LATAR belakangnya memang berprofesi sebagai ahli kandungan yang lebih banyak berkecimpung dengan dunia kebidanan, melahirkan dan dunia ginekolog. Namun saat dipercaya rakyat sebagai bupati, ia ternyata mampu menangani kemiskinan dengan konsep KAKB-nya ( Keluarga Asuh Keluarga Binangun) . Itulah selintas profil Bupati Kulonprogo DIY, dr Hasto Wardoyo, yang secara khusus mendapat apresiasi dari Ketua Yayasan Damandiri Prof DR Haryono Suyono.
Selain dengan konsep KAKB, untuk menanggulangi kemiskinan di daerahnya, Bupati Hasto bahkan berjanji akan mengeluarkan peraturan daerah yang isinya setiap pegawai negeri berkewajiban mengasuh keluarga miskin yang ada di seluruh Kabupaten Kulonprogo. Bukan saja keluarga miskin ditanggung keluarga mampu, kenyataannya Kulonprogo juga telah mempunyai koperasi pusat kulakan dan mempunyai warung. Warung-warung itu dibuat bersama antara keluarga miskin dan keluarga kaya dan dijaga secara bergilir oleh keluarga miskin.
Dalam satu kesempatan baru-baru ini, Hasto Wardoyo menjelaskan, di Kulonprogo kemiskinan masih cukup tinggi. Kalau di DIY 16 persen, nasional 13 persen, maka di Kulonprogo masih 23 persen. “… Hampir seperempat penduduk Kulonprogo ini masih miskin,” katanya.
Untuk itu, lanjut Hasto Wardoyo, masyarakat perlu diajari untuk hidup mandiri dan berdikari, orang kaya harus memperhatikan orang miskin. Kalau orang kaya membantu orang miskin maka penanggulangan kemiskinan akan lebih cepat teratasi. Ada system pendampingan, yaitu orang kaya mendampingi orang miskin. Sehingga Kulonprogo mempunyai KAKB. Artinya sistem famili ini ada keluarga mampu bergabung dengan keluarga orang miskin untuk membuat usaha kecil-kecilan yang wajar dan bisa dijalankan.
“Kami membuat koperasi sentra kulakan, selain itu keluarga juga punya warung kecil sebagai jejaring usaha. Kita berusaha agar koperasi itu menjadi soko guru kita dalam bidang ekonomi. Kalau ada barang-barang dari impor sebaiknya ditolak saja,” tegas bupati yang di wilayahnya sudah ada 347 Posdaya, 226 KAKB dan 130 warung KAKB.
Sebagai Bupati, Hasto yang berlatar belakang dokter itu mengaku terbiasa mendiagnosis dan sebelum ketemu diagnosisnya jangan diobati. “Ini orang miskin sakit panas sering diberi parasetamol semua. Memang sembuh demam nya tetapi hanya sebentar setelah parasetamol-nya habis panas lagi. Padahal orang yang demam itu tidak sama penyebabnya…,” kata Bupati yang mengaku cocok dengan Yayasan Damandiri karena selalu bekerja sama dengan perguruan tinggi, tempat bersama untuk menemukan penyebab kemiskinan.
Dalam menangani kemiskinan Kulonprogo punya album kemiskinan. Dengan album itu kemiskinan, dapat diketahui berapa jumlah miskin dan bagaimana profil mereka. Waktu me- launching album kemiskinan yang dihadiri penyanyi balada Ebiet G. Ade, banyak yang hadir. Para pengusaha pun menyumbangkan dananya. Dalam waktu dua jam terkumpul dana Rp 250 juta. “Sejak itu kita mendidik pengusaha mau menyumbangkan rejekinya begitu juga PNS mau menyumbangkan rejekinya, sehingga setiap kita bisa menyambangi fakir miskin. Serta seluruh SKPD setiap minggu melakukan gotong royong untuk menyemangati warga masyarakat termasuk janda-janda tua untuk bangkit dari kemiskinan,” tuturnya.
Hasto juga mengungkapkan, dalam kaitannya mengentaskan kemiskinan dilakukan pula perbaikan rumah yang rusak. Dalam waktu satu tahun bisa membedah 250 rumah miskin yang menghabiskan dana swadaya yang terkumpul dari masyarakat sekitar Rp 4 milar. Tak henti hentinya Hasto mengungkapkan rasa kebersamaannya dengan Damandiri.
“Kami bersemangat dengan Yayasan Damandiri karena dapat membentuk Posdaya, membentuk KAKB yang diimbangi dengan ekonomi kreatif lainnya. Kami menjalankan amanat ekonomi kerakyatan ini mulai membangun koperasi, memanfaatkan sumberdaya alam, BUMD dihidupkan, menciptakan lapangan pekerjaan dan menyantuni fakir miskin,” papar Hasto,yang tak lupa menyebut, bahwa mereka disemangati oleh Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Sekretaris Yayasan Damandiri mendirikan koperasi sentra kulakan. (dari Gemari)