JAKARTA (Pos Sore) — Menteri Perindustrian,MS Hidayat, menyatakan,penguatan nilai tukar rupiah menjadi prasyarat penentu industri di dalam negeri bisa tumbuh optimal. Khususnya penguatan rupiah terhadap mata uang dolar AS.
Penguatan rupiah itu adalah satu keharusan, karena dalam asumsi pemerintah, penguatan rupiah menjadi syarat dalam upaya memperkuat struktur industri di dalam negeri.
“Dengan posisi satu dollar AS setara dengan Rp12.197,maka dipastikan semua sektor yang menggunakan bahan baku impor pasti akan terkena imbasnya, yakni mengalami kenaikan biaya produksi. Karena itu pasti ada perhitungan yang harus disesuaikan. Sehingga hal tersebut menyebabkan juga banyak investasi baru yang mengalami penyesuaian dalam perhitungan produksi mereka, tegas Hidayat,di sela Rapat Kerja Kementerian Perindustrian, kemarin.
Karenanya, ia berharap terjadinya penguatan rupiah, kendati secara realistis tidak bisa kembali seperti dulu kembali ke posisi Rp10 ribu atau Rp11 ribu per 1 dolar AS. Selama tahun 2014, pemerintah masih ada waktu memperbaiki kondisi rupiah. Di lain sisi industri harus melakukan berbagai efisiensi.
Seperti, pengelolaan biaya produksinya. Melemahnya rupiah yang berlangsung sejak akhir tahun 2013 ini, dinilai cukup mengganggu kinerja dunia usaha. Sebab bagaimanapun juga hal ini terkait erat dengan industi yang banyak menggunakan kandungan impor. Itu sebabnya mengapa penguatan nilai tukar rupiah menjadi faktor penting di antara upaya pemerintah menstabilkan proses penguatannya tersebut.”
Dalam pengarahannya, Hidayat memaparkan ada sembilan kelompok industri yang impornya meningkat selama tahun 2012-2013.
Masih tingginya impor bahan baku dan barang modal karena industri kita mengalami berbagai masalah seperti daya saing industri yang masih lemah, belum kuat dan dalamnya struktur industri nasional, belum optimalnya alokasi sumber daya energi dan bahan baku serta pembiayaan industri.(fitri)