JAKARTA (Pos Sore)–Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM),Kementerian Perindustrian,Euis Saedah mengungkapkan, gonjang ganjing seputar rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM),sejauh ini belum mempengaruhi aktifitas produksi IKM.Bahkan ia tetap optimis IKM akan tetap tumbuh hingga 7,3 persen hingga akhir tahun.
“Untuk BBM, sejauh ini belum ada pengaruh. Yang terasa justru kenaikan listrik dan bahan bakar gas beberapa bulan lalu, memicu kenaikan harga antara 10-persen-20 persen,” ungkap Euis di sela Pameran Produk Unggulan Jawa Timur,Selasa 2/9,di Plaza Kemenperin.
Pameran yang berlangsung selama empat hari, tanggal 2 – 5 September 2014 dan dibuka untuk umum pukul 09.00 – 17.00 WIB, diikuti sebanyak 45 perajin binaan Dekranasda Provinsi Jawa Timur yang berasal dari Kabupaten/Kota se-Jawa Timur dengan menampilkan berbagai produk unggulan terbaik, antara lain: kerajinan batik, kerajinan perak, kaligrafi, bordir, perhiasan, aksesoris, produk kulit, makanan ringan, dan lain-lain.
“Harus diakali karena harus tetap produksi. Mereka ada pelanggan fanatik jadi masih stabil. Belum ada laporan mau menaikan harga.Kalau ada penyesuaian harga,paling naik 10-20 persen, semua kondisi normal.”
Menurut Euis, pelbagai instrumen kebijakan baik pajak atau kenaikan listrik,gas maupun BBM, pasti akan membebani mereka.Seperti pajak,bagi IKM merupakan dua sisi yang berbeda.Jadi,perlu transisi.Dari sisi positif, dengan membayar pajak,manfaat bagi IKM justru laporan keuangannya makin tertib, adminsitarsi tertib sehingga bisa diketahui progres usahanya.Ia berharap beban pajak dijadikan sebagai kontribusi bernegara.Bagi IKM ini beban karena pertimbangannya bisa dipakai untuk membeli bahan baku.
Akan tetapi untuk menertibkan usaha,kenaiakn listrik juga harus disikapi lebih bijaksana karena pemberitahuannya akan dinaikan bertahap.”UKM sudah melakukan positioning.Saya sudah telpon UKM dan mereka sangat fleskibel.”
Untuk IKM jenis Fesyen dan sepatu,kata Euis cukup merasakan dampak kenaikan tarif listrik.Karena mereka banyak menggunakan listrik untuk menjahit.Sedangkan untuk biaya disain agak longgar,jika ada kenaikan bisa disesuikan.
Menurut Euis, kenaikan listrik berkontribusi terhadap kenaikan biaya produksi antara 5-7 persen. Karena keuntungan produk fesyen lumayan bagus,jadi mereka tidak begitu terbebani.Terkait kelangkaan BBM beberapa minggu, di luar pulau Jawa,katanya, masih belum ada dampak yang terasa.sementara kenaikan harga LPG,katanya,justru berpengaruh industri makanan.”Harus diakali karena harus tetap produksi. Mereka ada pelanggan fanatik jadi masih stabil. Belum ada laporan mau menaikan harga.Kalau ada penyesuaian harga,paling naik 10-20 persen, semua kondisi normal.”
IKM sendiri katanya, memiliki program perluas sentra-sentra produksi di daerah.Kecuali untuk restrukturisasi mesin,pihaknya tetap membantu menyubsidi hingga 40 persen. Yang jelas,dengan adanya sentra, bisa membangun desa mereka.Pihaknya,kata Euis, tetap mengembangkan sentra pelatihan,peralatan sehingga bisa menjadi destinasi pertemuan antar departemen.
Menurutnya, hingga Juli IKM akan tetap tumbuh hingga 7 persen. Bahkan hingga akhir tahun bisa menyentuh 7,3 persen.Kendati ada pemotongan anggaran hingga Rp40 miliar, ia berharap agar program tetap bisa berjalan. “BBM naik atau tidak saya harap IKM merapat.Jangan belanja sendiri,koperasi bisa dimanfaatkan untuk belanja hemat. Biar tidak boros.Kita tetap salurkan program IKM untuk biaya sertifikasi hingga 7 miliar.(fitri)