketua DPD Jawa Timur Soekarwo.
Keempat Ketua DPD bersepakat untuk mendukung SBY sebagai ketua umum dan menyatakan bahwa pandangan ini sudah disetujui oleh seluruh DPD di Indonesia. Pernyataan itupun sekaligus memberikan kepercayaan penuh kepada Ketua Majelis Tinggi (SBY) untuk menyelaraskan AD/ART, termasuk bentuk organisasi. Merekapun mendukung wacana pelaksana ketua harian yang diusulkan dan ditetapkan ketua umum terpilih.
Dalam pidatonya SBY berjanji bahwa dia hanya akan memimpin Partai Demokrat sebagai Ketua Umum selama dua tahun atau sampai pada Kongres ke IV nanti. SBY dipercayakan menjadi Ketua Umum oleh para kader PD se Indonesia dengan harapan dapat menaikkan elektabilitas partai yang mesosot akibat terjeratnya beberapa kader PD pada masalah hukum.
Putra keduanya Eddy Baskoro Yudhoyono (Ibas) tetap menjadi Sekjen melanjutkan tugasnya sebagai sekjen usai Kongres II PD di Bandung. Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Ibas menjadi Sekjen adalah limpahan dari Johni Allen Marbun (JAM) yang sebelumnya diminta AU untuk jabatan itu, Tetapi dengan besar hati dan demi kelangsungan partai JAM meminta AU untuk memberikan kepada Ibas. Artinya Ibas menjabat Sekjen bukan karena kapasitas dan kapabilitasnya tetapi lebih kepada penyeimbangan dalam tubuh partai.
Belum berakhir sampai disitu upaya merebut PD dari tangan kader masih terus berlanjut. SBY lupa janjinya di hadapan para ketua DPD dan DPC serta para pendiri sebagai peserta KLB I. Pada Kongres IV di Surabaya, SBY kembali tampil dan berambisi untuk menjadi Ketua Umum PD dengan menggusur serta mengganjal semua bakal calon Ketua Umum pada Kongres IV di Surabaya itu. I Gede Pasek Suardika dan Marzuki Alie dipaksa untuk tidak maju sebagai ketua umum.
Disinilah, predikat Bapak Demokrasi yang disandang SBY teruji. Mestinya sebagai Bapak Demokrasi SBY tidak memaksakan diri untuk maju sebagai calon tunggal tapi memberikan kesempatan berkompetisi bagi kader-kader terbaik partai demokrat kala itu.
Ungkapan rasa bangga kader Partai Demokrat yang sekarang teraniaya oleh ulah putranya AHY masih sering
terdengar. Bapak SBY yang kami hormati, bapak adalah panutan kami, bapak adalah guru politik kami, tetapi
mengapa bapak menjadi orang yang menginjak-injak demokrasi hanya untuk ambisi sesaat menjadikan AHY sebagai Ketua Umum PD ? Padahal Bapak sendiri meyakini bahwa AHY masih belum siap untuk menjadi politisi karena miskin pengalaman.
Paksaan SBY untuk menjadikan Demokrat sebagai partai dinasty cikeas terus berlanjut dari waktu ke waktu. Upaya untuk tidak menjauhkan PD dari Cikeas terus dilakukan dengan mengubah Pembukaan AD/ART yakni jumlah pendiri Partai Demokrat dari 99 nama menjadi dua nama yakni Soesilo bambang Yudhoyono dan Vence Rumangkang.
Juga, menjadikan AHY sebagai Ketua Umum Partai dengan cara aklamasi yang sarat dengan rekayasa pada Kongres V di Jakarta, mendudukkan Ibas sebagai Wakil ketua Umum dan Ketua Fraksi di DPR-RI serta menempatkan dirinya sendiri sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai yang berkuasa penuh terhadap kelangsungan hidup partai. (*)
Penulis : Emha Hussein Alphatani (Pemerhati Politik)
