JAKARTA (Pos Sore) — Indonesia – Jerman mengakhiri kerjasama program tsunami early warning system yang telah dijalin selama 10 tahun ini. Salah satu capaian positif dari kerjasama ini yakni kemampuan mengeluarkan warning dalam waktu 5 menit, bahkan bisa mencapai 4 menit 30 detik.
“Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia atau InaTEWS yang dibangun atas kerjasama pemerintah Indonesia dan Jerman telah mampu mengeluarkan warning dalam waktu 5 menit,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geologi (BMKG), Dr. Andi Eka Sakya, di Jakarta, Selasa (25/3).
Menurutnya, capaian positif ini sesuatu yang membanggakan. Sebelumnya waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi bencana kepada daerah-daerah yang berpotensi tsunami selama 50 menit. Waktu selama ini sangat riskan mengingat kecepatan tsunami mencapai 800 km/jam.
“Golden time untuk kecepatan ini 20 menit. Sekarang bisa dipangkas jadi 5 menit, bahkan 4 menit 30 detik, jadi masyarakat masih ada waktu dan leluasa untuk evakuasi,” katanya.
Jika dibandingkan dengan negara Jepang, yang membutuhkan waktu 2 menit, memang masih ‘kalah’. Tetapi negara ini perlu waktu 50 tahun. Sedangkan Indonesia hanya butuh waktu 5 tahun untuk bisa menyampaikan potensi gempa dan tsunami hanya 5 menit. “Ini terobosan sangat tinggi,” tandasnya.
Atas prestasi ini, Indonesia bersama-sama dengan India dan Australia menjadi negara penyedia peringatan dini tsunami (Regional Service Provider/RTSP) bagi negara-negara di wilayah Samudera Hindia.
Andy menjelaskan, tantangan ke depan, yakni bagaimana menjaga dan memelihara InaTEWS demi keberlangsungan operasionalnya. Selain itu, peningkatan performa InaTEWS untuk dapat menghasilkan peringatan dini yang akurat dan lebih cepat.
“Meskipun kerjasama bidang sistem peringatan dini tsunami antara Indonesia dan Jerman telah diakhiri, namun BMKG masih berharap dibangun kembali kerjama dalam bentuk yang sama atau berbeda dalam kerangka peringatan dini tsunami,” katanya.
Sebagaimana diketahui kerjamasama Indonesia-Jerman ini diawali pada 2005-2009 dengan dibangunnya Germany-Indonesia Tsunami Early Warning System (GITEWS). Lalu dilanjutkan dengan kerjasama program Project for Training, Education and Consulting for Tsunami Early Warning Systems (Protects).
Wakil Duta Besar Jerman untuk Indonesia Thorsten Hutter mengatakan, kerjasama yang dilakukan berawal dari terjadinya bencana gempabumi dan tsunami 26 Desember 2004 di Aceh yang mengakibatkan lebih dari 200.000 korban jiwa.
“Kita ingin mencegah bencana yang sama di masa depan,” tandas Thorsten.
Sementara itu, Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek Kementerian Ristek, Dr. Pariatmono, mengatakan, keberhasilan waktu 5 menit ini, tak hanya masyarakat pesisir Indonesia yang mencapai 20 juta jiwa. Masyarakat pesisir di negara-negara lain di Samudera Hindia, juga diuntungkan.
“Ini menandakan Indonesia memainkan perannya di masyarakat internasional. Inovasi domestik kita semakin diperhitungkan,” katanya. (tety)