Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono
HARI– hari ini kader politik calon pemimpin bangsa sedang hangat-hangatnya meyakinkan seluruh penduduk Indonesia yang mempunyai hak pilih datang ke tempat pemungutan suara tanggal 9 April. Mereka menjanjikan cita-cita yang tinggi bahwa apabila terpilih nanti akan memperjuangkan program-program pembangunan yang bisa mengangkat martabat bangsa, membawa keluarga Indonesia menjadi makin bahagia dan sejahtera.
Pada waktu berhadapan dengan rakyat banyak di desa-desa, banyak calon pemimpin bangsa itu menjanjikan program-program yang muluk dan menarik. Ada kalanya saking getolnya, program yang dijanjikan adalah program yang begitu modernnya sehingga rakyat di desa yang sangat sederhana tidak mengetahui atau merasa asing terhadap isu kampanye yang dibawakan oleh kontestan yang bergaya modern itu. Rakyat merasa asing dan tidak mungkin bisa terlibat dalam pameran isu pembangunan yang dibawakannya. Ada juga kandidat yang demikian getol akan meningkatkan pertumbuhan nasional, bicara muluk-muluk seakan semua rakyat akan terlibat dalam pasar dunia yang menginginkan ekspor barang yang melimpah di Indonesia.
Isu sangat penting yang dirasakan sehari-hari oleh rakyat banyak di pedesaan adalah kemiskinan, ketidak berdayaan, pemintaan dan dukungan tumbuh kembang anak, kesehatan dan pendidikan kaum perempuan serta usaha mengatasi kesempatan kerja yang makin sulit didapat. Sehingga adalah menarik untuk mengambil tema sentral menbangun budaya cinta dan sayang kepada anak, perempuan dan meningkatkan usaha untuk memberdayakan keluarga pra sejahtera atau keluarga miskin. Kalau isu dan upaya untuk itu dikembangkan menjadi program “kota atau kabupaten sayang anak, perempuan dan keluarga miskin” bisa dan akan menjadi isu menatik dan dapat diupayakan menjadi kenyataan dalam lima tahun yang akan datang.
Isu sayang anak merupakan perhatian yang mutlak diberikan karena jumlah anak dan remaja di Indonesia dalam lima tahun yang akan datang mencapai puncak yang sangat tinggi. Mereka membutuhkan perhatian pada saat dini dalam bidang kesehatan dan
pendidikan untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan bisa melanjutkan pembangunan dalam suasana perubahan yang sangat tinggi. Anak-anak Indonesia harus disiapkan dengan baik karena mereka tidak saja harus berkawan dan memperebutkan kue di tanah airnya sesama anak bangsa, tidak harus menjadi pemimpin sesama anak bangsanya, tetapi harus menjadi pemimpin dalam alam perubahan di tanah air dimana kekayaannya diperebutkan bersama anak bangsa dari seluruh penjuru dunia.
Mereka harus berkawan dan bersaing dengan segala anak muda dari berbagai suku bangsa yang haus lapangan kerja.Kaum perempuan, yang jumlahnya sama dengan kaum lelaki, tumbuh kembang dan mendapat pendidikan yang sama. Mereka mempunyai kemampuan dan hak yang sama dengan kaum lelaki. Karena itu sayang kepada kaum perempuan menjadi ciri baru yang perlu disertai penghargaan dan kesempatan yang sama terhadap kaum perempuan itu. Suatu daerah sayang kaum perempuan bukan saja memanjakan tetapi memberi kesempatan agar kaum perempuan bisa dan mendapat tempat yang wajar dalam pembangunan bangsa.
Perhatian kepada kaum perempuan harus menghasilkan komitmen yang tinggi dan keikhlasan yang tulus bahwa jaman sudah berubah. Budaya bangsa yang menempatkan kaum lelaki sebagai satu-satunya kandidat pemimpin dikembangkan dengan kesamaan pandangan bahwa kaum perempuan bisa dan harus menjadi pemimpin pembangunan di segala sektor.
Menanggapi isu pengentasan kemiskinan, kiranya para kandidat pemimpin bangsa hendaknya menghindari janji-janji yang menggratiskan semua pelayanan sosial seperti kesehatan, pendidikan dan kesempatan kerja karena janji seperti itu tidak mendidik. Masyarakat dan keluarga Indonesia menjadi manja dan tidak kreatif. Para kandidat pemimpin bangsa perlu memikirkan dan menyodorkan kepada rakyat program dan rancangan kegiatan proses pemberdayaan yang mampu mengangkat keluarga pra sejahtera menjadi makin maju melalui kerja keras dan cerdas menjadi sumber daya keluarga yang ampuh dan
berkualitas. Para kandidat pemimpin bangsa harus bisa memotivasi pemimpin di tingkat pedesaan untuk meyakinkan rakyat agar siap berjuang membangun budaya kerja keras dan cerdas disertai kebiasaan untuk bekerja sama dalam kelompok yang kompak dan saling peduli.
Praktek kerja sama dalam pembangunan atau karya nyata di desa bersama rakyat banyak barangkali bisa menjadi contoh kampanye untuk hidup gotong royong dalam kebersamaan program aksi nyata bersama rakyat. Upaya membawa kesenian dan kebudayaan menyerukan kerjasama itu bisa menjadi sajian yang menarik kepada setiap kegiatan kampanye. Lagu lagu yang mementingkan kepentingan pribadi atau golongan kiranya dibatasi dengan tidak memberikan kesan bahwa kontestan lain selalu berseberangan dan atau bermusuhan.
Kita semua bersaudara, perlu bersama sama membangun dalam semangat kebersamaan. Oleh karena itu para kandidat pemimpin bangsa diharapkan mempergunakan kesempatan kampanye untuk tidak memecah persatuan dan kesatuan bangsa tetapi justru memperkuat modal sosial gotong royong untuk bekerja sama membangun demi kepentingan bersama di desa dan di kota. Para kader mempergunakan kampanye untuk menyegarkan kebersamaan dan budaya gotong royong yang makin mendaam. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Yayasan Damandiri, www.haryono.com).