JAKARTA (Pos Sore) – Berbagai reaksi muncul setelah PDI Perjuangan pekan lalu resmi mengajukan Joko Widodo alias Jokowi untuk jadi bakal calon presiden. Di antara sekian banyak — mungkin jutaan rakyat atau lebih banyak lagi — yang bertepuk tangan karena pada akhirnya Gubernur DKI Jakarta yang menjadi idaman itu resmi diajukan sesuai keinginan mereka, tak sedikit yang kemudian justru mengajukan penolakan alias berusaha menjatuhkan mantan Walikota Solo tersebut.
Perang memang sudah dimulai, kendati jadwal Pilpres 2014 masih jauh. Paling tidak dalam bentuk pernyataan-pernyataan bernada serangan. Jokowi pun , antaranya, disebut sebagai pengkhianat, mencla-mencle, bahkan ada yang menyebut sebagai capres boneka. Sejumlah kritik memang mengalir begitu Jokowi ‘’mendeklarasikan’’ kesiapannya maju sebagai calon presiden pada Pilpres nanti. Ada yang tidak setuju karena Jokowi tidak memenuhi janjinya memimpin Jakarta sampai lima tahun.Ada yang tak setuju karena tak percaya Jokowi bisa menang dalam Pilpres nanti, dan ada yang tak setuju karena Jokowi dianggap belum memiliki kapasitas sebagaimana dilontarkan Guruh Soekarno yang juga adik kandung Megawati.
Namun terhadap kapasitas ini, Dono Prasetyo, Seknas Jokowi yang non kader PDI Perjuangan membantahnya. ‘’Ada 500 profesional terdiri dari profesor dan doctor sedang menyiapkan konsep, visi dan misi untuk Jokowi,’’ katanya kepada Pos Sore. ‘’Biar orang berteriak, semakin dihujat Jokowi akan semakin popular,’’ kata Dono yakin.
Politisi senior yang juga senator dari DKI Jakarta, AM Fatwa, misalnya, terus terang menyatakan kegalauan hatinya. Ia menyesalkan, harapan rakyat Jakarta kepada Jokowi yang akan bisa membenahi ibukota, kandas.
Anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD DKI Jakarta Aliman Aat mengkhawatirkan pekerjaan dan tugas-tugas yang belum selesai dilaksanakan Jokowi di Jakarta, tetapi justru ditinggalkan untuk meraih posisi yang lebih tinggi.”Saat masih menjadi Wali Kota Solo, beliau (Jokowi) sudah meninggalkan tugasnya untuk menjadi Gubernur DKI. Sekarang baru setahun, beliau mau nyapres, (pekerjaan) yang di Solo dan Jakarta ternyata tidak tuntas, di Indonesia apalagi? Bagaimana kalau di Indonesia? Kita khawatirnya seperti itu,” kata Aliman, Selasa (18/3/2014).
Hal senada disampaikan rekannya dari Fraksi Partai Golkar, Ashraf Ali. Ia menyayangkan pencapresan Jokowi dilaksanakan sebelum Jokowi menyelesaikan tugasnya sebagai gubernur DKI selama satu periode atau lima tahun.
Di antara yang tidak setuju juga muncul nama Abdul Malik Raharusun yang menyebut diri Sekertaris Jenderal PB Himpunan Mahasiswa Islam (MPO). Melalui pernyataannya yang dimuat di VOA Islam (Ahad, 17 Maret 2014), PB HM( IMPO) menilai, pencalonan Jokowi menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan sebagai bentuk riil dari pengkhianatan Jokowi terhadap hati rakyat Jakarta yang telah memilihnya untuk 5 tahun menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Titah Ratu
Tanpa mengecilkan arti kritikan positip terhadap Jokowi, sebenarnya dapat juga dikatakan, terkadang sesuatu hal yang tidak begitu relevan dijadikan juga sebagai alasan untuk memberi cap tertentu kepada lelaki asal Solo tersebut. Misalnya soal tata krama atau sopan santun yang dianut masyarakat di daerah tertentu,seperti halnya mencium tangan orang yang lebih tua, sebagaimana juga kebiasaan masyarakat di Jakarta. Juga sopan santun orang lebih muda yang cenderung tak banyak membantah kepada yang lebih tua. Cium tangan dari yang muda kepada yang lebih tua, lumrah. Tetapi ada juga yang mempertanyakan hal ini.
