3.8 C
New York
03/12/2024
Kesra

LIPI Olah Sampah Masker Jadi Biji Plastik

JAKARTA (Possore) — Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering menyebutkan saat ini di dunia sedikitnya ada 129 miliar masker yang digunakan manusia setiap bulan. Jadi, setiap bulan rata-rata ada sekitar 2,8 juta masker digunakan dalam satu menit.

Jumlah limbah masker yang bahan polipropilens (PP) ini sangat besar ini jelas sangat mengkhawatirkan masyarakat, khususnya para peneliti memperingatkan besar volume limbah masker dengan komposisi plastiknya, yang dapat menimbulkan ancaman lingkungan. Tidak salah kalau mereka mendesak untuk semua negara mengatasi limbah masker yang nota bener berbahan plastik.

PP sendiri sudah digunakan di beberapa produk umum seperti tutup botol dan gelas plastik. Selain itu dengan titik leleh 163-169 derajat Celcius membuatnya dapat didaur ulang.

“Berbeda dengan sampah plastik umumnya, seperti botol yang 25 persennya dapat didaur ulang dan mudah. Namun untuk limbah masker tidak ada panduan resmi tentang daur ulang masker, sehingga kemungkinan besar akan dibuang dengan cara yang tidak tepat,” kata peneliti dari Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Akbar Hanif Dawam Abdulah saat ditemui belaum lama ini di LPTB, di Bandung.

Tingginya kesadaran masyarakat akan bahaya Covid-19, menurut dia, menyebabkan banyak masyarakat beralih menggunakan masker bedah ataupun masker N95. Masker bedah dan masker N95 memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menahan virus dibanding masker kain. Hal ini disebabkan karena jenis masker ini memiliki pori yang sangat kecil, tetapi keduanya merupakan masker sekali pakai yang dapat menyumbang timbulan limbah.

Berdasarkan fenomena timbulan limbah masker tersebut, tim peneliti LPTB berinisiasi melakukan penelitian untuk membuktikan kebermanfaatan limbah masker setelah didaur ulang.

Dawam mengatakan, hanya limbah masker sekali pakai yang berasal dari kategori sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga saja yang dapat diuji coba dalam proses ini. Karena limbah infeksius dari fasilitas pelayanan kesehatan dan rumah tangga di mana terdapat ODP (orang dalam pengawasan) memiliki cara khusus dalam penanganannya.

“Sekalipun setelah digunakan oleh masyarakat sehat, masker bekas pakai tetap saja berbahaya jika dibuang sembarangan. Perlu perlakuan khusus yaitu disinfeksi, agar masker bekas pakai aman untuk dibuang. Setelah melalui tahap disinfeksi, ternyata limbah masker tetap menimbulkan masalah,” ujar Dawam.

Menyikapi fenomena tersebut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) mencoba mencari terobosan solusi dengan peralatan terbatas yang dimiliki dan muncullah ide untuk daur ulang limbah masker sekali pakai dengan menggunakan teknologi sederhana, yang sebenarnya bisa dilakukan pengusaha atau industri.

Berdasarkan literatur yang ada, Dawam menyampaikan masker sekali pakai yang banyak digunakan selama masa pandemi Covid-19 adalah berbahan plastik dan jenis yang banyak ditemui adalah Polipropilen (PP).

“Nah, kita tahu bagaimana limbah plastik kalau dibuang begitu saja di bak sampah, kemudian masuk ke TPS (tempat pembuangan sampah sementara) dan terakhir ke TPA (tempat pembungan akhir) tidak akan hilang begitu, tapi memerlukan waktu puluhan tahun bahkan ratusan tahuh,” jelas Dawam.

Karena itu, kami peneliti dari LPTB menawarkan solusi recycle (daur ulang) menjadi produk-produk yang bermanfaat seperti pot hidroponik, bak sampah, kantong sampah dan lain lain.

Damam menyatakan secara teknis teknologi ini cukup sederhana dan bisa direplikasikan secara cepat sesuai dengan desakan kebutuhan pengelolaan limbah masker disposable saat ini. Secara ringkas, ia menjelaskan, proses daur ulang limbah masker berlangsung dalam beberapa tahapan yaitu sterilisasi, ekstrusi, dan pencetakan. Proses ekstrusi pada suhu 170 derajat Celsius menghasilkan pellet/biji plastik.

“Jika sudah menjadi biji plastik maka daur ulang hasil limbah masker dapat dibentuk menjadi benda apapun, sesuai dengan yang kita inginkan,” ujar Damam sambil menunjukan proses pelarutan masker, proses pemanasan atau ekstrusi masker sehingga menjadi pellet dan akhirnya menjadi bijih plastik. MYA

Leave a Comment