JEPARA, PosSore – Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran Asia, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Iman Rahman, mengungkapkan para pengrajin Indonesia sebetulnya bisa seperti para pengusaha Vietnam yang telah mencapai kesuksesan besar sebagai eksportir mebel dan kerajinan hingga menempatkan negara itu di posisi kedua setelah China di pasar global.
Imam menjelaskan, keberhasilan Vietnam membanjiri pasar ekspor mebel dan kerajinan sesungguhnya ini tidak hanya didorong oleh investasi dari China, melainkan juga berkat kemitraan strategis dengan tiga negara utama yaitu Denmark, Korea Selatan, dan Jepang.
Ketiga negara tersebut berperan penting dalam membangun industri mebel dan kerajinan di Vietnam karena Denmark, Korea Selatan, dan Jepang selain mendirikan industri di Vietnam untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri masing-masing. Produk yang dihasilkan kemudian diekspor ke berbagai negara. Ketiga negara ini juga membantu memasarkan produk Vietnam ke pasar internasional, yang memberikan kesan bahwa Vietnam membanjiri pasar ekspor.
Melalui kolaborasi dengan mitra strategis ini, Vietnam berhasil memperkuat posisinya di industri mebel dan kerajinan global. Investasi dan dukungan dari Denmark, Korea Selatan, dan Jepang telah memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan sektor ini di Vietnam.
“Ini menunjukkan betapa pentingnya kemitraan internasional dalam mencapai kesuksesan di pasar global,” tegas Iman Rahman, yang juga menjabat CEO Razzaq Berkah Mulia dalam percakapan dengan PosSore Rabu (10/7).
Iman Rahman menegaskan, pelaku industri mebel dan kerajinan di Indonesia, khususnya anggota HIMKI, seharusnya bisa meniru strategi Vietnam. “Indonesia juga menguasai teknologi dan permesinan serta punya jaringan pemasaran yang luas. Kita hanya perlu strategi yang tepat, seperti melakukan survei dan analisis pasar terlebih dahulu,” ujar Iman.
Soal desain dan kualitas pekerjaan, kata pria yang punya hobi fotografi dan penyuka warna biru itu, Indonesia tidak kalah dari negara lain. “Kita memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan menggandeng mitra strategis, baik dari dalam maupun luar negeri, kita bisa meningkatkan daya saing produk mebel dan kerajinan Indonesia di pasar global,” tuturnya.
Iman juga menekankan pentingnya inovasi dan adaptasi terhadap tren pasar. Pelaku industri harus selalu mengikuti perkembangan tren dan kebutuhan pasar. Dengan begitu, produk kita akan selalu relevan dan diminati.
Dengan menerapkan strategi yang tepat dan menjalin kemitraan strategis, Indonesia memiliki potensi besar untuk menyusul Vietnam dan menjadi salah satu pemain utama di industri mebel dan kerajinan dunia. Tentu dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak terkait juga sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini.
Lebih lanjut Iman membeberkan strategi yang harus ditempuh selain melakukan survey dan analisis pasar terlebih dahulu adalah mampu menyuguhkan produk mebel dan kerajinan yang sedang ngetren atau menarik konsumen.
‘’Biasanya buyer akan tertarik untuk membeli atau memberikan order kepada pelaku industri itu, jika mereka mampu membuat produk mebel maupun kerajinan yang desainnya menarik atau unik. Selain itu juga produk yang dibuat harus berkualitas dan memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh pemerintah dari negara yang menjadi tujuan ekspor,’’ kata Iman.
Tahap selanjutnya bagaimana menghasilkan produk yang berkualitas dengan desain yang unik atau menarik itu, adalah dengan terus meningkatkan kemampuan dari pelaku industri bersama karyawannya melakukan inovasi terhadap produk yang dibuatnya yang ditunjang teknologi terbaru dan tercanggih.
Jika pelaku industri mebel dan kerajinan di Indonesia ingin mengembangkan bisnisnya di pasar ekspor yang lebih luas lagi, bisa melakukan survey dan analisis terhadap investor yang layak untuk diajak kerjasama. Tujuannya untuk mengatuhui calon investor asing mana yang benar-benar memiliki kemampun diajak kerjasama dalam mengembangkan bisnis di industri mebel dan kerajinan yang berkualitas dengan desain menarik sesuai tuntutan pasar ekspor.
Namun Imam mengingatkan, bahwa investor yang mau dijadikan mitra ini pun harus memiliki kemampuan di bidang pengembangan industri, dan juga memiliki kemampuan di bidang pemasaran. “Jika sudah ada investor yang tertarik melakukan kerjasama perlu juga diperkuat dengan perjanjian-perjanjian yang jelas, baik menyangkut kepemilikian perusahaan maupun tanggung jawab,’’ tegas Iman. aryo