JAKARTA (Pos Sore) — Percaya tidak jika abu vulkanik Gunung Kelud bisa sampai London dan Norwegia? Ya, bisa saja. Semakin kencang angin berputar akan membawa partikel yang halus ke luar pusaran.
Lapisan udara di atas ketinggian 10.000 meter kecepatan angin 5-15 km/jam, sedangkan ketinggian 12.000 meter, kecepatannya 5-30 km/jam. “Semakin tinggi, semakin jauh,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dr. Andi Eka Sakya, di kantornya, Rabu (19/2).
Abu vulkanik letusan Gunung Krakatau pada 1883 saja bisa sampai ke Eropa meski sudah lewat berbulan-bulan. Setelah dilakukan penelitian, ternyata berasal dari gunung itu.
Berdasarkan simulasi cuaca numerik, angin membawa abu vulkanik ke arah barat menuju Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat. Bila Kelud kembali bererupsi, arah abu vulkanik tetap ke barat. Maka tak heran, jika hujan abu vulkanik letusan Gunung Kelud ini tidak sampai menyentuh Kota Malang dan sekitarnya.
“Abu vulkanik itu hanya turun di sebagian wilayah Kota Batu. Kota Malang bebas abu vulkanik karena angin bertiup ke arah barat dari puncak Gunung Kelud, dan juga menyebar ke arah Timur. Blitar, Bali, dan Banyuwangi juga tidak terkena hujan abu,” tambahnya.
Dikatakan, ke barat seperti Surabaya, Jogjakarta tapi abunya berupa debu, sementara yang ke timur laut berupa kerikil atau pasir. Semakin dekat radius dari gunung Kelud, semakin besar partikelnya.
Ia menjelaskan, arah angin pada lapisan udara atas atau di atas 9 kilometer memang mengarah ke barat
(tety)