JAKARTA (Pos Sore) — Pelajar SDN Tanjung Barat 09, Jakarta, siang itu tampak sibuk berkutat dengan tanah. Beberapa anak ada yang menanam bibit, sebagian yang lain begitu bersemangat membuat kompos, ada juga yang membersihkan rumput-rumput, ada yang tengah merawat tanaman, ada yang memilah-milah bibit.
Di lahan sekolah ini ada bermacam-macam tanaman, baik tanaman obat seperti jahe merah, kencur, bawang. Ada juga tanaman sayuran semisal kangkung darat, kacang panjang. Tanamam cabe dan tomat pun ada. Dan, banyak lagi. Sekolah ini memang sudah lama menerapkan program green school yang berupaya mengoptimalkan lahan kosong yang terdapat di sekolah.
Jadi, ada atau tidak ada Program ‘Antangin Junior Creative Green School 2015 yang diadakan PT Deltomed Laboratories, Pemda DKI dan Yayasan Berani Bhakti Bangsa ini, SDN Tanjung Barat 09 tetap menerapkan program green school.
Ya, SDN Tanjung Barat 09 ini menjadi salah satu dari 25 sekolah dasar yang mengikuti program yang berlangsung pada Maret – Juni 2015. Nantinya, dipilih 5 sekolah terbaik yang memperebutkan Piala Gubernur DKI Jakarta dan hadiah total puluhan juta.
“Program Antangin Junior Creative Green School 2015 ini program kompetisi ide kreatif antar sekolah mengenai pemeliharaan lingkungan hidup secara serentak di 25 sekolah di DKI Jakarta. Peserta program adalah siswa SD kelas 4-5,” jelas Elvira P Wongsosudiro, Corporate Communications Manager PT Deltomed Laboratories, saat berkunjung ke sekolah itu, bersama aktor Indra Bekti yang menjadi duta program tersebut, di Jakarta, Selasa (5/5).
Kompetisi ini diharapkan dapat mendorong terciptanya budaya hijau (green culture). Sejak dini, anak-anak ditanamkan untuk selalu mendukung terciptanya alam dan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga tumbuh menjadi pribadi yang menghargai alam.
Mekanisme penilaian, tiap sekolah memilih 2 orang siswanya sebagai Green Ambasador, yang menjadi penggerak di sekolah untuk bersama-sama memilih dan menjalankan proyek budaya hijau sesuai tema yang ditentukan, yaitu Culture, Planting, Waste, Energy, dan Water.
Untuk memenangkan kompetisi itu ada penilaian kegiatan di dalam sekolah meliputi tingkat keasrian, kebersihan, pelaksanaan reuse, reduce, recycle, kreatifitas, dan schoolpreneur (jenis usaha yang dihasilkan dari proyek Creative Green School).
Sedangkan penilaian kegiatan di luar sekolah meliputi kebersihan dan keasrian di luar dan di sekitar lingkungan sekolah, pemberdayaan masyarakat sekitar dalam pemeliharaan lingkungan, dan peran orangtua dalam memelihara lingkungan.
Kepala SDN Tanjung Barat 09, Mokhlas, MPd, mengakui, sejak program ini bergulir, banyak memberikan perubahan yang cukup berarti pada perilaku anak didiknya. Tak ada genk-genk-an, yang ada belajar secara berkelompok. Tidak ada yang asyik dengan gadget, melainkan lebih memilih ‘berkawan’ dengan tanaman. Mereka juga membuang sampah pada tempatnya.
“Tanpa diminta, anak-anak sudah bergerak sendiri. Mereka juga sudah paham bagaimana membuat kompos, bagaimana memilah benih yang baik, cara menanam, merawat, dan memanen. Banyak orangtua yang ingin memindahkan anaknya untuk bersekolah di sini karena adanya program hijau ini,” ungkapnya dengan senyum lebar.
Anak-anak juga diajarkan mengolah hasil tanaman menjadi sesuatu yang memberikan nilai tambah. Kacang kedelai, misalnya, diolah menjadi susu kedelai. Untuk mengatasi sebagian anak yang tidak menyukai rasa susu kedelai yang sesungguh sudah enak, pihaknya mencampurkannya dengan buah naga merah. Yang, ternyata banyak disukai anak-anak. Jadilah susu kedelai buah naga merah.
Apakah nanti SDN Tanjung Barat 09 ini bisa menjadi salah satu pemenang kompetisi? lihat saja nanti. (tety)