
TANGERANG (Pos Sore) — Kehadiran Presiden Joko Widodo di PT KMK Global Sports, Tangerang banten, Selasa (30/4) mengharuskan ratusan buruh yang lagi beraktifitas berebutan bersalaman dan berfoto bersama presiden.
Dengan mengenakan kemeja lengan panjang putih, Presiden tiba pukul 11.30 WIB. Presiden Jokowi langsung meninjau ruang produksi perusahaan yang memiliki 30 lini produksi dan menyerap tenaga kerja sebanyak 15.655 orang itu.
Bersama sejumlah Menteri, Presiden Joko Widodo juga berkesempatan makan siang bersama ribuan pekerja. Duduk sejajar di kursi panjang dengan buruh di ruang makan buruh KMK Sports, Jokowi menyantap makanan dengan menu nasi putih, sop daging, tempe, telur dan buah salak.
Para menteri yang mendampingi presiden adalah Menaker Hanif Dhakiri, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno juga Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar dan CEO KMK Global Sports C.K Song
Di perusahaan itu, usai mendampingi Presiden Jokowi makan siang bersama, Menaker Hanif Dhakiri menyoroti masalah kaku/rigidnya ekosistem ketenagakerjaan sebagai salah satu problem utama dunia ketenagakerjaan.
Ekosistem ketenagakerjaan kita saat ini seperti ibarat kanebo kering, kakunya minta ampun. Padahal saat ini zaman serba digital dan dunia menjadi sangat fleksibel.
“Ekosistem kita seperti kanebo kering, kakunya minta ampun. Padahal saat ini zaman serba digital dan dunia menjadi sangat fleksibel. Cari pekerja skilled tidak mudah, proses PHK berbelit-belit, hubungan kerja masih seperti power relations dan jam kerja juga kaku, “ lanjut Hanif Dhakiri.
Menurut Hanif Dhakiri, jam kerja yang kaku menyebabkan partisipasi perempuan di angkatan kerja tidak terlalu tinggi karena harus memilih antara di luar rumah atau di dalam rumah.
“Jam kerja sangat kaku 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Ini kaku banget. Mungkin fleksibilitas jam kerja dapat membantu meningkatkan partisipasi perempuan “ ujar Hanif.
Karenanya lanjut Hanif, kakunya jam kerja tersebut perlu didiskusikan atau dikaji mendalam dari berbagai pemangku kepentingan ketenagakerjaan untuk memastikan iklim atau ekosistem ketenagakerjaan yang kaku bertransformasi menjadi lebih lunak.
“Perlu diskusi mendalam agar ekosistem ketenagakerjaan bisa bertransformasi dari yang rigid/kaku menjadi lebih fleksibel. Saat ini zaman serba digital dan dunia menjadi sangat fleksibel, “ ujar Hanif didampingi Dirjen Binwasnaker K3 Sugeng Priyanto, Dirjen PHI Jamsos Haiyani Rumondang, Direktur Persyaratan Kerja Siti Junaedah dan Karo Humas Soes Hindharno. (sim)
