JAKARTA (Pos Sore) — Radio Republik Indonesia (RRI) kini berusia 69 tahun. Setua usia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada ulang tahunnya kali ini, RRI mengedepankan kepedulian kepada penyandang disabilitas.
“RRI ikut serta dalam memberikan peluang dan kekaryaan kepada penyandang disabilitas. Maka, pada Hari Radio ini di RRI Jakarta diadakan acara kepedulian kepada penyandang disabilitas. Di antaranya dengan menggelar pameran karya disabilitas. Saya sudah melihat karya kaum disabilitas sangat luar biasa,” kata Direktur Utama, Lembaga Penyiaran Publik RRI, Rosarita Niken Widiastuti, di gedung RRI, Senin (1/9).
Perempuan yang akrab disapa Niken ini mengaku kagum dengan penyandang disabilitas yang mampu membuat kekaryaan yang luar biasa. Mereka mampu berbuat seperti yang lainnya. Ketidaksempurnaan fisiknya tak membuat mereka harus terpuruk dalam kenestapaan.
“Mereka bisa membuat aplikasi komputer untuk manajemen penggajian, dan adanya aplikasi database pegawai, dan selain itu karya kerajinan tangan, seperti kalung, tas, bantalan kursi, dan gelas unik. Luar biasa adik-adik kita,” papar Niken dengan bangga.
Hari Radio yang fokus kepedulian pada disabilitas ini tujuannya bagaimana mencapai dan meningkatkan kapasitas kepedulian masyarakat kepada kaum disabilitas. “RRI itu Lembaga Penyiaran Publik, dan harus memberikan kepedulian kepada masyarakat keseluruhan, termasuk adik-adik disabilitas,” tandasnya.
Niken menambahkan, pada hari jadi RRI ini juga mengadakan workshop Inovasi dan Kebangsaan dengan menghadirkan tokoh-tokoh sukses. Selain itu, ada juga senam massal karyawan RRI, ziaran ke Makam Pahlawan Kalibata, dan launching Indonesia WOW dan RRI WOW.
“Kegiatan donor darah juga ada yang diadakan di RRI seluruh Indonesia. Sedangkan gerak jalan Indonesia Sehat juga diadakan di RRI seluruh Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, Nahar, mengatakan kepedulian dan berbicara disabilitas bukan hanya bicara dari sisi sosial. Penyandang disabilitas bisa diberi kesempatan untuk sekolah dan sehat.
Mereka harus didorong untuk bisa bekerja, semua sebetulnya sudah ada aturannya. Sehingga, bagaimana RRI bisa memberi ruang yang cukup bagi penyandang disabilitas.
“Kemensos bicara rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. Kita menyentuh mereka dengan dua cara, yakni layanan di lembaga (panti), dan layanan di luar lembaga,” ujarnya.
Namun, Kemensos berprinsip kalau bisa layanan tidak semuanya fokus di dalam panti. Akan lebih baik lagi jika layanan ini lebih kepada hubungan dengan keluarga dan masyarakat.
“Yang bagus adalah hubungan kepada masyarakat, dan bagaimana secara mandiri bisa langsung memandirikan penyandang disabilitas,” katanya. (tety)