04/11/2025
AktualEkonomi

Ketika Kriya Bicara Martabat: Kisah Abdul Sobur dan Napas Panjang Industri Kreatif Indonesia (2)

POSSORE.ID, Bandung — Di sebuah sudut ruang pamer Teras Gloya di Bandung, aroma kayu, kulit, dan pernis seolah berbicara dalam bahasa yang tak terucap. Di sanalah Abdul Sobur, seorang desainer sekaligus penggerak industri mebel dan kerajinan nasional, sering menghabiskan waktu—menyentuh permukaan produk, menimbang rasa, dan memastikan bahwa setiap karya benar-benar punya jiwa.

“Saya percaya, kualitas terbaik itu bukan hanya soal bahan dan bentuk,” ujarnya suatu kali, “tetapi tentang cerita dan martabat di baliknya.”

Pria kelahiran Bandung 10 Desember 1967 ini sejak muda, sudah jatuh cinta pada dunia kriya—bidang yang baginya menyatukan keindahan, ketelitian, dan makna. Kecintaan itu membawanya ke Institut Teknologi Bandung (ITB), tempat ia menempuh pendidikan seni rupa dan desain.

Ia meraih gelar Sarjana Seni Rupa Murni pada 1993 dan melanjutkan Magister Desain pada 2000, dengan fokus pada desain tradisional. Kedua latar akademik itu menjadi fondasi kuat bagi jalan hidup yang ia pilih: membangun jembatan antara nilai budaya dan industri modern.

Pada 1995, ia mendirikan PT Kriya Nusantara Group, yang kemudian berkembang menjadi PT Global Kriya Nusantara. Perusahaan ini ia bangun bukan sekadar untuk menjual produk, tetapi untuk memperkenalkan cara pandang baru terhadap kriya Indonesia—bahwa karya tangan anak bangsa bisa tampil di panggung dunia dengan nilai dan gengsi yang sejajar dengan merek internasional.

“Dulu tidak mudah,” kenangnya. “Kami bersaing dengan perusahaan besar dari Jerman, Inggris, bahkan Italia. Tapi kami bertahan dengan satu hal: mutu yang konsisten dan cerita yang jujur.”

Kriya Nusantara dikenal luas dengan produk kotak kayu artistik—mulai dari kemasan parfum, kotak jam tangan, hingga perlengkapan interior premium. Ciri khasnya adalah sentuhan budaya Indonesia: motif batik, pahatan candi, hingga ragam ukiran yang sarat makna.

Leave a Comment