Dalam satu kesempatan Januari lalu, Gubernur DKI Jakarta itu mencium tangan Megawati di sela-sela acara HUT ke-41 PDI Perjuangan.Terhadap cium tangan ini, Jokowi sendiri menyebutkan tak ada muatan politis dari cium tangan tersebut. Sikap itu merupakan perlakuan wajar kaum muda kepada yang lebih tua. “Itu kan budaya Indonesia, budaya Jawa. Kepada yang lebih tua, lebih senior, ya cium tangan,” ujar Jokowi, sambil mengingatkan kesantunan dan kepatutan di dalam masyarakat telah luntur
Benarkah kesantunan dan kepatutan di dalam masyarakat telah luntur?
Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio, menuturkan Jokowi memang memiliki kepatuhan yang luar biasa kepada Megawati. Kepatuhan Jokowi ini pun tidak seperti kader PDIP yang lain, antara lain Rustriningsih ataupun Tri Rismaharini. “Kesan atau kekhawatiran bahwa Jokowi hanya akan menjadi boneka Megawati, tercipta karena Jokowi memiliki kepatuhan yang luar biasa pada Megawati. Sebagai kader partai dalam kultur yang nepotis, gaya Jokowi ini akan sukses mengantarnya sebagai capres karena mampu menyenangkan hati Megawati,” papar Agung seperti dikutip Tribunnews.com, Senin (17/3).
Rustriningsih dianggap kader ‘’mbalelo’’ mantan Bupati Kebumen dan Wk Gubernur Jateng yang ingin maju menjadi calon gubernur Jawa Tengah, dan tak mendukung Ganjar Pranowo .
Tri Rismaharini adalah Walikota Surabaya yang namanya mendunia. Ia sempat dikabarkan mau mundur karena Wakil Walikota Surabaya yang juga kader PDIP dipilih tidak mengikuti prosedur. Ada orang yang berpendapat, Risma tertekan oleh kebijakan DPP PDIP sendiri.Perjanjian BatutulisYang menarik dari berita pencalonan Jokowi ini adalah munculnya ‘’perang’’ dingin antara Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan PDI Perjuangan. Kedua partai ini diketahui public berkoalisi pada Pilpres 2009. Untuk memenangkan pencalonan Megawati ketika itu, PDIP menggandeng Gerindra, menjadikan Prabowo sebagai pasangan untuk cawapres. Bersamaan dengan itu dibuat Perjanjian Batutulis,yang kini ditagih Gerindra ke PDIP.
Salah satu pointnya: Megawati (PDIP) akan mendukung pencalonan Prabowo sebagai calon presiden pada Pilpres 2014. Perjanjian ini, menurut kalangan Gerindra, dikhianati Megawati.Perjanjian Batu Tulis ini kembali mencuat setelah PDI-P resmi mengusung Joko Widodo sebagai bakal Capres. Copi dokumennya pun ramai di dunia maya, berisi tujuh butir perjanjian .
Sekitar sebulan lalu, adik kandung Prabowo yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hasyim Djojohadikusumo di Jakarta (13/2) mengemukakan, akan menagih perjanjian batu tulis,di mana, PDIP berjanji akan mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2014. Namun perjanjian ini, menurut senior PDIP, Sabam Sirait, sepengetahuannya tidak pernah ada. Sedang kader PDIP lain, Tjahjo Kumolo dan Hasto Kristiyanto tidak membantahnya. Namun lebih pada tuntutan agar Gerindra lebih realistis.Apa kata Prabowo ketika ditanya soal pencalonan Jokowi? Jawabannya tidak langsung. Namun pers mengartikannya sebagai sindiran terhadap Jokowi. Secara khusus, dia meminta kader Gerindra dan masyarakat tidak memilih calon presiden koruptor serta berwatak Kurawa atau Sengkuni. “Juga jangan memilih capres boneka,” ujarnya. (dus/jun/lya)