04/11/2025
AktualEkonomi

Ketika Kriya Bicara Martabat: Kisah Abdul Sobur dan Napas Panjang Industri Kreatif Indonesia (2)

Baginya, martabat tenaga kerja juga bagian dari brand. Ia menegaskan, tidak ada kualitas sejati tanpa kesejahteraan pengrajin. Karena itu, ia mendorong agar pelaku industri memberi penghargaan yang layak bagi tangan-tangan terampil yang menjadi jantung industri kreatif. “Luxury berdiri di atas rasa hormat terhadap manusia,” ucapnya tegas.

Lebih dari sekadar pemimpin asosiasi, Abdul Sobur adalah pemikir dan penjaga nilai. Ia melihat waktu bukan sebagai tekanan, melainkan sekutu. “Dunia luxury berinvestasi pada reputasi jangka panjang,” katanya. “Mereka sabar, mereka rela tidak menjual hari ini agar tetap dihormati tiga dekade ke depan.” Prinsip itu pula yang ia terapkan di Kriya Nusantara dan HIMKI—membangun bukan hanya produk, tapi warisan.

Kini, di tengah gempuran produksi massal dan pasar yang serba cepat, Abdul Sobur tetap memegang keyakinan sederhana namun kuat: bahwa kekuatan sejati Indonesia terletak pada keaslian dan cerita. “Warisan adalah aset ekonomi. Reputasi adalah aset ekspor. Cerita adalah instrumen negosiasi harga,” katanya.

Ia ingin dunia datang ke Indonesia bukan untuk mencari harga murah, tetapi untuk mencari rasa, jiwa, dan orisinalitas. Dalam visi seperti itu, karya bukan sekadar barang—melainkan pernyataan tentang siapa kita. Dan selama semangat itu hidup, Abdul Sobur percaya, industri kreatif Indonesia tidak akan sekadar bertahan—tapi memimpin. (aryodewo)

Leave a Comment