JAKARTA (Pos Sore) — Pusat Keunggulan Belanda dalam bidang Hiburan, Pariwisata dan Perhotelan (CELTH) menandatangani nota kesepahaman dengan Institut Teknologi DEL mengenai pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Penandatangan disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Panjaitan.
Penandatanganan kerjasama ini dilakukan dalam rangkaian acara seminar tentang pariwisata berkelanjutan dan kualitas air di Danau Toba yang diselenggarakan di Institut Teknologi DEL. Seminar ini juga dihadiri oleh Raja dan Ratu Belanda sebagai bagian dari program kunjungan kenegaraan mereka di Indonesia.
Sejalan dengan rencana pemerintah Indonesia untuk menciptakan destinasi wisata baru, kerjasama Indonesia dan Belanda untuk pengembangan destinasi pariwisata yang berkelanjutan dan tangguh dibentuk dengan menggunakan konsep Living Lab.
Inty Dienasari, perwakilan Nuffic Neso Indonesia, menjelaskan, konsep Living Lab menggabungkan kekuatan dari lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian dari kedua negara bekerja sama dengan komunitas lokal, pengusaha dan pemerintah.
“Untuk mendukung pengembangan Danau Toba, Living Lab memiliki fokus jangka panjang dengan pembelajaran yang berorientasi pada tindakan, berdasarkan eksperimen yang diambi dari kehidupan nyata,” jelasnya.
Sebagai kick-off dari Living Lab, pada minggu ini diselenggarakan workshop di Tuktuk, Danau Toba yang difasilitasi oleh CELTH. CELTH merupakan kerja sama antara tiga universitas ilmu terapan di Belanda, antara lain Universitas Ilmu Terapan Breda, Universitas Ilmu Terapan NHL Stenden dan Universitas Ilmu Terapan HZ.
Ketiga universitas tersebut bergabung untuk melakukan penelitian kolaboratif dalam kerja sama yang erat dengan Universitas riset di Belanda yaitu Universitas Wageningen, Universitas Groningen dan Universitas Tilburg.
Pada acara yang diselenggarakan selama dua hari ini pemangku kepentingan dari kelompok masyarakat, komunitas maupun individu serta pemerintah daerah membahas skenario masa depan untuk Danau Toba sebagai tujuan wisata berkelanjutan.
Dalam kesempatan itu, kebutuhan lokal mengenai pengembangan pengetahuan dan keterampilan diidentifikasi yang selanjutnya akan berfungsi sebagai masukan untuk agenda Living Lab di tahun-tahun mendatang.
Fase awal Living Lab akan dikerjakan dalam tiga tahun dengan dukungan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, Konsulat Belanda di Medan, Nuffic Neso Indonesia, IT DEL, CELTH dan mitranya, lembaga universitas, Wise Steps Foundation.
Dalam kesempatan itu, Inty menambahkan, Ratu Belanda juga menyempatkan untuk berdiskusi dengan mahasiswa program master Imagineering dari Universitas Ilmu Terapan Breda yang ikut terlibat dalam kegiatan Living Lab di Sumatera Utara. (tety)