14.7 C
New York
04/11/2025
AktualEkonomi

Ketika Rotan Palu Merintih: Kamardin Setia Menjaga Industri Mebel dan Kerajinan di Sulawesi Tengah

POSSORE.ID, Palu — Di antara lengkung rotan yang lentur dan tangan-tangan terampil penganyam, semangat Kamardin, ST, mengalir laksana getah yang merekatkan harapan. “Sebagai produsen, harus menjaga kepercayaan,” ujarnya, sebuah prinsip hidup yang menjadi benang merah perjalanannya sebagai owner PT. Bamba Rattan Furniture sekaligus pendamping para pengrajin di jantung Sulawesi Tengah. Bekal pengalamannya di Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNAS) menjadi bekalnya merajut harapan industri lokal.

Di Kabupaten Sigi, batas Kota Palu, Kamardin aktif membina kelompok ibu-ibu pengrajin anyaman dan melatih calon-calon pengusaha mebel dan kerajinan rotan. “Kegiatannya provinsi, tapi kami ditempatkan di Sigi, salah satu sentra rotan dan kayu,” jelasnya. Pelatihan itu bukan sekadar teori. Ia terus mendampingi, mengunjungi, bahkan berbagi desain dan akun secara cuma-cuma. “Ada juga sosialnya sedikit di dalamnya,” akunya rendah hati.

Dedikasinya berbuah prestasi. Atas dukungan pemerintah, ia pernah mewakili Industri Kecil Menengah (IKM) rotan se-Indonesia ke pameran di Jerman tahun 2013. “Mujur sekali saya dapat program itu,” kenangnya. Pengetahuannya tentang desain dan kualitas juga terasah melalui kolaborasi dengan ITB dan desainer Jerman. Tak hanya itu, ia juga meraih Juara II Nasional Gugus Kendali Mutu Kementerian Perindustrian untuk materi “Antisipasi Cacat Mebel Rotan”.

Tantangan di Tengah Gemuruh Tambang

Namun, jalan yang dilalui Kamardin tidak mulus. Industri mebel rotan di Palu menghadapi tantangan berat. “Dulu ada 32 pengusaha, sekarang tinggal 6 yang berjalan normal,” paparnya dengan prihatin. Dua faktor utama penyusutnya: regenerasi yang terputus dan derasnya arus tenaga kerja ke sektor pertambangan.

“Orang-orang tua dulu sudah ada yang meninggal, tidak ada pelanjut karena masalah SDM yang kurang,” ujarnya. Lebih menyakitkan, tenaga terampil yang semula membantunya berproduksi pun banyak yang beralih ke tambang. “Helper-helper dibutuhkan, walaupun tanpa skill, mereka diambil dan dilatih di sana. Itu yang mengurangi tenaga kami,” keluhnya. Belum lagi tantangan inovasi desain dan kualitas untuk mengejar permintaan pasar yang semakin dinamis.

Menghadapi tantangan itu, harapan Kamardin kepada pemerintah daerah dan pusat, serta Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) yang sedang diaktifkan kembali, terasa sangat substansial.

Pertama terkait Pasar dan Pendampingan: “Harapan kami bagaimana supaya industri mebel dan kerajinan ini bisa berjalan, dan pasarnya ada.” Ia menekankan bahwa yang dibutuhkan bukan sekadar bantuan dana, tapi dukungan nyata untuk membuka akses pasar.

Kedua adalah Informasi Tren Global: “Banyak pengusaha HIMKI yang pemain global, orang besar, tahu produk yang laku di pasar global… Informasi seperti itu yang kami sangat harapkan.” Ia membayangkan HIMKI bisa memberi arahan konkret tentang desain, kualitas, atau finishing yang sedang tren di pasar internasional, sehingga IKM di daerah bisa menyesuaikan.

Ketiga tentu soal Peralatan jika memungkinkan: Meski enggan meminta, ia mengakui kebutuhan akan peralatan. “Kalaupun ada alat kira-kira dibutuhkan di sana, mungkin kami bisa diinformasikan… itu sangat kami butuhkan.”

Di ujung wawancara, pesan Kamardin sederhana namun penuh makna: komitmen untuk saling mendukung antara anggota HIMKI di daerah dengan pusat. “Kami anggota HIMKI di Sulawesi Tengah berupaya membantu apa yang diinginkan Pusat. Begitupun sebaliknya.”

Kamardin, dengan segala prestasi dan keprihatinannya, adalah simbol ketahanan. Di tangannya, rotan bukan sekadar bahan baku mebel, tapi urat nadi industri lokal yang berdenyut di tengah gempuran zaman.

Prinsip “menjaga kepercayaan” ia wujudkan bukan hanya pada produk, tapi juga pada komitmennya membina, melatih, dan berjuang agar nadi industri mebel rotan Sulawesi Tengah tetap berdetak, menenun harapan satu anyaman demi anyaman. Ia adalah sang penenun rotan, yang terus berjuang merajut masa depan di tanah yang ia cintai. (aryodewo)

Leave a Comment