JEPARA, PosSore — Pengukuhan pengurus baru DPD HIMKI Jepara Raya pada Senin (22/4) di Lucca Resort & Residence, Jepara, bukan sekadar seremoni organisasi biasa. Di tengah atmosfer elegan tempat acara, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajiknan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menyampaikan pesan yang jauh lebih besar: masa depan industri mebel dan kerajinan Jepara sedang dipertaruhkan, sekaligus dipersiapkan.

“Jepara bukan hanya kaya akan warisan,” tegas Sobur, “tapi juga punya masa depan yang sangat menjanjikan.” Pernyataannya bukan tanpa dasar. Tahun lalu saja, ekspor mebel dan kerajinan dari Jepara menembus angka lebih dari 300 juta dolar AS—menyumbang lebih dari 35% dari total ekspor mebel dan kerajinan Jawa Tengah dan menyerap lebih dari 70.000 tenaga kerja.
Angka-angka itu mencerminkan bukan hanya potensi, tapi juga kontribusi nyata Jepara dalam peta industri kreatif nasional maupun global. Namun di balik capaian itu, Sobur juga mengingatkan soal tantangan yang tak kalah besar. Globalisasi, digitalisasi, serta persaingan ketat dari negara-negara seperti Vietnam dan Tiongkok mengharuskan Jepara untuk tidak berpuas diri. “Kita tidak bisa hanya menjadi pengrajin. Kita harus menjadi inovator. Tidak cukup sebagai produsen, kita harus menjadi pembangun merek,” serunya lantang.
Sobur mengingatkan bahwa tantangan yang dihadapi Jepara saat ini tidak bisa dianggap remeh. Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi yang semakin deras, industri mebel dan kerajinan dituntut untuk terus beradaptasi. Negara-negara pesaing seperti Vietnam dan Tiongkok terus melaju cepat dengan inovasi dan efisiensi produksi yang tinggi. Jika Jepara ingin tetap eksis dan unggul, maka pola pikir lama harus segera ditinggalkan. Tidak ada lagi ruang untuk berpuas diri hanya karena mengandalkan keahlian tangan atau nama besar semata.
Menurut Sobur, Jepara harus bertransformasi dari sekadar pusat produksi menjadi pusat inovasi dan pembangunan merek. Menjadi pengrajin saja tidak cukup; Jepara harus mampu menciptakan nilai tambah melalui desain, teknologi, dan strategi branding yang kuat. Dengan begitu, produk Jepara tidak hanya dikenal karena buatan tangannya, tetapi juga karena kekuatan ceritanya, identitasnya, dan daya saingnya di pasar global.
Kepada pengurus baru yang dipimpin oleh Hidayat Hendra Sasmita dari CV. Karya Eksindo Prima, Sobur menekankan empat agenda strategis yang harus segera dilaksanakan: penguatan daya saing melalui inovasi desain, konsolidasi dan klasterisasi berbasis keunggulan lokal, pemanfaatan teknologi digital untuk ekspansi pasar, dan kemitraan strategis dengan pemerintah daerah.
“DPP HIMKI akan selalu mendampingi. Kita ingin Jepara dikenal bukan hanya karena sejarah ukirannya, tapi juga karena masa depan industrinya,” tegasnya.
Dari Warisan Kalinyamat ke Pasar Global
Tak bisa dipungkiri, Jepara adalah salah satu daerah dengan identitas budaya yang sangat kuat. Sejak abad ke-16, tepatnya pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, seni ukir telah menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat Jepara. Jejak sejarah itu masih bisa dilihat pada ornamen klasik di Masjid Mantingan—salah satu peninggalan otentik dari masa kejayaan seni ukir Jepara.
Kini, warisan itu tumbuh dan bertransformasi menjadi kekuatan industri. Dengan lebih dari 400 eksportir aktif, Jepara melayani permintaan dari 113 negara, menjadikannya ikon global dalam industri mebel ukir. Sekitar 40% dari ekspor mebel dan kerajinan Jawa Tengah berasal dari kota kecil yang terus menjaga semangat besar ini.
Ketua baru DPD HIMKI Jepara Raya, Hendra Sasmita, menegaskan tekadnya untuk membawa organisasi ke arah yang lebih konkret dan kolaboratif. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa peran HIMKI tidak cukup hanya hadir secara simbolis, tetapi harus terasa dalam langkah nyata. “Kami ingin HIMKI menjadi penggerak yang aktif, bukan hanya dalam ide tapi juga dalam tindakan. Program kami harus berdampak, bukan hanya didengar,” ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Jepara di bawah kepemimpinan Bupati Dian Kristiandi dan Wakil Bupati Gus Hajar juga memainkan peran penting dalam memperkuat ekosistem industri ini. Melalui sinergi dengan Forkopimda dan pembangunan klaster produksi, pemerintah daerah mendukung distribusi yang lebih efisien dan akses yang lebih terbuka bagi pembeli lokal maupun internasional.
Tak hanya berhenti pada kayu dan ukiran, HIMKI juga mendorong diversifikasi bahan baku—seperti rotan dan logam—serta penguatan SDM untuk mengimbangi kebutuhan pasar global yang terus berubah. Visi ini tidak hanya menghidupkan kembali kejayaan industri ukir Jepara, tapi juga membawanya melangkah lebih jauh ke masa depan.
Jepara kini tak hanya berbicara tentang sejarah, tapi juga sedang menulis babak baru: menjadi pusat industri kreatif yang tangguh, adaptif, dan mendunia. (aryodewo)
