05/11/2025
AktualEkonomi

Ketekunan dan Strategi Sukses Suryanto di Industri Furniture Rotan

SUKOHARJO, PosSore — Di sebuah desa kecil di Sukoharjo, Jawa Tengah, Suryanto membangun impian besarnya. Sejak 1998, ia merintis CV Surya Rotan Furniture, sebuah perusahaan yang bergerak di industri furnitur berbasis rotan. Dengan ketekunan dan strategi bisnis yang matang, kini perusahaannya menembus pasar global, mengirimkan produk ke Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Bahkan, sekitar 90 persen hasil produksinya didedikasikan untuk ekspor, sementara sisanya memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Bersama pengusaha asal Solo Raya

Perjalanan bisnis Suryanto sendiri tidaklah instan. Seperti yang ia ungkapkan, usaha ini dimulai dari skala kecil sebagai subkontraktor. “Dulu kami banyak belajar dari pengalaman, menyesuaikan model bisnis, hingga akhirnya mampu memperbesar skala usaha,” kenangnya. Meski menghadapi berbagai tantangan, ia tetap teguh pada prinsip bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah.

Saat ini, workshop CV Surya Rotan Furniture berlokasi di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Dengan 55 karyawan, mereka mampu mengirimkan lima kontainer furnitur setiap bulan. Produk yang dihasilkan menggunakan bahan baku utama rotan dan kayu dari Sulawesi serta Kalimantan. Selain itu, Suryanto juga memanfaatkan bahan sintetik dan besi untuk memenuhi selera pasar yang semakin berkembang.

Seperti pebisnis lainnya, Suryanto tidak luput dari tantangan. Salah satu masa sulit yang pernah ia alami terjadi pada 2021, saat industri furnitur mengalami lonjakan permintaan yang tinggi. Kelangkaan bahan baku menjadi kendala utama, menyebabkan harga rotan melonjak drastis. Namun, kini keseimbangan antara produksi dan kebutuhan bahan baku telah kembali normal. Harga rotan semi poles saat ini berkisar antara Rp14.000 – Rp20.000/kg, sementara rotan kor berada di kisaran Rp28.000 – Rp36.000/kg, tergantung kualitas dan jenis bahan.

Meski telah melalui berbagai hambatan, ia tetap menekankan pentingnya inovasi, terutama dalam desain produk. Pada awal 2000-an, Suryanto bahkan sempat menutup usahanya selama empat bulan dan mencoba membuka toko. Namun, ia segera menyadari bahwa panggilannya tetap di industri furnitur, sehingga kembali fokus membangun CV Surya Rotan Furniture hingga sukses seperti sekarang.

Regenerasi Tenaga Kerja dan Tantangan Ekspor

Dalam perjalanannya, Suryanto masih menghadapi beberapa tantangan, termasuk kesulitan mencari tenaga kerja terampil di bidang rotan. Regenerasi pekerja di industri ini terhambat, tidak seperti di industri berbahan kayu, sehingga mencari tenaga ahli dengan skill tinggi menjadi semakin sulit.

Selain itu, peralatan produksi yang masih sederhana juga menjadi tantangan tersendiri. Namun, ia berharap dapat memperbarui peralatan setelah mengikuti pameran IndoWood Expo di Surabaya pada Juli mendatang.

Suryanto juga mencermati kebijakan perdagangan internasional, terutama rencana Amerika Serikat menerapkan pajak ekspor untuk produk kerajinan. Hal ini membuat pasar semakin kompetitif dan memerlukan strategi bisnis yang lebih adaptif.

Sebagai Ketua Bidang Bahan Baku DPD Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Solo Raya, Suryanto merasakan manfaat besar dari organisasi ini. “HIMKI sangat peduli terhadap anggotanya. Kami bisa mendapatkan informasi bisnis, menjalin relasi, dan berbagi pengalaman dengan sesama pengusaha,” ujarnya. Ia pun mengajak para anggota HIMKI untuk tetap semangat dan terus mengembangkan usaha bersama.

Dalam menjalankan bisnisnya, Suryanto berpegang pada prinsip sederhana: keuntungan penting, tetapi harga harus tetap kompetitif. Produk yang dihasilkan harus marketable dan berkualitas, serta menjaga kepercayaan buyer agar hubungan bisnis jangka panjang tetap terjaga. Dengan strategi ini, CV Surya Rotan Furniture terus berkembang dan menjadi salah satu pemain utama dalam industri furnitur rotan di Indonesia. (aryodewo)

Leave a Comment