JAKARTA (Pos Sore) — Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Zambia melakukan studi banding ke Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (LLP KUKM). Rombongan dari Zambia dipimpin Direktur Industri di Kementerian Perdagangan dan Industri Zambia John A Mulonggoti.
Kehadiran mereka yang dihantar oleh Fungsional Diplomat pada Direktorat Afrika Kementerian Luar Negeri RI Anggoro, ini diterima oleh Dirut LLP KUKM Emilia Suhaimi, Jumat (23/2) di Smesco Indonesia. Turut mendampingi Kadiv Bisnis Armel Arifin, Kadiv Pemasaran Marianne Sumakud dan sejumlah staf.
“Mereka ingin melihat bagaimana Smesco Indonesia menangani UKM, bagaimana mempromosikan dan fasilitas apa saja yang diberikan oleh Smesco Indonesia kepada pelaku UKM Indonesia,” kata Armel Arifin di sela-sela kunjungan rombongan Zambia.
Dikatakan, Smesco Indonesia sebagai badan layanan umum di bawah Kemenkop dan UKM ini merupakan permanen display untuk KUKM Indonesia. Selain sebagai tempat mempromosikan produk, juga sebagai tempat pelatihan kepada para pelaku UKM.
“Smesco Indonesia juga mengarahkan pelaku UKM yang memerlukan akses pembiayaan ke LPDB KUKM. Mereka menilai yang dilakukan LLP KUKM ini sangat bagus, ke depan kita berharap bisa bersinergi dan kerjasama perdagangan.”
Rombongan juga mencicipi kuliner dan produk-produk makanan khas Indonesia dari berbagai daerah. Rupanya mereka suka makanan-makanan yang unik yang didisplay dan dipamerkan di Smesco Indonesia.
Di tempat yang sama Fungsional Diplomat pada Direktorat Afrika Kementerian Luar Negeri RI Anggoro menambahkan, Zambia ingin mengembangkan pemasaran industri kecil dan menengah terutama industri makanan yaitu umbi kayu. Umbi kayu merupakan makanan pokok di sana dan masih diolah secara tradisional.
“Mereka berharap dari Smesco mendapatkan informasi untuk bisa mengembangkan sektor industri kecil dan menengah, karena mereka sedang berusaha menggalakkan industri termasuk industri agro,” jelas Anggoro.
Informasi ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi mereka untuk bisa melengkapi supaya industri agro menjadi tuan rumah di negerinya dan bisa mengekspor produk industri agro ke luar negeri.
“Bagi mereka, industri agro atau cassava itu masih menjadi makanan pokok, sehingga belum bisa dikomersialisasikan. Saat inilah kesempatan untuk mereka memberikan nilai tambah pada makanan pokok mereka yaitu cassava atau singkong,” tutur Anggoro. (tety)