YORYAKARTA, PosSore –Yogyakarta, selain dikenal sebagai Kota Pendidikan, juga tersohor sebagai kota kuliner dan pusat kerajinan yang unik. Produk-produk kerajinan yang dihasilkan dari berbagai bahan baku seperti batu, kayu, dan material lainnya selalu menarik perhatian wisatawan. Berkunjung ke Yogyakarta tanpa membeli kerajinan sebagai oleh-oleh, rasanya belum lengkap.
Di tengah maraknya usaha kerajinan di Yogyakarta, ada kisah inspiratif dari Ruslamaji Dwi Putranto, atau yang akrab disapa Mas Aji. Seorang pria yang sebelumnya bekerja di dealer otomotif dan industri furnitur, Aji menemukan hasrat barunya setelah mengalami musibah kecelakaan. Kecelakaan tersebut menjadi titik balik hidupnya, yang membuatnya mantap beralih profesi menjadi pengusaha kerajinan.
Dengan tekad kuat, pada tahun 2011, Aji memulai usahanya hanya bermodal Rp 700 ribu. Ia memilih bebatuan sebagai bahan utama kerajinannya. Beruntung, Aji mendapat dukungan penuh dari sang istri yang bekerja di perusahaan mebel. Dukungan tersebut menjadi motivasi bagi Aji untuk terus mengembangkan usahanya.
“Kali pertama produk saya dibeli oleh buyer dari Jerman dan Hawaii,” kenang Aji, Direktur sekaligus pemilik UD Javavolumeart, saat menceritakan awal mula perjalanan bisnisnya. Kini, pria yang juga hobi touring dan jogging tersebut tak hanya dikenal sebagai pengusaha kerajinan, tetapi juga menjabat sebagai Ketua DPD HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Semakin hari, usaha kerajinan Aji semakin diminati. Buyer yang awalnya hanya dari Jerman dan Hawaii, kini bertambah dari berbagai negara seperti Austria, Panama, Timur Tengah, Kanada, Spanyol, dan Amerika Serikat.
Pada tahun 2012, seorang buyer dari Jerman memesan produk kerajinan dan furnitur berbahan kayu. Untuk memenuhi pesanan tersebut, Aji memutuskan membeli pohon Munggur (Suar) dari masyarakat setempat. Pohon tersebut dibeli dari warga yang hendak melakukan pembangunan rumah atau membutuhkan dana.
Pesanan dari Jerman menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi Aji. Seiring waktu, usahanya berkembang dengan fokus pada pembuatan kerajinan dan furnitur berbahan kayu solid atau kayu daur ulang. Pemilihan bahan baku bergantung pada permintaan buyer.
Jika awalnya Aji hanya mengirim satu kontainer produk per tahun, kini ia rutin mengekspor satu kontainer setiap dua minggu ke Jerman. “Buyer dari Jerman itu tetap setia hingga sekarang. Bahkan, ekspor terbesar saya masih ke Jerman, diikuti Amerika Serikat dan Austria,” ungkap Aji dengan penuh syukur.
Keberhasilan UD Javavolumeart tidak lepas dari perhatian Aji terhadap kualitas dan desain. Menurutnya, pelaku usaha mebel dan kerajinan harus selalu mengikuti perkembangan desain dan menjaga kualitas produk, termasuk memastikan kayu yang digunakan benar-benar kering. Selain itu, ketepatan waktu pengerjaan dan pengiriman menjadi faktor penting dalam menjaga kepercayaan buyer.
“Jika kita bisa menjaga kualitas desain, ketepatan waktu, dan komunikasi yang baik, buyer akan semakin percaya. Kepercayaan itu adalah kunci utama keberlangsungan bisnis,” pesan Aji kepada para pelaku usaha di industri kerajinan dan mebel, terutama yang masih pemula atau termasuk kategori kecil dan menengah.
Selain itu, Aji menekankan pentingnya menjalin komunikasi yang baik dengan buyer. Menurutnya, dengan komunikasi yang intens, hubungan antara pelaku usaha dan buyer akan semakin akrab dan langgeng. Komunikasi yang terjalin secara baik tidak hanya sebatas pada saat transaksi berlangsung, tetapi juga mencakup proses setelah penjualan, seperti menanyakan kepuasan pelanggan atau memberi update mengenai produk terbaru. Ini tidak hanya memperkuat kepercayaan buyer, tetapi juga menunjukkan bahwa pelaku usaha peduli terhadap kebutuhan dan ekspektasi mereka.
Aji percaya bahwa komunikasi yang rutin dan transparan membantu menciptakan hubungan yang lebih personal dengan buyer. Dengan memahami preferensi dan kebutuhan spesifik mereka, pelaku usaha bisa menyesuaikan produk atau layanan agar lebih sesuai dengan keinginan buyer. Hal ini tidak hanya meningkatkan kemungkinan terjadinya repeat order, tetapi juga mendorong buyer untuk merekomendasikan produk kepada jaringan mereka.
Lebih lanjut, Aji juga menyebutkan bahwa komunikasi yang baik dapat menjadi solusi jika terjadi masalah dalam proses bisnis. Dengan komunikasi terbuka, segala kendala yang muncul, seperti keterlambatan pengiriman atau masalah kualitas, dapat dibahas dan diselesaikan bersama secara cepat dan efisien, tanpa merusak kepercayaan yang sudah terbangun.
Mengenai desain produk, Aji mengaku sering mengganti desain baru setiap tahun agar buyer tidak bosan. Proses desain ini ia lakukan bersama sang istri, yang memiliki pengalaman di industri mebel. “Saya selalu memperbarui desain setahun sekali, supaya buyer tetap tertarik dan tidak bosan dengan produk kami,” tutup Aji. (aryo)