Kendati Sail Raja Ampat yang dihelat pada 19-23 Agustus 2014 telah usai, namun Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) masih punya cara lain untuk mempromosikan salah satu daerah kabupaten tertinggal di Provinsi Papua Barat ini.
Ada Pentas Budaya yang digelar di dua Desa Wisata Kabupaten Raja Ampat: Desa Wisata Arborek dan Desa Wisata Sawinggrai pada 6 – 7 September 2014. “Ini tindak lanjut keikutsertaan
Asdep Urusan Kerjasama Antar Lembaga Sosial Budaya, Deputi Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya KPDT dalam penyelenggaraan Sail Raja Ampat,” kata Plt. Deputi Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya KPDT Ir. Fachman, MSi, di Jakarta, Rabu (3/8).
Pada hari pertama pagelaran budaya, undangan akan diajak menikmati kunjungan ke Desa wisata Sawinggrai yang ditempuh dalam waktu 1 jam dari Waisai – Raja Ampat, dengan menggunakan speedboat. ‘Perahu’ ini berkapasitas sekitar 8– 2 penumpang. Tiba di Sawinggrai langsung terasa suasana alaminya, disambut dengan aneka pemandangan laut yang luar biasa, ikan-ikan hias dan karang sudah terlihat dan menyebar di bawah jembatan membuat semua mata yang memandang berdecak kagum.
Jalan masuk menuju Desa Sawinggrai yang dihuni oleh sekitar 42 rumah penduduk, dihubungkan dengan jembatan kayu yang kokoh, kurang lebih 100 meter panjangnya. Memasuki desa suasana perkampungan yang akrab dan bersahaja langsung menyapa, jauh dari hingar bingar suasana perkotaan, damai, sederhana, dan bahagia.
Pentas Budaya di desa Wisata Sawinggrai akan menampilkan 3 (tiga) jenis tari: Tari penjemputan/Pembasuhan, Tari Perang, Tari Perkawinan. Kegiatan dipadu dengan menikmati makanan tradisonal ‘ala Sawinggrai’ bersama seluruh masyarakat.
Hari kedua, para tamu diajak ke Desa Wisata Arborek. Untuk mencapainya dibutuhkan waktu 1 jam 20 menit perjalanan dari Waisai (ibukota Kabupaten Raja Ampat). Keindahan alam Desa Wisata Arborek sudah terasa ketika kita menjejakkan kaki di dermaganya, pasir putih dan pohon kelapa di sekeliling pantai menjadi pemandangan khas Arborek dipadu dengan jernihnya air laut dan aneka jenis ikan serta batu karang yang luar biasa indahnya.
Jembatan yang menuju ke arah rumah penduduk panjangnya kurang lebih 100 meter. Begitu kita tiba di ujung jembatan, sudah terlihat rumah penduduk yang jumlahnya 34 rumah berderet rapi dan harmonis di bawah pohon kelapa dan menghadap kearah laut. Di Desa Arborek para tamu akan dihibur dengan 3 jenis tari, yaitu Tari Yosim Pancar, Tari Dayung, dan tari Cakalele, dengan baju adatnya yang terbuat dari rumbai tali rafia, dan dililitkan di pinggang.
Mata pencaharian masyarakat Desa Wisata Arborek adalah sebagai nelayan dan di bidang wisata. Di desa ini, wisatawan dapat melakukan aktifitas snorkeling dan diving. Sedangkan kerajinan khas penduduk setempat adalah topi durian yang terbuat dari anyaman daun pandan. Anyaman ini juga bisa didapatkan dalam berbagai bentuk seperti ikan, atau tas tangan.
Kegiatan Pentas Budaya ini sengaja dilaksanakan pasca penyelenggaraan Sail Raja Ampat untuk mengisi kegiatan dan sebagai salah satu tindak lanjut perhelatan besar yang telah dihadiri Presiden RI dan ribuan orang. Selain itu, untuk menampilkan ‘budaya’ sebagai bagian dari ‘kemasan wisata’ dan sebagai ‘daya tarik wisata’ yang bisa menarik perhatian turis lokal maupun mancanegara agar berkunjung di raja Ampat.
“Dengan begitu, Raja Ampat bukan hanya dikenal karena kekayaan dan keindahan bawah lautnya, tetapi juga karena seni budayanya yang luar biasa indah dan memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri, memiliki nilai-nilai tradisional dan sejarah yang sangat mengundang wisatawan untuk datang melihat dan menikmatinya,” kata Fachman.
Diharapkan melalui pentas budaya ini, masyarakat bisa menjadikannya sebagai mata pencaharian, dan mengemasnya bersama dengan wisata alam dan wisata bawah laut yang sangat menawan.
Sebelumnya pada even Sail Raja Ampat, ada Dialog Budaya untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam rangka pengembangan potensi budaya dan pariwisata sekaligus ditemukan solusinya. Tujuan lain dari dialog budaya ini untuk memberikan informasi dan motivasi kepada masyarakat Kabupaten Raja Ampat bahwa seni dan budaya bisa dijadikan sebagai mata pencaharian. Karenanya, perlu upaya melestarikan dan mengajarkan secara turun temurun kepada generasi muda semua hal yang terkait dengan budaya dan kemudian mengemasnya secara menarik untuk kemudian ’dijual’ ke industri pariwisata.
Ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis nasional maupun internasional agar berkunjung ke Kabupaten Raja Ampat. Raja Ampat sendiri, satu destinasi wisata di daerah tertinggal yang sudah termasyhur hingga ke mancanegara. (tety)